Metode analisa data Metode Penelitian

a Petak contoh yang digunakan untuk pengambilan contoh berukuran 50 cm x 50 cm yang masih dibagi-bagi lagi menjadi 25 sub petak, berukuran 10 cm x 10 cm. b Dicatat banyaknya masing-masing jenis pada tiap sub petak dan dimasukkan ke dalam kelas kehadiran berdasarkan hasil pengamatan. c Adapun penghitungan penutupan jenis lamun secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan rumus menurut Biosonic, 2010 yakni: Data kondisi ekosistem lamun yang diperoleh di lapangan, kemudian akan dianalisis menurut cara COX dalam Fachrul, 2007 sebagai berikut: 3 Ekosistem terumbu karang Identifikasi contoh karang akan dilakukan di laboratorium menurut petunjuk Suharsono, 1996 dan Veron 1986. Hasil pengukuran pada masing- masing transek garis, selanjutnya dihitung nilai penutupannya berdasarkan rumus berikut Gomez dan Yap, 1988: Keterangan: Li = persentase penutupan biota ke-i; Ni = panjang total kelompok biota karang ke-i; dan L = panjang total transek garis. Persen tutupan = 100 plant pings Total Pings-bad pings Tinggi kanopi m = Everage Battom – F65_5depth increment Kondisi terumbu karang dinilai dengan mengikuti kriteria yang dikemukakan Wilkinson et. al., 1992 sebagai berikut : - Sangat Baik Exellent : Penutupan karang keras - 75 - Baik Good : Penutupan karang keras 50 -74,9 - kurang baik Fair : Penutupan Karang keras 25- 49,9 - Jelek Poor : Penutupan karang keras 25 Tabel 5 Kategori life form yang diukur pada pengamatan Line Intercept Transect English et.al., 1994 4 Ikan karang Pendugaan stok ikan melalui metode sensus visual di bawah air dengan menggunakan perhitungan kelimpahan dan total areal transek yang digunakan. Jumlah individu ikan dihitung untuk menduga kelimpahan dengan menggunakan formula menurut Labrosse. at al., 2002 sebagai berikut: Keterangan : D = Kelimpahan ikan Indm 2 atau IndHa ni = Jumlah ikan ke-i yang ditemukan individu Ld = Luas transek m 2 Hasil perhitungan kepadatan ikan yang kemudian diperoleh dan dikonversi ke dalam satuan luas ha untuk mendapatkan gambaran tentang sediaan cadang sumber daya ikan karang di perairan pesisir lokasi penelitian indm 2 x 1000. Untuk menghitung potensi besaran biomass ikan konsumsi perairan karang digunakan nilai konstanta yang direkomendasikan oleh Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan Djamali dan Mubarak, 1999, di mana biomassa tiap individu yang di konsumsi setara dengan 250 gram, selanjutnya dikonversi ke dalam satuan kg atau tonunit area ha. 5 Ikan pelagis dan demersal Data hidroakustik diperoleh melalui teknik echo-integration dan pengukuran luas penampang tubuh ikan secara akustik dengan kecepatan pengambilan data 3 kali per detik di sepanjang track pelayaran cruise track. Kepadatan ikan diperoleh dengan formula BioSonics, 2004; 2010 sebagai berikut : dimana, FPCM adalah kepadatan ikan per meter kubik fish per cubic meter, Sv adalah volume backscattering strength dan  bs adalah backscattering cross-section atau luas penampang ikan yang terukur secara akustik. Volume backscattering strength Sv diperoleh dengan: dimana  c adalah konstanta skala sistem dan P adalah sampel-sampel intensitas suara terefleksi dari target yang terdeteksi. Konstanta skala sistem diperoleh melalui: FPCM = Sv  bs FPCM = Sv  bs Sv = 10Log [  c  ∑P ∑Samples ] dimana  = 3,14159…, pw adalah lebar pulsa suara detik, c adalah kecepatan suara di dalam air laut mdet, SL adalah tingkat sumber dB Pa, RS adalah sensitivitas dari receiver dB dan Eb 2 adalah nilai faktor pola beam transducer. Hasil analisis komponen sumberdaya perikanan pada seluruh ekosistem, selanjutnya akan dilakukan analisis lanjut untuk mengidentifikasi permasalahan pemanfaatan dengan pendekatan wawancara serta diskusi kelompok terfokus. Permasalahan pemanfaatan dipetakan dalam kerangka permasalahan pada seluruh ekosistem yang menggambarkan kondisi eksisting dan peta hubunganpengaruh. Hasil kajian permasalahan tersebut akan juga mendapatkan arah perubahan dari keberadaan sumberdaya pada setiap ekosistem, yang dipakai sebagai dasar dalam komponen analisisi implikasi pengelolaan dengan pendekatan partisipatif yang menggambarkan hubungan umpan balik positif maupun negatif Causal loop menurut Fatsey 2011, yang terjadi pada sistem sumberdaya perikanan dikawasan konservasi Aru Tenggara.

4.3 Hasil dan Pembahasan

4.3.1 Gambaran umum kawasan

1 Aksesibilitas Untuk mencapai kawasan konservasi laut Aru Tenggara dari Ambon harus ditempuh dengan menggunakan pesawat atau kapal laut ke Tual, kemudian dari Tual dilanjutkan dengan kapal Fery selama 11 jam ke Dobo selaku Ibu Kota Kabupaten. Transportasi dari Dobo ke kawasan konservasi Aru Tenggara tidak selalu tersedia sarana transportasi umum. Untuk menuju daerah tersebut, harus menyewa ketinting, kapal motor atau speed boat 80 Pk milik pengusaha lokal. Perjalanan dari Dobo ke kawasan konservasi laut memakan waktu selama 8 - 10 jam dengan ketinting atau kapal motor kayu, sedangkan dengan speed boat 80 Pk perjalanan memerlukan waktu selama 4 - 5 jam. Selain itu ada juga 1  c = ------------------------------------------------------------- π pw c 10  Sl10 2 10 RS10 2 E [b 2 ] angkutan laut reguler kapal perintis yang melayari rute Dobo ke desa-desa di sekitar kawasan konservasi laut berlabuhnya di Desa Batu Goyang yang merupakan salah satu desa di Pulau Trangan. Untuk mencapai kawasan konservasi laut dari desa-desa di sekitar kawasan di Pulau Trangan dan Workai, dapat ditempuh menggunakan ketinting dengan lama perjalanan antara 2 - 4 jam Gambar 14. 2 Topografi Pulau-pulau di dalam kawasan konservasi laut Aru Tenggara memiliki topografi yang datar tanpa adanya bukit dan gunung serta tidak adanya sungai yang mengalir pada pulau-pulau tersebut. Topografi pantai pada pulau-pulau di kawasan konservasi laut tersebut pada umumnya landai dan ditemukan banyaknya alur-alur laut yang cukup dalam bahasa lokalnya adalah kalorang yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai jalur pelayaran. Topografi pantai dan laut di sekitar kawasan konservasi laut relatif sama dengan di dalam kawasan. Sedangkan topografi darat dari pulau-pulau di sekitar kawasan konservasi laut tersebut relatif datar dengan sedikit bergelombang dengan tingkat kemiringan 10 - 12. Dijumpai bukit dengan ketinggian ± 90 m dari permukaan laut, serta adanya beberapa sungai kecil pada batuan berkapur. Topografi pulau-pulau kecil di luar kawasan konservasi laut Aru Tenggara relatif sama dengan topografi pulau-pulau di dalam kawasan konservasi laut tersebut. Pulau-pulau tersebut dibatasi oleh selat yang sempit lebarnya ± 30 – 50 m dan dangkal yang memiliki banyak alur namun tidak terlalu dalam Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009.