Peringkat pengelolaan kawasan Hasil dan Pembahasan .1 Efektivitas pengelolaan kawasan konservasi

perencanaan KKL? perencanaan pengelolaan. Karena berdasarkan diskusi dengan masyarakat penelitian diperoleh informasi bahwa belum adanya kegiatan bersama dengan masyarakat dalam menyusun dokumen rencana pengelolaan. TK IK Apakah pemerintah setempat terlibat dalam proses perencanaan KKL ? 2. Perlu melibatkan pemerintah dalam penyusunan perencanaan pengelolaan. Hal ini dimaksudkan agar pemerintah setempat selain memberikan masukan juga dapat mengakomodir rencana pengelolaan kawasan dalam program dan rencana pembangunan daerah.. TK IK Apakah aturan dan pedoman tentang KKL sudah dipasang pada tempat- tempat yang strategis agar masyarakat umum setempat dapat melihat dan membacanya dengan mudah? 3. Kampanye dan penyebarluasan informasi tentang kawasan sangat perlu dilakukan mengingat pentingnya perlindungan kawasan dimaksud bagi kepentingan di masa yang akan datang. 4. Perlu juga memasukan data posisi batas kawasan di setiap kapal tangkap yang beroperasi di perairan Arafura agar tidak melakukan penangkapan di dalam kawasan konservasi. 5. Selain kapal-kapal penangkapan, informasi tentang batas kawasan juga diberikan kepada Angkatan Laut, PolAir,Kapal Pengawas perikanan dan lainnya yang berkompeten agar dalam melakukan pengawasan dapat dengan mudah menangkap kegiatan-kegiatan yang masuk pada kawasan konservasi B IK Apakah pemantauan biofisik secara teratur sudah dimulai? 6. Pemantauan biofisik harus dilakukan secara berkala, meningat kondisi kawasan yang sangat rentan, jauh dari akses serta banyak kegiatan pengambilan batu dan karang di kawasan untuk pemabngunan. SE IK Apakah pemantauan sosial secara teratur sudah dimulai? 7. Pemantauan sosial secara berkala diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh telah terjadi perubahan perilaku masyarakat terhadap fungsi dan manfaat kawasan, mengingat aktivitas penangkapan penyu yang masih tetap dilakukan oleh masyarakat . TK K Apakah Rencana Pengelolaan KKL sudah diterima oleh masyarakat : setempat ? 8. Rencana Pengelolaan Kawasan segera mungkin dilakukan dan diserahkan kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengerti dan mengetahui berbagai rencana pengelolaan yang akan dilaksanakan oleh badan pengelola. TK K Apakah Rencana Pengelolaan KKL sudah diterima oleh pemerintah setempat ? 9. Rencana Pengelolaan Kawasan juga perlu disampaikan kepada pemerintah untuk segera mungkin dijadikan bagian yang tidak terpisahkan dengan rencana pembangunan daerah.. TK K Apakah KKL mempunyai Rencana Zonasi baik sebagai bagian dari dokumen rencana KKL atau dibuat terpisah? 10. Rencana pengelolaan juga harus dicantumkan rencana penyusunan zonasi yang dokumennya terpisah dengan rencana pengelolaan. 11. Rencana zonasi diharapkan dapat mengakomudir sistem zona tradisional yang ada dimasyarakat. 12. Sistem zonasi juga harus mewadahi kepentingan lokasi tangkap tradisional masyarakat. Lanjutan... Kat KK Pertanyaan Arahan TK K Apakah pelampung tambat, pelampung tanda danpelampung tanda batas sudah dipasang atau salah 13. Perlu dibuat pelampung tanda batas kawasan, mengingat batas kawasan terlalu luas dan kapal-kapal penangkap ikan biasanya melakukan penangkapan satu diantaranya? dengan trawl di dalam kawasan. Di samping itu masyarakat kawasan juga belum mengetahui dengan jelas batas kawasan konservasi Aru Tenggara. 14. Pelampung tambat sangat penting dilakukan mengingat profil perairan kawasan yang sangat sulit untuk dimasuki, karena profil dasar yang sangat bervariasi. TK K Apakah prasarana sudah didirikan untuk menunjang pengelolaan KKL misal, pos Jagawana, pos lapangan, kantor lapangan, dll.? 15. Perlu dibangun lapangan di kawasan konservasi Aru Tenggara, karena pos lapangan yang ada di kota Dobo sangat jauh dengan kawasan 16. Pos Pengawasan disertai sarana transportasi laut untuk patroli perlu disediakan di kawasan Aru Tenggara dan bukan berbasis di Kota Dobo. 17. Selain pos atau kantor dan lainnya juga diharapkan adanya upaya-upaya pembenihan penyu di kawasan sehingga ada proses restocking di kawasan. Kondisi saat ini telah memperlihatkan bahwa perburuan terhadap penyu semakin gencar dilakukan, bahkan tempat bertelur penyu di beberapa pulau sudah jarang didatangi penyu. Daerah yang saat ini menjadi target penangkapan penyu adalah Pulau Enu dan Pulau Karang, mengingat kedua lokasi ini sangat potensial sebagai tempat bertelur penyu. Dengan memperhatikan permasalahan yang telah digambarkan di atas, maka diperlukan suatu tindakan cepat untuk menghambat kegiatan-kegiatan ilegal di kawasan konservasi Aru Tenggara. Menurut Carter.E et al., 2011, bahwa suatu kawasan pada tingkat pengelolaan 2 maka kawasan tersebut telah memiliki status pendirian, lembaga pengelola, zonasi dan manajemen plan. Selanjutnya masing-masing tingkatan pengelolaan dirincikan ke dalam kriteria umum, sehingga jika kawasan yang telah mencapai level atau tingkat pengelolaan 2 artinya telah melewati seluruh kriteria level 1 dan memenuhi seluruh kriteria level 2 yakni 1 unitorganisasi pengelola memiliki manajemen dan kapasitas yang cukup untuk melaksanakan pengelolaan kawasan, 2 rencana pengelolaan dan zonasi telah dimiliki, 3 telah tersedia sarana dan prasarana pendukung pengelolaan dan 4 telah ada dukungan pembiayaan pengelolaan. Berdasarkan pernyataan ini maka dapatlah dikatakan bahwa kawasan konservasi Aru Tenggara baru memenuhi 2 persyaratan pada tingkat ini yakni status pendirian, dan lembaga pengelola, sedangkan kriteria lainnya seperti rencana zonasi dan rencana pengelolaan, fasilitas pendukung pengelolaan, serta program pembiayaan untuk kepentingan pengelolaan kawasan belum terlaksana. Itu sebabnya pada tingkatan ini baru mencapai 28,57 sehingga secepat mungkin lembaga pengelola mengupayakan memenuhi persyaratan dimaksud agar dapat mempercepat upaya pengelolaan kawasan. 3 Tingkat pengelolaan 3 Tingkat pengelolaan 3 adalah tingkat pengelolaan yang terkecil nilainya dari 3 tingkat pengelolaan yang memiliki nilai skor pada kartu elektronik atau dapat dikatakan tingkat pengelolaan yang telah mengimplementasikan berbagai kegiatan yang telah diungkapkan melalui pertanyaan-pertanyaan kartu skor. Pada tingkat pengelolaan ini nilai skor yang diperoleh adalah sebesar 7,14 yang artinya masih ada 92,96 aktivitas yang belum dilaksanakan atau sejatinya dapat dikatakan hanya 1 pertanyaan yang terjawab dari 14 pertanyaan yang tersedia Tabel 42. Berdasarkan batasan tentang tingkat pengelolaan dan rincian kriteria suatu kawasan yang memenuhi tingkat pengelolaan 3 menurut Carter.E et al.,2011 yaitu 1 Pengesahan rencana pengelolaan dan zonasi, 2 telah tersedia Standar Operasional Prosedur SOP Pengelolaan, 3 Pelaksanaan rencana pengelolaan dan zonasi, 4 Penetapan Kawasan Konservasi Perairan. Berpaut pada kriteria di atas, maka pada tingkat pengelolaan 3, kawasan konservasi Aru Tenggara baru memenuhi 1 kriteria yakni penetapan status kawasan konservasi, itupun terjadi akibat pemindahan kewenangan dari Kementerian Kehutanan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2009. Sedangkan untuk kriteria lainnya belum sama sekali terpenuhi. Tabel 42 Kartu skor pengelolaan yang belum terjawab pada tabel skor elektronik C Kat KK Pertanyaan Arahan TK IK Apakah Badan Pengelola aktif melaksanakan menindak-lanjuti Rencana Pengelolaan ? 1. Dokumen rencana pengelolaan setelah dibuat hendaklah tidak dijadikan sebagai dokumen prasyarat, sehingga kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan tidak dilaksanakan bagi pengembangan kawasan. TK IK Apakah peluang bagi pendanaan berkelanjutan sudah dipertimbangkan ? 2. Rencana pengelolaan harus ditunjang dengan perencanaan pendanaan yang berkelanjutan sehingga seluruh kegiatan dapat dilaksanakan. Jangan membiarkan kawasan tetap statis sehingga semakin bertambah waktu, perubahan ke arah perbaikan tidak pernah terjadi sebagai akibat dari keterbatasan pendanaan. 3. Perlu mencari dukungan pendanaan dari berbagai kelembagaan baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. TK IK Apakah tersedia cara bagi masyarakat setempat untuk menyampaikan keluhanpersoalan bila relevan kepada Badan Pengelola ? 4. Perlu ditetapkan suatu pos pengaduan baik terhadap kegiatan-kegiatan destruktif di kawasan maupun terhadap kelompok atau organisasi tertentu yang memanfaatkan kawasan untuk mencari meuntungan semata. B IK Apakah hasil pemantauan biofisik pengukuran komponen yang tercantum pada T 4 Tabel B sudah di analisis untuk mengetahui kecenderungantren tentang kondisinya ? 5. Pemantauan biofisik yang teratur dan berkesinambungan sangat penting dilakukan untuk mendapatkan tren perubahan lingkungan kawasan. SE IK pakah hasil pemantauan komponen sosial pengukuran komponen yang tercantum pada T 5 Tabel B sudah di analisis untuk mengetahui kecenderungantren perubahan berdasarkan waktu ? 6. Pemantauan komponen sosial yang teratur dan berkesinambungan sangat penting dilakukan untuk mendapatkan tren perubahan masyarakat. TK K Apakah kelompok untuk menegakkan aturan KKL misal, patroli sudah terbentuk ? 7. Perlu pembantukkan kelompok penawasan dan penegakan aturan di tingkat Kabupaten maupun tim pengawas di tingkat masyarakat. TK K Apakah kegiatan penegakkan aturan KKL dilakukan secara teratur ? 8. Kegiatan penegakan aturan perlu dilakukan secara teratur agak dapat memberikan efek jera bagi pelanggar kawasan konservasi. 9. Kegiatan penegakan hukum akan berjalan dengan baik jika pengawasan secara teratur dan berkelanjutan dapat terlaksana. TK K Apakah pengadilan aturan KKL dilakukan secara teratur 10. Kerjasama antara badan pengelola dengan penegak hukum harus tetap terpelihara agar segala bentuk pelanggaran dapat terselesaikan dengan baik. TK K Apakah semua papan informasi, tanda batas dan pelampung tambat masih berada ditempatnya masing-masing dan terpelihara. 11. Pemasangan papan larangan, tanda batas, pelambung dan tanda labuh harus menjadi prioritas untuk dapat memberikan kepastian batas. TK H Apakah Rencana Zona KKL sudah diterima oleh masyarakat setempat ? 12. Rencana zonasi Kawasan Konservasi Aru Tenggara harus disusun berbasis kearifan lokal masyarakat serta memperhatikan daerah pemanfaatan tradisional yang mereka miliki 13. Rencana zonasi yang disusun harus dipresentasikan dan disosialisasikan kepada masyarakat untuk men- dapatkan masukan bagi penetapan zonasi kawasan Lanjutan... Kat KK Pertanyaan Arahan TK H Apakah rencana pengelolaan KKL sudah diterima oleh pemerintah setempat? 14. Rencana pengelolaan kawasan Konservasi Aru Tenggara harus disusun dengan mempertimbangan RTRW kabupaten Kepulauan Aru, Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut RZWP di Kabupaten Kepulauan Aru. TK H Apakah rencana pengelolaan KKL sudah diadopsi oleh masyarakat setempat ? 15. Sama halnya dengan rencana zonasi, maka Rencana pengelolaan kawasan Konservasi Aru Tenggara harus disusun berbasis kearifan lokal masyarakat serta memperhatikan daerah pemanfaatan tradisional yang mereka miliki 16. Rencana pengelolaan yang disusun harus disosialisasikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui program dan kegiatan yang akan dilaksanakan serta mendapat dukungan dari seluruh komponen masyarakat kawasan. TK H Apakah rencana pengelolaan KKL sudah diadopsi oleh pemerintah setempat? 17. Rencana pengelolaan yang disusun harus diketahui oleh pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Aru agar dapat diakomodir dalam rencana pembanguan jangka panjang maupun jangka menengah dari pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru. 4 Tingkat pengelolaan 4 dan 5 Berdasarkan tahun ditetapkannya Kawasan Aru Tenggara sebagai Cagar Alam Laut CAL pada tahun 1991, maka sudah seharusnya pada saat ini, tingkat pengelolaan kawasan telah mencapai peringkat 5 dan telah memberikan dampak konservasi efek konservasi bagi masyarakat maupun sumber daya dan ekosistem yang menjadi tujuan perlindungan kawasan dimaksud. Namun sayangnya berdasarkan hasil analisis tingkat efektivitas pengelolaan, kawasan konservasi Aru Tenggara baru mencapai tingkat 1, sedangkan pada tingkat pengelolaan 4 dan 5 masih belum memiliki nilai 0. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Carter.E et al.,2011, yakni suatu kawasan yang telah mencapai tingkat pengelolaan 4 harus telah melewati kriteria antara lain 1 Penataan batas kawasan, 2 Pelembagaan, 3 Pengelolaan sumber daya kawasan 4 Pengelolaan sosial ekonomi dan budaya. Sedangkan jika kawasan telah memasuki tingkat pengelolaan 5 yakn dikenal dengan tahun keemasan, maka maka kawasan dimaksud telah memenuhi kriteria antara lain 1 Pengelolaan KKP meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan 2 Pembiayaan berkelanjutan. Dengan demikian maka kawasan konservasi Aru Tenggara berdasarkan analisis kartu skor elektronik efektivitas pengelolaan yang menunjukkan bahwa belum terlaksananya seluruh kegiatan pada kedua tingkatan ini, maka perlu menjadi perhatian serius bagi badan pengelola untuk mengupayakan pelaksanaan dari seluruh komponen atau kriteria yang telah ditetapkan, sehingga maskud dan tujuan konservasi dapat tercapai. Secara keseluruhan tingkat efektivitas pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara pada level 1 yang berarti kawasan masih berada pada fase inisiasi dengan nilai capaian sebesar 78,57 atau berdasarkan kriteria tingkat pencapaian adalah cukup efektif. 2 Pada tingkat pengelolaan 2, atau fase didirikan, kawasan konservasi Aru Tenggara baru mencapai keberhasilan sebesar 28,57 atau kurang efektif berdasarkan kriteria tingkat pencapaian. 3 Pada tingkat pengelolaan 3, fase dikelola secara minimum, kawasan konservasi Aru Tenggara baru mencapai nilai 7,14 dimasuk pada kategori tidak efektif. 4 Pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara pada level 4 yang berarti kawasan berada pada fase dikelola efektif, nilai capaian sebesar 0 atau berdasarkan kriteria tingkat pencapaian adalah tidak efektif. 5 Pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara pada level 5 yang berarti kawasan telah berada pada fase kemandirian, nilai capaian sebesar 0 atau berdasarkan kriteria tingkat pencapaian adalah tidak efektif. 6 Secara keseluruhan pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara berdasarkan kriteria tingkat pencapaian baru mencapai 38,09, itu berarti pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara dari tahun 1991 hingga 2010 berada pada tingkatan kurang efektif. Diharapkan dengan status kawasan saat ini sebagai Suaka Alam Perairan SAP, perhatian terhadap kawasan semakin baik dan berkembang menuju pada tahapan yang lebih baik yakni pada tingkat pengelolaan 5 dengan nilai 100 yakni kawasan mencapai tingkat kemandirian atau dikelola sangat efektif.

7.3.4 Peringkat pengelolaan berbasis indeks efektivitas

1 Indeks efektivitas kategori biofisik IEB Berdasarkan jumlah pertanyaan pada kategori biofisik dari Tabel elektronik A-D yakni sebanyak 10 pertanyaan, maka yang telah diimplementasikan di kawasan sebanyak 2 pertanyaan 20 dengan jawaban “Ya”, 7 pertanyaan 70 belum dilaksanakan dengan jawaban “Tidak” dan 1 pertanyaan dijawab dengan “TT” atau tidak diketahui, sehingga nilai indeks efektivitas kawasan konservasi IEB adalah sebesar 0,22 Tabel 43. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada kategori biofisik tingkat efektivitas berada pada tingkatan kurang efektif yang ditandai dengan warna kuning. Tabel 43 Indeks efektivitas kategori biofisik IEB di kawasan konservasi Aru Tenggara. Kategori Jawaban Tabel-A Tabel-B Tabel-C Tabel-D Total Total IEB Ya 2 2 20,0 Tidak 1 1 5 7 70,0 TT 1 1 10,0 TA - Total 3 1 1 5 10 100 Biofisk 0,22 Berdasarkan nilai indeks ini, maka dapatlah dikatakan bahwa dalam pengelolaan kawasan konservasi selama 21 tahun, belum ada kemajuan yang berarti bagi perbaikan sumber daya dan lingkungannya, bahkan jika disandingkan dengan kondisi pemanfaatan yang selama ini dilaksanakan maka penurunan sumber daya berdasarkan hasil analisis pada bab-4 wajar terjadi, dimana telah terjadi penurunan sumber daya dan ekosistem di kawasan konservasi Aru Tenggara. Kementerian Kelautan dan Perikanan yang saat ini dipercayakan untuk mengelola kawasan, diharapkan dapat berupaya untuk menggerakkan kondisi biofisik kawasan ini menuju pada tahapan yang lebih baik. Itu artinya bahwa masih tersisa sebanyak 70 - 80 komponen biofisik yang belum diimplementasikan di kawasan, sehingga diyakini jika komponen ini dapat diperbaiki, maka perubahan pengelolaan akan terjadi dan lebih baik di waktu mendatang. Upaya pengelolaan pada kategori biofisik harus sejalan dengan perbaikan pada kategori sosial-ekonomi dan tata kelola, karena masing-masing kategori tidak terlepas satu dengan yang lain, namun memiliki keterkaitan yang sangat erat, sehingga ketertinggalan suatu kategori akan berdampak pada kategori yang lainnya. 2 Indeks efektivitas kategori sosial-ekonomi IESE Total pertanyaan pada kategori sosial-ekonomi untuk seluruh tabel ditemukan sebanyak 11 pertanyaan, dimana 5 diantaranya telah dilaksanakan dengan jawaban “Ya”, sedangkan 5 belum dilaksanakan “Tidak” serta 1 pertanyaan belum dapat di ketahui sehingga terjawab “TT”. Dengan demikian total persentase jumlah yang telah terimplementasikan dengan jumlah yang belum dilaksanakan di kawasan adalah sama yakni sebesar 45. Jika jawaban “TT” ternyata belum dilaksanakan kegiatan sosial-ekonomi yang belum terlaksana sebesar 65,5 atau sebaliknya Tabel 44. Tabel 44 Indeks efektivitas kategori sosial-ekonomi IESE di kawasan konservasi Aru Tenggara. Kategori Jawaban Tabel-A Tabel-B Tabel-C Tabel-D Total Total IESE Ya 5 5 45,5 Tidak 1 1 3 5 45,5 TT 1 1 9,1 TA - Total 6 1 1 3 11 100 Sosek 0,50 Berdasarkan jumlah yang telah terlaksana dan yang belum, maka nilai indeks efektivitas kawasan konservasi berdasarkan kategori sosial-ekonomi adalah sebesar 0,5 yang artinya implementasi kegiatan sosial-ekonomi telah mencapai setengah dari yang diharapkan. Berdasarkan kriteria keputusan, maka implementasi kategori sosial-ekonomi telah efektif yang dinyatakan dengan warna hijau. Jika jawaban tidak tahu “TT” masuk dalam kegiatan yang telah diimplementasikan maka kategori sosial-ekonomi cukup efektif atau sebaliknya jika tidak, maka kategori ini kurang efektif. Perubahan yang terjadi pada sumber daya perikanan komponen biofisik merupakan simultansi dari upaya masyarakat kawasan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga jika komponen sosial-ekonomi tidak dibenahi maka sudah tentu akan mengganggu keberlangsungan biofisik kawasan. Saat ini berdasarkan hasil analisis terhadap karakteristik masyarakat perikanan, diperoleh hasil bahwa masyarakat kawasan sangat tertekan karena kebutuhan hidup semakin mahal, keterbatasan akses baik untuk pendidikan anak, kesehatan warga, penerangan, transportasi dan akses pasar untuk menjual hasil tangkapan mereka, maka banyak sekali kegiatan masyarakat yang tidak terkontrol bahkan cenderung merusak sumber daya dan ekosistem perikanan kawasan. Untuk itu menjadi penting bagi badan pengelola untuk merancang, menetapkan dan mengimplementasikan rencana pengelolaan harus mempertimbangkan kebutuhan masyarakat setempat, sehingga tujuan dari konservasi bagi perlindungan sumber daya dan lingkungan serta sosial-ekonomi masyarakat dapat tercapai. 3 Indeks efektivitas kategori tata kelola IETK Pertanyaan terbanyak dalam kartu elektronik efektivitas pengelolaan kawasan adalah pada kategori tata kelola kawasan, dimana ditemukan sebanyak 35 pertanyaan. Dari 35 pertanyaan yang ada, 14 telah diimplementasikan, 51,4 belum dilaksanakan, sedangkan 8,6 belum diketahui apakah sudah atau belum diimplementasikan karena menjawab “TT”. Dengan demikian indeks efektivitas kategori tata kelola saat ini adalah sebesar 0,44 atau implementasi pengelolaan tata kelola efektif dengan warna hijau Tabel 45. Sama halnya dengan kategori sosial ekonomi, maka jika 3 pertanyaan yang termasuk pada kategori “TT” tersebut belum terlaksana di kawasan, maka akan menekan status efektivitas pengelolaan kawasan pada kategori tata kelola pada tingkatan kurang efektif, dan sebaliknya jika telah diimplementasikan, maka kategori ini akan tetap pada pengelolaan yang efektif. Hasil analisis kebijakan pembangunan perikanan baik oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten di kawasan konservasi Aru Tenggara tergolong sangat rendah atau kurang, bahkan cenderung kebijakan yang diimplementasikan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat kawasan. Sebagai masyarakat yang hidup terisolir, jauh dari berbagai akses serta terbatas dengan sumber daya lahan darat, sudah seyoganya implementasi kebijakan perikanan lebih banyak diarahkan ke kawasan ini. Hal ini dikarenakan masyarakatnya dominan nelayan, ketergantungan hidup mereka hanya pada sumber daya di laut, aktivitas dibatasi oleh kondisi musim dan cuaca, memiliki tanggung jawab menjaga kawasan perbatasan, lahan pesisir tempat menangkap ditetapkan sebagai kawasan konservasi, lahan yang lebih jauh ditetapkan sebagai daerah penangkapan oleh kapal-kapal dengan kapasitas yang lebih besar dengan jumlah operasi hampir 10.000-an kapalhari, kebutuhan dasar dibeli dengan harga yang tinggi, harga jual hasil tangkapan sangat rendah, dan lain-lain permasalahan yang secara komulatif akan memberikan penekanan pada kehidupan masyarakat dan pada akhirnya laut dikuras dengan berbagai aktivitas yang tidak berkelanjutan. Tabel 45 Indeks efektivitas kategori tata kelola IETK di kawasan konservasi Aru Tenggara. Kategori Jawaban Tabel-A Tabel-B Tabel-C Tabel-D Total Total IETK Ya 4 9 1 14 40,0 Tidak 3 10 5 18 51,4 TT 1 1 1 3 8,6 TA - Total 5 12 12 6 35 100 Tata Kelola 0,44 Dengan melihat perolehan tingkat efektivitas pengelolaan pada kategori tata kelola, maka jawaban atas analisis kebijakan pada bab sebelumnya menjadi semakin kuat bahwa kawasan ini hanya ditetapkan di atas kertas untuk memenuhi prasyarat luasan kawasan yang telah dikonservasi, namun pada kenyataanya justru jauh lebih buruk dari yang diharapkan. Menyimak seluruh permasalahan yang telah dikemukakan, maka badan pengelola kawasan memiliki tanggung jawab besar untuk memenuhi komponen yang masih tertinggal. Lebih jauh diupayakan agar kebijakan yang akan dilaksanakan di kawasan benar-benar menjawab permasalahan masyarakat dan lingkungannya. 3 Indeks efektivitas kawasan konservasi IEKK Berdasarkan indek efektivitas untuk biofisik IEB, indeks efektivitas sosial-ekonomi IESE dan indeks efektivitas tata kelola IETK, maka indeks efektivitas kawasan konservasi IEKK pada kawasan konservasi Aru Tenggara adalah sebesar 0,387 yang artinya secara keseluruhan pengelolaan kawasan konservasi pada 3 kategori dimaksud kurang efektif dengan warna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara sejak ditetapkan pada bulan Maret 1991 dengan status Cagar Alam Laut CAL, hingga pada tahu 2010 dimana penelitian ini dilakukan, sama sekali dibiarkan terlantar atau tidak terkelola dengan baik sebagaimana lasimnya pengelolaan suatu kawasan konservasi sesuai dengan amanat Undang-undang. Kawasan konservasi Aru Tenggara secara administratif terletak di Indonesia Bagian Timur, tepatnya Provinsi Maluku, Kabupaten paling Timur yakni Kepulauan Aru, dan di bagian Timur Kecamatan Aru Selatan. Karena seluruhnya adalah bagian Timur yang berbatasan langsung dengan Australia, menunjukkan bahwa kawasan ini adalah kawasan konservasi yang sangat jauh, sehingga mudah terlupakan, sulit untuk diingat dalam berbagai implementasi program atau kegiatan dan mudah untuk diucapkan dan dituliskan di atas kertas laporan perkembangan kawasan setiap tahun oleh instansi pemerintah baik pusat, provinsi maupun kabupaten. Sebagai suatu kawasan yang memiliki nilai strategis yakni merupakan salah satu kawasan konservasi dengan luasan yang cukup besar yaitu 114.000 ha; terdiri atas 3 pulau terluar perbatasan dengan Australia, merupakan kawasan yang memberikan sumbangan produktivitas primer bagi daerah penangkapan udang dan ikan di WPP laut Arafura, seharusnya mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah demi dan untuk pengembangan kawasan ini. Namun yang terjadi justru sebaliknya, sehingga praktek-praktek ilegal oleh kapal ikan maupun masyarakat sekitar terhadap sumber daya yang dilindungi kian marak dan cenderung mengalami peningkatan. Olehnya itu diharapkan semua komponen pengguna kawasan termasuk pemerintah dan masyarakat kawasan, berupaya untuk tetap menjaga kelestarian kawasan. 7.3.5 Dampak konservasi Selain penghitungan Tingkat Pengelolaan di atas, Kartu skor juga memungkinkan untuk menghitung peringkat Efek Konservasi EK. Peringkat ini bertujuan untuk memberi informasi kepada badan pengelola KKL tentang dampak positif konservasi terukur dari KKL yang dikelolanya. EK hanya terfokus pada pertanyaan-pertanyaan yang secara spesifik terhubung dengan hasil-hasil kegiatan