Teknik Penerjemahan yang Menghasilkan Terjemahan yang Partly Teknik Penerjemahan yang Menghasilkan Terjemahan yang Partly

commit to user 177 mempertahankan kandungan makna atau pesan teks sumber. Makna dipertahankan secara harfiah. Ditinjau dari teknik yang digunakan, hampir semua teknik yang telah dibahas dalam penelitian ini menghasilkan beberapa terjemahan yang partly equivalent, kecuali teknik borrowing dan gabungan tujuh teknik. Lebih detail fenomena tersebut dibahas dalam diskusi di bawah ini.

1. Teknik Penerjemahan yang Menghasilkan Terjemahan yang Partly

Equivalent Kelompok 1 2A Kelompok ini berisikan hasil terjemahan yang pertama, yaitu wordplay diterjemahkan menjadi wordplay dengan kandungan pesan yang sama namun bentuk atau fungsi wordplay berbeda dengan bentuk dan fungsi wordplay dalam teks sumbernya. Frekuensinya tidak cukup signifikan, yaitu 3 kali, dengan teknik literal 2 dan modulasi 1. Dari ketiga teknik tersebut, bentuk dan fungsi wordplay yang diterjemahkan antara lain ETYSER, IDITAB, dan PARSER. Dengan teknik literal, terjemahan diusahakan untuk merealisasikan wordplay ke dalam bahasa sasaran, namun bentuk dan fungsinya tidak sempurna. Misalnya pada data IDITABLITE2A213. Pada data ini, ’menddling old mackerel’ diterjemahkan secara literal menjadi ’tongkol tua tukang ikut campur’. Dalam hal ini wordplay diterjemahkan menjadi wordplay juga namun tidak idiomatis. Sementara pada data PARSERLITE2A214 ’chiselling old cheeseburger’ diterjehahkan secara literal menjadi ’burger keju tua busuk’. Pada kasus ini, permainan paronimi pada kata ’chiselling’ dan ’cheeseburger’ menjadi ’burger’ dan ’busuk’ tidak merealisasikannya dengan sempurna. Namun demikian kedua data tersebut menunjukkan pesan yang sama. Pada data ETYSERMODU2A21, commit to user 178 teknik modulasi berhasil merealisasikan makna dengan merubah bentuk wordplay-nya, ’lixivate’ diterjemahkan menjadi ’hancur-lebur’.

2. Teknik Penerjemahan yang Menghasilkan Terjemahan yang Partly

Equivalent Kelompok 2 2B dan Kelompok 3 2C Dalam kategori 2B, wordplay diterjemahkan menjadi wordplay dengan konten yang berbeda. Bentuk dan fungsi wordplay tersampaikan sesuai aslinya, tetapi memiliki kandungan pesan atau makna yang berbeda dengan pesan atau makna teks aslinya. Frekuensi kategori 2B tidak cukup signifikan, yaitu 12 kali. Adapun teknik yang menghasilkan kategori ini antara lain adaptasi 4, gabungan dua, tiga dan empat teknik masing-masing 2, dan gabungan lima dan enam teknik masing-masing 1. Teknik yang digabungkan antara lain discursive creation 6, adaptasi 4, transposisi 4, literal 4, compensation 3, borrowing 2, modulasi 2, variasi 2, amplifikasi 1, dan omission 1. Tampak yang paling dominan adalah teknik discursive creation. Teknik ini banyak digunakan untuk dikombinasikan dengan teknik lain. Pada dasarnya discursive creation merupakan suatu teknik yang merealisasikan pesan bahasa sumber dengan padanan sementara dalam bahasa sasaran. Padanan sementara ini biasanya digunakan untuk menerjemahkan judul buku, film, atau teks lainnya. Padanan yang dihasilkan hanya akan dianggap sepadan manakala konteksnya jelas dan dipahami oleh pembaca. Wordplay yang diterjemahkan dengan teknik ini memiliki pesan yang berbeda. Namun perbedaan itu bisa diterima sebagai wordplay yang merealisasikan gagasan yang sama dalam konteks yang sama. Hal ini tampak pada data RHYJOKLITE-TRAN-CREA2B115. commit to user 179 BSu: What shall we do? his parents sobbed. The boy has got the vapours He couldnt even get a job Delivering the papers BSa: “Apa yang harus kami lakukan?” tangis orangtuanya. “Anak ini tak punya otak Ia tak bakal bisa bekerja Walau hanya menjadi pembuat kotak” Kode: RHYJOKLITE-TRAN-CREA2B115 Pada baris terakhir penggalan di atas ‘delivering papers’ diterjemahkan menjadi ‘walau hanya menjadi pembuat kotak’. Pada dasarnya kedua ungkapan merealisasikan gagasan yang sama, yaitu bahwa kedua jenis pekerjaan dianggap sebagai pekerjaan yang remeh dan mudah dilakukan. Keduanya dianggap sepadan dalam hal yang demikian, meskipun secara harfiah atau realitanya menunjukkan proses yang berbeda. Teks BSu dan BSa di atas memiliki bentuk yang sama sebagai wordplay yang berbentuk rima dengan kandungan pesan yang sedikit berbeda terutama pada baris terakhir. Teknik discursive creation ini digunakan untuk membentuk rima yang sama dengan teks bahasa sumbernya. Penggunaan teknik ini menunjukkan kreativitas penerjemah atau editor dalam menangani kasus yang sulit. Kreativitas ini diperlukan untuk memecahkan beberapa kasus dalam penerjemahan terutama yang melibatkan permainan bunyi. Harus dipahami bersama bahwa perbedaan makna yang ditimbulkan selalu mengandung resiko. Teks terjemahan dalam hal ini mengambil resiko dengan merubah makna. Namun, perubahan makna tersebut tidak menimbulkan resiko yang besar mengingat jenis teks yang diterjemahkan bukan jenis teks yang sensitif. Sementara pada kategori 2C, wordplay diterjemahkan menjadi wordplay dengan konten yang berbeda. Bentuk atau fungsi wordplay tidak sesuai aslinya commit to user 180 mengalami perubahan bentuk atau fungsi tetapi masih dalam kategori wordplay. Frekuensinya hanya 3 kali, dengan teknik adaptasi 1 dan gabungan tiga teknik 2. Teknik yang dikombinasikan antara lain literal, reduksi, dan variasi. Contoh teknik adaptasi pada kasus ini adalah terjemahan frasa ’holy rats’ menjadi ’tikus kurus’. Keduanya mengandung aspek wordplay dengan bentuk yang berbeda playing on idiomatic expression menjadi playing on rhyme dan kandungan makna yang juga berbeda. Teks terjemahan berusaha mengadaptasi umpatan dari bahasa sumber menjadi umpatan dalam bahasa sasaran. Sementara penggabungan teknik literal, reduksi dan variasi ditunjukkan dengan terjemahan ’jumping jack-rabbit’ menjadi ’kelinci menari’. Meskipun ada unsur literal translation, namun makna secara keseluruhan tidak tersampaikan. Hanya kata ’rabbit’ saja yang tersampaikan menjadi ’kelinci’. Reduksi terjadi pada hilangnya informasi ’jack’. Variasi merupakan perubahan elemen linguistik yang berakibat pada aspek variasi linguistik, seperti perubahan textual tone, style, social dialect, geographical dialect, dll untuk merubah atau menunjukkan sifat tokoh atau partisipan. Maksud variasi dalam kasus ini sebenarnya untuk merubah dialek atau umpatan dari bahasa sumber menjadi umpatan dalam bahasa sasaran. Namun upaya itu dinilai tidak cukup berhasil karena umpatan dalam bahasa sasaran tidak benar-benar berupa umpatan. Selain itu, aspek tujuan breaking taboo juga tidak terrealisasikan dengan sempurna. commit to user 181

3. Teknik Penerjemahan yang Menghasilkan Terjemahan yang Partly