Gambaran umum kawasan Hasil dan Pembahasan

angkutan laut reguler kapal perintis yang melayari rute Dobo ke desa-desa di sekitar kawasan konservasi laut berlabuhnya di Desa Batu Goyang yang merupakan salah satu desa di Pulau Trangan. Untuk mencapai kawasan konservasi laut dari desa-desa di sekitar kawasan di Pulau Trangan dan Workai, dapat ditempuh menggunakan ketinting dengan lama perjalanan antara 2 - 4 jam Gambar 14. 2 Topografi Pulau-pulau di dalam kawasan konservasi laut Aru Tenggara memiliki topografi yang datar tanpa adanya bukit dan gunung serta tidak adanya sungai yang mengalir pada pulau-pulau tersebut. Topografi pantai pada pulau-pulau di kawasan konservasi laut tersebut pada umumnya landai dan ditemukan banyaknya alur-alur laut yang cukup dalam bahasa lokalnya adalah kalorang yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai jalur pelayaran. Topografi pantai dan laut di sekitar kawasan konservasi laut relatif sama dengan di dalam kawasan. Sedangkan topografi darat dari pulau-pulau di sekitar kawasan konservasi laut tersebut relatif datar dengan sedikit bergelombang dengan tingkat kemiringan 10 - 12. Dijumpai bukit dengan ketinggian ± 90 m dari permukaan laut, serta adanya beberapa sungai kecil pada batuan berkapur. Topografi pulau-pulau kecil di luar kawasan konservasi laut Aru Tenggara relatif sama dengan topografi pulau-pulau di dalam kawasan konservasi laut tersebut. Pulau-pulau tersebut dibatasi oleh selat yang sempit lebarnya ± 30 – 50 m dan dangkal yang memiliki banyak alur namun tidak terlalu dalam Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009. Gambar 14 p eta aksesib il itas k e k awasan k on se rvasi Ar u T en ggar a 3 Geologi Kepulauan Aru merupakan pulau yang dibentukdisusun oleh beberapa jenis batuan seperti Batuan Neogen, Aluvium Undak, Terumbu Karang, Paleosoikum dan Seklishabluk selain beberapa jenis tanah yang juga membentuk kepulauan itu. Aru bagian Selatan yang lebih banyak mengandung pasir juga terdapat beberapa jenis batuan seperti batu napal kwarter, batu pasir, batu gamping yang lunak bersama dengan endapan yang baru, juga terdapat tebing karang yang memanjang pada pinggiran pantai Desa Longgar-Apara maupun pada daerah atau pulau yang berada di dalam kawasan. Adanya mineral-mineral terigen yang kasar seperti kwarsa, feldspar dan mika juga menandakan bahwa lapisan endapan amat tipis dan batu Benua Australia yang tidak dalam letaknya Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009. 4 Tanah Adanya sabana di bagian selatan Kepulauan Aru, seringkali disebabkan oleh iklimnya yang lebih kering tetapi tak dapat pula disangsikan bahwa tanah di bagian selatan Kepulauan Aru yang lebih berpasir juga menjadi sebab utama dari perubahan dalam penumbuhan ini. Kondisi tanah demikian terdapat pada desa-desa sekitar kawasan maupun daerah atau pulau yang berada di dalam kawasan konservasi laut selain di sebelah selatan desa Batu Goyang, terdapat pasir berwarna merah dan putih yang menampakan lapisan mendatar. Bagian atas dari terumbu-terumbu merah, warnanya selalu keputih-putihan, sedangkan di bagian bawahnya terdapat konkresi-konkresi besi Verstappen, 1958. Selain tanah berpasir yang terdapat di Kepulauan Aru, juga terdapat beberapa jenis tanah seperti Tanah Podzolik, Rensina, Tluvial dan Hydromorpyk yang merupakan bagian dari terbentuknya pulau-pulau di Kepulauan Aru Kabupaten Kepulauan Aru Dalam Angka, 2010. 5 Iklim Keadaan iklim Kepulauan Aru pada Musim Angin Timur terjadi dari bulan April sampai Agustus dan Musim Angin Barat atau musim tenang yang biasanya digunakan sebagai musim menyelam bagi masyarakat Aru, berlangsung dari bulan September sampai April di mana musim peralihan atau pancaroba terjadi di bulan April dan Oktober. Musim di Kepulauan Aru kadang-kadang tidak menentu dan tidak sesuai dengan apa yang diperkirakan, seperti musim hujan yang seharusnya banyak terjadi di musim barat mengalami sedikit pergeseran sampai ke musim timur yang terjadi dari bulan Desember sampai Juli sedangkan musim kemarau, terjadi dari bulan Agustus sampai Nopember. Curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Januari, Februari dan Maret yang berkisar antara 2000 – 3000 mmtahun, sehingga berdasarkan klasifikasi iklim oleh Schmid dan Ferguson, 1951 yang didasarkan atas perbandingan rata-rata jumlah hujan bulan basah, maka Kepulauan Aru termasuk type iklim D. 6 Penggunaan dan penutupan lahan daratan pesisir Tipe penggunaan lahan daratan di Aru Bagian Selatan terbagi atas 9 sembilan kelas yakni hutan sekunder, hutan pantai, semak belukar, pemukiman desa dan dusun, kebun campuran, ladang atau tegalan, lahan terbuka dan tanah kosong tandus. Tipe penggunan lahan bervariasi menurut lokasi geografis yang bergantung pada potensi lahannya. Di kawasan Pulau Enu, tipe penggunaan lahan didominasi oleh hutan mangrove, hutan pantai dan lahan kering tidak produktif. Lahan kering tidak produktif ditumbuhi semak belukar, alang-alang, dan pasir pantai. Lahan ini dimanfaatkan oleh penyu sebagai area nesting terutama di bagian barat, selatan dan timur. Semak belukar mencakup berbagai jenis belukar pantai yang tersebar sepanjang pesisir dan berasosiasi dengan hutan pantai. Hutan mangrove tersebar hingga ke bagian pertengahan pulau. Jenis-jenis vegetasi pantai yang terdapat di pulau ini antara lain kangkung laut Ipomea pescapre, Kasuari Casuarina sp, Ketapang Terminalia catapa, Bintanggor Canophyllum inophyllum, berbagai jenis mangrove dan vegetasi lainnya. Perairan kawasan Pulau Enu biasanya dimanfaatkan oleh kapal-kapal penangkap ikan maupun penyu sebagai daerah berlabuh atau berlindung pada saat gelombang besar. Lahan pantai berpasir terutama dataran pantai sekitar 1 – 30m dari pasang tinggi ini dimanfaatkan oleh penyu sebagai area bertelur terutama bagian Tenggara dan Utara Tabel 6. Tabel 6 Tipe penggunaan lahan daratan pesisir di kawasan konservasi Aru Tenggara Di kawasan Pulau Karang, tipe penggunaan lahan didominasi oleh hutan dataran rendah, semak belukar pantai, hutan mangrove dan lahan kering tidak produktif yang ditumbuhi semak. Lahan pantai berpasir terutama dataran pantai sekitar 1 – 30m dari pasang tinggi ini dimanfaatkan oleh penyu sebagai area bertelur terutama di bagian tenggara dan utara. Semak belukar mencakup berbagai jenis belukar pantai yang tersebar sepanjang pesisir dan berasosiasi dengan hutan pantai. Hutan mangrove tersebar di bagian timur laut pulau hingga ke bagian pertengahan pulau. Di kawasan kepulauan Jin pulau Mar, Jeudin, Marjinjin dan pulau Kultubai Selatan, tipe penggunaan lahan didominasi oleh lahan kering tidak produktif. Lahan ini merupakan dataran pasir yang tandus tanpa vegetasi dan lahan pasir yang ditumbuhi semak dan belukar pantai, antara lain, pandanus, kastuarina, dan jenis semak lainnya. Hutan mangrove juga ditemukan di kawasan ini dengan area sebaran pada pantai sisi utara pulau. 7 Penggunaan dan penutupan lahan pesisir laut Penggunaan lahan perairan pesisir di Aru Bagian Selatan sampai pada batas zona kelola Kabupaten 4 mil laut meliputi pantai bergisik, pantai berbatu, rataan pasut berpasir, rataan pasut bervegetasi mangrove, padang lamun, terumbu karang, perairan penangkapan dan budidaya laut. Pantai bergisik merupakan lahan kosong yang ditumbuhi vegetasi semak dan formasi pescaprea. Di kawasan Pulau Enu ditemukan satuan penggunaan lahan meliputi rataan pasut berpasir dan berbatu, rataan pasut bervegetasi mangrove, stack dan kawasan No Penggunaan Lahan Kawasan Konservasi Aru Tenggara Je h M ar Je u d in M arji n ji n Ku lt u b ai S elata n En u Ka ra n g 1 Hutan 2 Semak Belukar 3 Ladangtegalan 4 Kebun Campuran 5 Lahan Kosong 6 Pasir Putih Tempat Bertelur Penyu di luar zona pasut. Area rataan pasut berpasir di pulau ini menyebar sepanjang pesisir barat, timur dan selatan serta sebagian di pesisir utara. Pantai berpasir cukup lebar dan ditumbuhi oleh vegetasi kangkung laut pescaprea dan semak pantai Tabel 7. Pada area gosong pasir di bagian tenggara pulau merupakan lahan kosong. Area ini sangat dinamis akibat gelombang dan arus pasang. Area rataan pasut berpasir ditumbuhi vegetasi lamun dan alga, menyebar di bagian barat dan timur pulau. Pesisir utara yang relatif terlindung dimanfaatkan sebagai daerah pelabuhan tambatan kapal. Area ini merupakan inlet estuari asin yang ditumbuhi hutan mangrove. Terumbu karang dijumpai pada area yang luas di sepanjang pulau. Perairan di luar kawasan pasut dimanfaatkan sebagai daerah penangkapan ikan pelagis dan demersal, penyu dan teripang. Sementara belum dimanfaatkan sebagai lahan budidaya ikan dan sumberdaya perikanan lainnya. Stack di kawasan ini merupakan pulau kecil yang saat ini terbentuk akibat deformasi daratan Pulau Enu bagian tenggara akibat gempuran gelombang musim timur dan barat secara kontinu. Pada area ini ditumbuhi semak belukar dan vegetasi mangrove. Tabel 7 Tipe penggunaan lahan pesisir laut sampai batas zona 4 mil laut di kawasan konservasi Aru Tenggara Kawasan Pulau Karang ditemukan satuan penggunaan lahan meliputi rataan pasut berpasir, rataan pasut bervegetasi mangrove dan kawasan di luar zona pasut. Area rataan pasut berpasir di pulau ini menyebar sepanjang pesisir pulau No Penggunaan Lahan Kawasan Konservasi Aru Tenggara Je h M ar Je u d in M arji n ji n Ku lt u b ai S elata n En u Ka ra n g 1 Gisik 2 Zona Pasang Surut Hutan Mangrove Padang Lamun Rataan berpasir Rataan lumpur Rataan karang papan Rataan terumbu 3 Zona subtidal – 4 m Terumbu karang Penangkapan ikan Budidaya laut dengan agihan terluas di bagian tenggara. Lahan pantai berpasir ditumbuhi oleh vegetasi kangkung laut pescaprea dan semak pantai. Sedangkan rataan pasut ditumbuhi oleh vegetasi lamun dan alga dengan area yang cukup luas. Area terumbu karang yang luas terdistribusi di bagian barat daya dan timur laut. Perairan di luar kawasan pasut dimanfaatkan sebagai daerah penangkapan ikan pelagis dan demersal, penyu dan teripang oleh nelayan lokal maupun nelayan luar. Tipe penggunaan lahan pesisir di Kepulauan Jin Pulau Jeh, Mar, Jeudin, Marjinjin, dan Pulau Kultubai Selatan didominasi oleh pantai bergisik dan rataan pasut berpasir.

4.3.2 Oseanografi pesisir dan laut

1 Pasang surut Pasang surut di perairan kawasan digolongkan sebagai tipe pasang campuran mirip harian ganda predominantly semi diurnal tide. Ciri utama tipe pasang surut ini adalah terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dimana pasang pertama selalu lebih besar dari pasang kedua Gambar 15. Tunggang air tidal range perairan ini berkisar antara 0,8 - 2,5 dm. Tunggang air maksimum umumnya terlihat pada bulan Oktober. Gambar 15 Perubahan tinggi paras laut dm bulan Oktober 2010 pada stasiun Dobo. 2 Batimetri Batimetri perairan kawasan mengacu pada Peta Lingkungan Laut Nasional Skala 1 : 500.000 Peta LLN-40 yang dikeluarkan oleh DIHIDROS tahun 1993 menunjukkan bahwa kedalaman perairan kawasan konservasi Aru Tenggara dikategorikan sebagai perairan dangkal. Kelandaian perairan yang dihitung terhadap kontur kedalaman referensi 200 meter menunjukkan bahwa kelandaian perairan kawasan adalah yang paling rendah dari kawasan lainnya, berkisar antara 0,03 – 0,18 dapat dikategorikan sebagai perairan yang landai. Kelandaian minimum dijumpai pada kawasan perairan bagian Barat dan Selatan sementara maksimum berada pada perairan pantai Timur Gambar 16. 3 Transparansi perairan Transparansi atau kecerahan perairan adalah kemampuan perairan untuk meloloskan cahaya matahari ke dalam kolom air sangat bergantung dari kandungan padatan tersuspensi, sudut matahari dan jenis awan. Tingkat kecerahan perairan dikategorikan atas : 1 Buruk 0 – 5 m ; 2 Sedang 6 – 10 m dan 3 ; Tinggi 11 m. Berdasarkan kategori tersebut maka tingkat kecerahan perairan Kecamatan Aru Selatan dapat dikategorikan sebagai kecerahan rendahburuk sampai sedang. Kandungan padatan tersuspensi TSS di perairan berkisar antara 0,34 – 0,47 mgl dengan nilai rerata sebesar 0,39 mgl. Nilai TSS minimum dijumpai pada perairan pesisir Pulau Enu dan Karang sementara konsentrasi maksimum berada di perairan pesisir Pulau Jeh, P. Mar, P. Marjinjin, P. Jeudin dan P. Kultubai Selatan. 4 Arus Berdasarkan katakteristik perairan, maka perairan bagian barat dan timur Kabupaten Aru memiliki dinamika yang berbeda. Perairan bagian barat merupakan perairan dalam dan sangat dipengaruhi oleh sirkulasi perairan sekitarnya termasuk perairan laut Banda sedangkan perairan bagian timur umumnya dangkal dan mendapat pengaruh dari daratan Papua.