commit to user
189 Jika dicermati lebih mendalam lagi, wordplay yang ada dalam novel
Charlie and the Great Glass Elevator bisa dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu wordplay yang bersifat sound-based dan wordplay yang bersifat
konseptual. Yang termasuk dalam sound-based wordplay misalnya RHY, SOU, PAR, HOM, ONS dan PRO. Bentuk-bentuk wordplay ini erat kaitannya dengan
permainan bunyi dalam bahasa sumber dan ini berarti sound-based wordplay sangat terikat dengan bahasa tertentu. Karena sifatnya yang terikat dengan suatu
bahasa, maka dalam penerjemahannya sering menimbulkan masalah, terutama dalam hal kesepadanannya. Penerjemah sering dihadapkan pada pilihan yang
berat, yaitu untuk mempertahankan makna yang merupakan fungsi dasar penerjemahan atau mempertahankan bentuk permainan bunyi tersebut dan
mengadaptasinya dalam teks bahasa sasaran. Wordplay yang bersifat konseptual biasanya tidak terikat pada bahasa
tertentu. Wordplay seperti REP, ETY, IDI, ASY, ANT, dan SYN biasanya bersifat konseptual. Yang menjadi fokus pada wordplay jenis ini adalah latar
belakang pemahaman konsep pembaca. Dalam menerjemahkannya, konsep biasanya lebih diutamakan, artinya pesan bisa saja dipertahankan atau konsep
yang terkandung dalam pesan yang dipertahankan. Bentuk wordplay pada umumnya akan mengiringi konsep tersebut, misalnya pada punning repetition.
2. Teknik yang digunakan dalam Menerjemahkan Wordplay dalam Novel
Charlie and the Great Glass Elevator
Teknik yang digunakan untuk menerjemahkan wordplay dalam novel Charlie and the Great Glass Elevator cukup bervariasi, dari teknik tunggal hingga
commit to user
190 teknik gabungan. Teknik tunggal yang ditemukan antara lain teknik literal,
adaptasi, pinjaman, kompresi linguistik, penghilangan, modulasi, amplifikasi, deskripsi dan generalisasi. Sedangkan teknik gabungan meliputi gabungan dua,
tiga, empat, lima, enam dan tujuh teknik. Ditinjau dari frekuensi temuannya, gabungan dua teknik dan tiga teknik
menempati peringkat paling atas dengan masing-masing 54 dan 37 kasus. Sementara itu, gabungan empat teknik berada pada peringkat empat dengan 21
kasus. Teknik gabungan yang lain, gabungan lima, enam dan tujuh teknik berada pada peringkat delapan, sepuluh dan lima belas dengan frekuensi masing-masing
21 kasus, 9 kasus, 5 kasus dan 1 kasus. Penggunaan teknik gabungan ini tidak lepas dari bentuk dan fungsi wordplay yang bermacam-macam serta sifat dari
wordplay yang extraordinary. Pada peringkat ke tiga, teknik literal translation memiliki frekuensi yang
cukup signifikan, yaitu 36 kasus. Teknik literal berusaha merealisasikan pesan yang terkandung dalam wordplay.
Teknik adaptasi menjadi teknik yang cukup diandalkan dengan frekuensi 17 kasus. Selain sebagai teknik tunggal, bersama teknik litaral, teknik ini sering
dikombinasikan dengan beberapa teknik yang lain. Adaptasi merupakan teknik yang berusaha mendekatkan wordplay dengan budaya pembaca teks bahasa
sasaran. Teknik pinjaman atau borrowing menduduki peringkat enam dengan
frekuensi 15 kasus. Teknik ini cenderung dipakai dalam merealisasikan proper nouns. Ada kecenderungan bahwa nama-nama tokoh, tempat, dan istilah yang
commit to user
191 bersifat etimologis tidak dialihkan dalam bahasa sasaran. Borrowing bisa bersifat
pure maupun naturalized. Kompresi linguistik atau linguistic compression berada pada peringkat
tujuh dengan frekuensi 10 kasus. Bersama dengan teknik lain yang frekuensinya tidak cukup signifikan, seperti omission 7 kasus, modulasi 4 kasus, amplifikasi
2 kasus, deskripsi 2 kasus dan generalisasi 1 kasus, teknik kompresi linguistik juga sering dikombinasikan. Hal ini terjadi karena teknik-teknik tersebut
secara individual cenderung tidak bisa mempertahankan pesan sekaligus bentuk wordplay bahasa sumber. Untuk merealisasikan keduanya, gabungan berbagai
teknik memiliki potensi yang lebih besar.
3. Teknik Penerjemahan yang dapat Merealisasikan Pesan, Bentuk dan