Masalah Makna dalam Penerjemahan

commit to user 22 satuan makna unit of meaning dalam bentuk jajaran kata dan kalimat. Dengan demikian, bahasa yang digunakan merupakan ‘satuan makna’ berbentuk wacana yang bisa saling dipahami oleh partisipan misalnya penulis dan pembaca yang terlibat dalam tindak komunikasi tersebut Machali, 2007. Jadi, permasalahan utama dalam proses penerjemahan ialah makna yang akan muncul ketika proses penerjemahan berlangsung, bukan pada hasil produk terjemahan. Hatim dan Munday 2004: 34 juga berpendapat ‘one of the key problems for the analyst was in actually determining whether the source text meaning had been transferred into the target text’. Jelas di sini bahwa makna menjadi kunci atau permasalahan utama: apakah makna dalam teks sumber tersampaikan dalam teks bahasa sasaran atau tidak.

2. Masalah Makna dalam Penerjemahan

Penerjemahan tidak hanya selesai pada melihat makna dari suatu satuan makna dari kamus saja. Proses pengalihan makna tersebut melibatkan berbagai unsur seperti pemilihan kosakata, struktur gramatikal, situasi komunikasi dan konteks budaya dari teks sumber. Makna dalam teks bahasa sasaran haruslah sepadan dengan makna dalam teks bahasa sumber. Kesepadanan makna dipengaruhi salah satunya oleh unsur bahasa. Kaidah yang berlaku dalam kedua bahasa yang terlibat turut menentukan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan. Sebagai contoh, dalam hal ini, proses penerjemahan yang melibatkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kedua bahasa tersebut memiliki kaidah kebahasaan yang berbeda dalam frase nomina noun phrase. Frase nomina dalam bahasa Inggris umumnya mengikuti pola M-D Menerangkan – Diterangkan, yang commit to user 23 menempatkan modifier cenderung berada di depan Noun Head. Frase nomina dalam bahasa Indonesia pada umumnya mengikuti pola D-M Diterangkan – Menerangkan, yaitu pola dengan unsur yang menerangkan berada di belakang kata benda inti yang diterangkan. Sebagai contoh, frase dalam bahasa Inggris ‘a beautiful girl’ diterjemahkan menjadi ‘seorang gadis cantik’ dalam Bahasa Indonesia. Makna suatu teks dalam suatu bahasa tidak selalu bisa diterjemahkan seperti contoh di atas. Frase dalam bahasa Indonesia ‘kambing hitam’ tidak selalu diterjemahkan sebagai ‘black goat’ dalam bahasa Inggris. Jika yang dimaksud adalah ‘seekor kambing yang berwarna hitam’, bisa saja hasil terjemahannya menjadi ‘a black goat’. Namun jika terkandung makna tertentu yang merujuk pada ‘orang yang dianggap salah atau bertanggung jawab atas suatu yang negatif’, tidak tepat apabila frase tersebut diterjemahkan demikian. Yang lebih tepat adalah ‘scapegoat’ yang maksudnya ‘a person who is blamed for something that someone else has done’.

3. Masalah Ketidaksepadanan