Komponen zonasi ekosistem Metode Pengambilan Data

Indonesia Nomor Per.30Men2010 Tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Pasal 9 ayat 1 menetapkan zonasi dalam kawasan konservasi perairan. Berdasarkan hal tersebut, maka kriteria yang digunakan untuk menentukan zonasi adalah a Keanekaragaman : jumlah, kepadatan, penyebaran ekosistem dan spesies. b Kekhasan : bentuk, warna, ukuran. c Kelangkaan : jumlah, kepadatan, penyebaran baik ekosistem maupun spesies d Keperwakilan: bentuk, warna, ukuran, penyebaran e Keaslian: bentuk, warna, ukuran, penyebaran. f Kerentanan; mencakup status, karakteristik dan sejarah pulau. g Kependudukan; mencakup kepadatan penduduk, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan masyarakat. h Wisatawan: mencakup jumlah, tujuan, tingkat persepsi, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. i Sarana dan prasarana : jumlah dan penyebaran j Pengembangan wilayah yang berkaitan dengan penyiapan sumber daya manusia, institusi, peraturan perundang-undangan dan pengembangan kawasan. k Konservasi, yang berkaitan dengan perlindungan terhadap proses-proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan, pelestarian sumber daya alam dan pemanfaatan secara lestari. Sesuai dengan karakteristik kawasan dan untuk memudahkan proses penetapannya, maka kawasan konservasi Aru Tenggara dibedakan. menjadi lima kategori: yaitu kawasan ekosistem pulau, kawasan ekosistem mangrove, kawasan ekosistem lamun, kawasan ekosistem terumbu karang dan kawasan ekosistem perairan terbuka dengan pertimbangan sebagai berikut: a Kawasan ekosistem pulau: Apabila memenuhi kriteria sebagai kawasan lindung pulau, maka akan menjadi kawasan lindung pulau. Apabila tidak memenuhi kriteria akan dijadikan kawasan budidaya pulau. Selanjutnya apabila kawasan budidaya pulau memenuhi kriteria zona wisata pulau, akan ditetapkan sebagai zona wisata pulau dan apabila tidak memenuhi kriteria sebagai zona wisata pulau akan menjadi zona lindung pulau. Kawasan budidaya pulau setelah dinilai, apabila memenuhi kriteria zona hutan produksi pulau maka kawasan tersebut dapat menjadi zona hutan produksi pulau. Apabila tidak memenuhi kriteria zona hutan produksi pulau maka kawasan tersebut dicadangkan untuk penggunaan lain. Selanjutnya kawasan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, apabila memenuhi kriteria zona pertanian maka ditetapkan sebagai zona pertanian dan apabila memenuhi kriteria sebagai zona permukiman akan ditetapkan sebagai zona permukiman. b Kawasan ekosistem mangrove: Apabila memenuhi kriteria sebagai kawasan lindung mangrove, maka akan menjadi kawasan lindung mangrove. Apabila tidak memenuhi kriteria akan dijadikan kawasan budidaya mangrove. Selanjutnya apabila kawasan lindung mangrove memenuhi kriteria zona hutan wisata mangrove, akan ditetapkan sebagai zona hutan wisata mangrove dan apabila tidak memenuhi kriteria sebagai zona hutan wisata mangrove akan menjadi zona hutan lindung mangrove. Kawasan budidaya mangrove setelah dinilai, apabila memenuhi kriteria zona hutan produksi mangrove maka kawasan tersebut dapat menjadi zona hutan produksi mangrove. Apabila tidak memenuhi kriteria zona hutan produksi mangrove maka kawasan tersebut dicadangkan untuk penggunaan lain. Selanjutnya kawasan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, apabila memenuhi kriteria zona perikanan tambak maka dapat ditetapkan menjadi zona perikanan tambak Gambar 8. c Kawasan ekosistem lamun seagrass: Apabila memenuhi kriteria sebagai kawasan lindung lamun, maka akan menjadi kawasan lindung lamun. Apabila tidak memenuhi kriteria akan dijadikan kawasan budidaya lamun. Selanjutnya apabila kawasan lindung lamun memenuhi kriteria zona wisata lamun, akan ditetapkan sebagai zona wisata lamun dan apabila tidak memenuhi kriteria sebagai zona wisata lamun akan menjadi zona lain. Kawasan budidaya lamun setelah dinilai, apabila memenuhi kriteria zona perikanan tangkap maka kawasan tersebut dapat menjadi zona perikanan tangkap. Apabila tidak memenuhi kriteria zona perikanan tangkap, maka kawasan tersebut dapat dicadangkan untuk penggunaan lain. Bagi kawasan yang dicadangkan untuk penggunaan lain apabila memenuhi kriteria zona budidaya perikanan maka dapat ditetapkan menjadi zona budidaya perikanan. d Kawasan ekosistem terumbu karang coral reef: Apabila memenuhi kriteria sebagai kawasan lindung terumbu karang, maka akan menjadi kawasan lindung terumbu karang. Apabila tidak memenuhi kriteria akan dijadikan kawasan budidaya terumbu karang. Selanjutnya apabila kawasan lindung terumbu karang memenuhi kriteria zona wisata terumbu karang, akan ditetapkan sebagai zona wisata terumbu karang dan apabila tidak memenuhi kriteria sebagai zona wisata terumbu karang akan menjadi zona lindung terumbu karang. Kawasan budidaya terumbu karang setelah dinilai, apabila memenuhi kriteria zona perikanan tangkap maka kawasan tersebut dapat menjadi zona perikanan tangkap. Apabila tidak memenuhi kriteria zona perikanan tangkap, maka kawasan tersebut dapat dicadangkan untuk penggunaan lain. Bagi kawasan yang dicadangkan untuk penggunaan lain apabila memenuhi kriteria zona budidaya perikanan maka dapat ditetapkan menjadi zona budidaya perikanan. e. Kawasan perairan terbuka: Apabila memenuhi kriteria sebagai kawasan lindung perairan terbuka akan menjadi kawasan lindung perairan terbuka. Apabila tidak memenuhi kriteria akan ditetapkan sebagai kawasan budidaya perairan terbuka. Selanjutnya, apabila kawasan lindung perairan terbuka memenuhi kriteria zona wisata perairan terbuka, maka akan ditetapkan sebagai zona wisata perairan terbuka dan apabila tidak memenuhi kriteria zona wisata perairan terbuka akan menjadi zona lindung perairan terbuka. G ambar 8 S k em a p en en tuan zon asi b er b asis ek osis te m Kawasan budidaya perairan. Setelah dinilai, apabila memenuhi kriteria zona perikanan tangkap maka kawasan tersebut dapat menjadi zona perikanan tangkap. Apabila tidak memenuhi kriteria zona perikanan tangkap, maka kawasan tersebut dapat dicadangkan untuk penggunaan lain. Bagi kawasan yang dicadangkan untuk penggunaan lain apabila memenuhi kriteria zona budidaya perikanan maka dapat ditetapkan menjadi zona budidaya perikanan. 4 KARAKTERISTIK SUMBER DAYA PERIKANAN KAWASAN

4.1 Pendahuluan

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Kecenderungan global pengelolaan perikanan makin menuju pada pemahaman bahwa sumber daya ikan harus memberikan manfaat baik untuk generasi saat ini maupun generasi mendatang Myers et al, 1996; Cook et al, 1997. Hal ini terkait erat dengan karakteristik sumber daya ikan yang mempunyai keterbatasan kemampuan untuk pulih kembali renewable sehingga berpotensi akan musnah apabila tidak dikelola secara benar Phasuk, 1987; Christensen, 1998. Disamping memiliki keterbatasan untuk pulih, karakter khusus yang lain dari sumber daya ikan adalah sifat hidupnya yang dapat bermigrasi. Oleh karena itu, dua sifat sumber daya ikan tersebut perlu mendapat perhatian yang serius bagi setiap pemangku kepentingan pengelolaan perikanan di Indonesia. Hal ini mengingat kompleksitas permasalahan pengelolaan perikanan yang ada di wilayah perairan Indonesia yang bercirikan wilayah perairan kepulauan dengan berbagai macam kepentingan dan kewenangan yang ada di dalamnya. Sifat dinamis sumber daya ikan tersebut, akan menyebabkan pemanfaatan suatu jenis sumber daya ikan yang intensif dan terkonsentrasi di suatu wilayah perairan tertentu, sehingga berpengaruh terhadap ketersediaan jenis sumber daya ikan tersebut di wilayah perairan lainnya, bahkan secara umum juga akan berdampak terhadap jenis sumber daya ikan lain oleh karena adanya keterikatan ekologis diantara jenis-jenis sumber daya tersebut. Sumber daya perikanan merupakan salah satu kekayaan yang ada di perairan. Sumber daya perikanan mempunyai karakteristik yang unik yaitu merupakan sumber daya milik umum Common Property. Akibatnya pemanfaatan sumber daya ikan bersifat open acces artinya semua orang dapat melakukan kegiatan penangkapan ikan di suatu wilayah perairan tanpa adanya pembatasan. Dengan karakteristiknya tersebut maka dalam pemanfaatannya dapat mengalami overfishing yaitu tingkat upaya tangkap ikan meningkat hingga mengganggu keseimbangan populasi ikan yang berakibat tidak lagi diperoleh keuntungan dari pemanfaatan sumber daya ikan tersebut Nielsen et al, 2004. Jika hal ini terus berlanjut maka akan berdampak negatif pada perekonomian masyarakat. Perairan Aru Tenggara ditetapkan sebagai salah satu kawasan konservasi laut pada tahun 1993 dengan status Cagar Alam Laut CAL bertujuan untuk melindungi sumber daya endemik yakni penyu dan ekosistem yang ada di dalamnya. Kawasan dengan luas 114.000 hektar atau 1.140 km 2 ini, merupakan areal yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, karena hampir 97 masyarakat adalah nelayan yang menggantungkan ekonomi keluarga mereka di kawasan dimaksud. Dengan ditetapkannya kawasan ini sebagai areal perlindungan maka secara langsung membatasi hak-hak tradisional masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya, terutama jika status kawasan sebagai Cagar Alam dengan kategori Ib, maka kawasan terhindar dari berbagai bentuk pemanfaatan apapun, kecuali bagi kepentingan penelitian dan pengembangan kawasan. Sementara peran utama kawasan lindung adalah konservasi keanekaragaman spesies, konservasi keanekaragaman hayati, bersama dengan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, dapat dan harus menghasilkan manfaat kepada masyarakat sekitar Brodziak et al., 2005; Worm et al., 2009. Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati Sekretariat Konvensi Keanekaragaman Hayati, 2008 menyatakan bahwa kawasan lindung adalah alat penting untuk konservasi biologi dan ekosistem sebagai pemasok sumber daya dan jasa lingkungan sehingga akan membentuk landasan strategi pembangunan