Berdasarkan hasil analisis model pengelolaan perikanan di kawasan konservasi Aru Tenggara berbasis zonasi, maka dapatlah disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut: 1 Masyarakat kawasan konservasi Aru Tenggara telah memiliki sistem zonasi
berbasis kearifan lokal, dimana pada kawasan darat ditemukan 3 zona peruntukan, sedangkan wilayah laut terdapat 10 zona peruntukan, yang
selama ini dipakai dalam pemanfaatan dan pengelolaan kawasan. 2 Kolaborasi zonasi eksosistem dan zonasi berbasis kearifan lokal telah
mendapatkan 4 zona utama di kawasan konservasi Aru Tenggara diantaranya zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan dan zona lainnya.
3 Seluruh ekosistem di Pulau Enu dan Pulau Karang ditetapkan sebagai zona inti, sedangkan zona perikanan berkelanjutan ditetapkan pada kawasan
ekosistem lamun dan ekosistem perairan terbuka di lima pulau lainnya. Zona pemanfaatn diperuntukan secara khusus bagi kegiatan ekowisata ekosistem
dan ekowisata pancing, yang tersebar pada seluruh ekosistem di 5 pulau kecuali P. Enu dan P. Karang di kawasan konservasi Aru Tenggara,
sedangkan zona lainya untuk kepentingan perlindungan dan ditetapkan khusus pada ekosistem pulau, ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang,
sedangkan zona rehabilitasi ditetapkan pada ekosistem yang mengalami kerusakan di 5 pulau.
Untuk mengoptimalkan zonasi yang telah ditetapkan, maka diperlukan kebijakan-kebijakan pembangunan, baik oleh pemerintah Pusat, Provinsi dan
Kabupaten yang pro terhadap pengembangan kawasan konservasi, sehingga pengelolaan semakin efektif.
9 KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan
Penelitian tentang model pengelolaan perikanan melalui penentuan efektivitas dan zonasi berbasis ekosistem di kawasan konservasi Aru Tenggara,
Kabupaten Kepulauan Aru, secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 Pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara selama 20 tahun, tidak
mengalami kemajuan dan cendrung dibiarkan sehingga pengelolaannya baru mencapai peringkat 1 satu yang artinya pengelolaan kawasan baru dimulai
sehingga belum mampu memberikan dampak positif bagi kelestarian sumberdaya perikanan maupun peningkatan ekonomi masyarakat kawasan.
2 Model kolaborasi zonasi eksosistem telah mendapatkan 4 zona utama yakni zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan dan zona lainnya
yang diharapkan dapat memberikan upaya terbaik dalam pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara demi menjawab persoalan pengelolaan
sumberdaya perikanan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat kawasan. Secara khusus ada 3 kesimpulan yang dapat dinyatakan dalam hubungan
dengan analisis karakteristik sumberdaya perikanan, masyarakat perikanan kawasan dan kebijakan pembangunan perikanan di kawasan yaitu;
1 Potensi sumberdaya perikanan di kawasan konservasi Aru Tengara telah mengalami penurunan baik terhadap ekosistem pulau, ekosistem mangrove,
ekosistem lamun, terumbu karang maupun ekosistem perairan terbuka, yang disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya kebutuhan
sehingga berdampak pada meningkatnya akitivitas pemanfaatan baik secara legal maupun ilegal..
2 Masyarakat perikanan kawasan mengalami tekanan yang cukup besar dalam mengatasi kebutuhan hidup keluarganya, sebagai akibat dari keterbatasan
akses masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan, penerangan, pasar, transportasi dan ketersediaan modal usaha, sehingga memicu masyarakat
untuk meningkatkan pendapatan agar dapat membiayai kebutuhan hidup dengan cara mengeksploitasi sumberdaya kawasan secara berlebihan pada
ekosistem pulau, mangrove, lamun, terumbu karang dan perairan terbuka.
3 Implementasi kebijakan pembangunan perikanan oleh pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten di kawasan konservasi Aru Tenggara masih sangat
terbatas dan belum menjawab permasalahan utama masyarakat, yakni keterbatasan akses masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan, penerangan,
pasar, transportasi dan ketersediaan modal usaha, sehingga diperlukan dukungan kebijakan pemerintah terhadap kawasan yang mempertimbangkan
kawasan sebagai sebagai bagian dari keterisolasian masyarakat di pesisir dan pulau kecil, kawasan sebagai beranda depan negara wilayah perbatasan, dan
kawasan sebagai daerah konservasi atau perlindungan..
9.2 Saran
Adapun saran yang dapat mendukung pengelolaan perikanan di kawasan diantaranya adalah:
1 Pemerintah perlu mengupayakan kebijakan pembangunan yang efektif di kawasan, mengingat kawasan memiliki nilai strategis baik sebagai kawasan
konservasi, tetapi juga sebagai kawasan perbatasan antara wilayah Indonesia dengan Australia. Bentuk kebijakan yang penting untuk segera
diimplementasikan di kawasan antara lain a pemantapan status, pengukuhan dan pemeliharaan batas, b penyusunan rencana pengelolaan, dan rencana
aksi, c pembangunan dan pengembangan infrastruktur sosial dan ekonomi yang mendukung pengembangan kawasan, d peningkatan peran
stakeholders, e pengembangan kebijakan, hukum, dan peningkatan pentaatannya, f penguatan kelembagaan, g peningkatan kepedulian
kawasan, 8 peningkatan kerjasama dan jaringan internasional, h pembiayaan pengelolaan kawasan, i pemberdayaan masyarakat kawasan, j
restorasi dan rehabilitasi eksosistem, k mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, l pengembangan pusat data dan informasi kawasan, m
pengembangan sistem pendidikan dan latihan serta penelitian secara reguler bagi pembangunan kawasan, dan m pengembangan ekowisata, perikanan
budidaya dan perikanan tangkap yang berkelanjutan. 2 Badan pengelola kawasan konservasi, hendaknya meningkatkan kegiatan
pembangunan kawasan dengan mengakomudir kepentingan para pihak pengguna kawasan, sehingga ada rasa memiliki untuk menjaga dan
memelihara kawasan. Disamping mengimplementasikan program dan kegiatan yang telah didtetapkan sehingga efektivitas pengelolaan dapat
digeserkan menuju pada tahapan atau peringkat 5 yang pengelolaan sangat efektif.
3 Perlu adanya upaya penyadaran masyarakat melalui penguatan dan peningkatan kapasitas, penyediaan akses serta upaya pemberdayaan
masyarakat, sehingga masyarakat tidak terus-menerus memanfaatkan sumberdaya kawasan dengan cara-cara yang tidak lestari.
4 Bagi para akademisi, peneliti maupun lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam kegiatan perlindungan sumberdaya dan ekosistem, agar dapat
memberikan dukungan pembangunan kawasan melalui kegiatan penelitian yang secara berkala dan kontinyu di kawasan, sehingga mampu memberikan
informasi perubahan kawasan kepada badan pengelola maupun pemerintah untuk menyusun rencana pengelolaan yang lebih baik.