Strategi konservasi Kawasan Konservasi Aru Tenggara

Dalam rangka mengimplementasikan strategi konservasi dan memudahkan pemahamannya, maka Alikodra 1990, mengembangkan konservasi melalui tiga prinsip: 1. Mengamankan save it, yaitu mengamankan ekosistem yang berarti melindungi genetik, spesies dan ekosistem dengan cara: menjaga penurunan kualitas dari komponen-komponen utama ekosistem, mengembangkan upaya mengelola dan melindungi secara efektif, mengembalikan spesies-spesies yang telah hilang kepada habitat aslinya dan memeliharanya di bank genetik seperti kebun raya dan fasilitas ex-situ lainnya. 2. Mempelajari study it, artinya melakukan inventarisasi dan identifikasi mengenai karakteristik sifat biologis, ekologis dan sosial ekonomi masyarakat. Hal ini berarti sekaligus membina kesadaran akan nilai-nilai sumber daya alam, memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menghargai keanekaragaman alam serta memasukkan isu-isu tentang sumber daya dan ekosistemnya ke dalam bagian kurikulum pendidikan. 3. Memanfaatkan use it, artinya melakukan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari dan seimbang, agar terus dapat dikembangkan dengan teknik-teknik pemanfaatan yang dapat mempertahankan keberadaan sumber daya alam. Pemanfaatan sumber daya alam hanya untuk memperbaiki kehidupan umat manusia dan memberikan jaminan bahwa sumber-sumber ini dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat secara adil dan bijaksana. Camp dan Dougherty 1991, menyatakan bahwa dalam pengelolaan sumber daya alam perlu dikembangkan prinsip konservasi meliputi: 1. Melakukan kegiatan atas dasar kesamaan persepsi di dalam ekologi termasuk suksesi ekologi serta adanya tatanan rantai makanan dan jaringan makanan di alam. 2. Mengembangkan disiplin ilmu ekosistem di dalam memecahkan berbagai permasalahan sumber daya alam dan lingkungan. 3. Menerapkan azas keseimbangan di alam, dan 4. Memahami bahwa ada batas-batas kemampuan sumber daya alam dan lingkungan untuk mendukung kebutuhan manusia.

2.1.3 Pengelolaan kawasan konservasi

Suatu kawasan yang dilindungi harus dijamin keberadaannya dari pemanfaatan sumber daya secara tidak terbatas. Prinsip dasar untuk tujuan perlindungan adalah konservasi, dimana konservasi dapat didefinisikan sebagai pengelolaan dari penggunaan manusia terhadap biosphere untuk mendapatkan keuntungan yang berkelanjutan bagi generasi sekarang dengan tetap memelihara potensinya untuk kebutuhan dan cita-cita generasi yang akan datang IUCN, 1980 dalam Salm 1982; McNeely, et al., 1990 dalam Carter, 1994. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-undang ini mengatur semua aspek yang berkaitan dengan konservasi, baik ruang maupun sumber daya alamnya, sebagaimana ditegaskan dalam bagian penjelasannya, bahwa Undang-Undang ini bertujuan untuk mengatur perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya agar dapat menjamin pemanfaatannya bagi kesejahteraan masyarakat dan peningkatan mutu kehidupan manusia. Pengertian konservasi menurut undang-undang ini adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Konservasi dilakukan melalui kegiatan: a perlindungan sistem penyangga kehidupan; b pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; dan c pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya Pasal 5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, mengatur penetapan status hukum kawasan lautnya. Secara khusus undang-undang ini memberikan wewenang kepada Menteri untuk menetapkan status suatu bagian laut tertentu sebagai kawasan Suaka Alam Perairan, Taman Nasional Perairan, Taman Wisata Perairan, atau Suaka Perikanan. Penetapan status kawasan- kawasan laut tersebut bertujuan untuk melindungi dan melestarikan sumber- sumber kekayaan alam hayati dan ekosistemnya. Pasal 7 ayat 5 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa dalam rangka mendukung kebijakan pengelolaan sumber daya ikan, Menteri menetapkan jenis ikan dan kawasan perairan yang masing-masing dilindungi, termasuk taman nasional laut, untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata, danatau kelestarian sumber daya ikan danatau lingkungannya. Penjelasan Pasal 7 ayat 5, yang dimaksud dengan jenis ikan adalah Pisces ikan bersirip; Crustacea udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya; Mollusca kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya; Coelenterata ubur-ubur dan sebangsanya; Echinodermata teripang, bulu babi dan sebangsanya; Amphibia kodok dan sebangsanya; buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air dan sebangsanya; Mamalia paus, lumba-lumba, pesut, duyung dan sebangsanya; Algae rumput laut dan tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air; dan biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas, semuanya termasuk bagian ikan yang dilindungi. Selanjutnya Pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa dalam rangka pengelolaan sumber daya ikan, dilakukan upaya konservasi ekosistem, konservasi jenis ikan, dan konservasi genetika ikan. Sedangkan kewajiban pemerintah maupun masyarakat untuk melestarikan sumber daya ikan diatur pada Pasal 14 ayat 1 dan 2 bahwa pemerintah dan masyarakat mengatur dan atau mengembangkan pemanfaatan plasma nutfah yang berkaitan dengan sumber daya ikan dalam rangka pelestarian ekosistem dan pemuliaan sumber daya ikan. Alternatif pengelolaan perikanan sebagai pelengkap dari pendekatan MSY yang banyak diterapkan akhir-akhir ini adalah pengelolaan berbasis ekosistem melalui pembentukan suatu jejaring KKP Gell Roberts, 2002; National Research Council, 2001; Roberts Hawkins, 2000; Ward, Heinemann Evans, 2001. Definisi IUCN tentang KKP adalah suatu wilayah perairan pasang surut bersama badan air dibawahnya dan terkait dengan flora, fauna, dan penampakan sejarah serta budaya, dilindungi secara hukum atau cara lain yang efektif, untuk melindungi sebagian atau seluruh lingkungan disekitarnya. Selain fungsinya sebagai alat untuk konservasi keanekaragaman hayati, KKP juga banyak dinyatakan sebagai alat pengelolaan perikanan tangkap yang diintegrasikan ke