Gabungan Enam Teknik atau Sextuplet Gabungan Tujuh Teknik

commit to user 136 Pada data di atas, knock-knock joke yang menggunakan playing on homonymy diterjemahkan dengan gabungan lima teknik juga. Tampak munculnya adaptasi bunyi ’knock-knock’ menjadi ’tok-tok’. Selain itu, bentuk knock-knock joke juga diadaptasi dengan jenis joke yang serupa. Dalam bahasa Jawa juga dikenal joke serupa itu. ’Kula nuwun.’ ’Monggo. niku sinten?’ ’Kulo’ ’Kulo sinten?’ ‘Kulo nuwon.’ Pola serupa itu memiliki banyak kesamaan dengan pola knock-knock joke dalam bahasa Inggris. Sementara itu, teknik literal cukup dominan terlihat digunakan untuk merealiasasikan pesan. Teknik borrowing digunakan dalam bahasa sasaran untuk merealisasikan nama-nama tokoh di dalamnya. Transposisi merubah jenis kata ’ginger’ kata kerja menjadi kata sifat ’ginger klenger’. Pada saat yang bersamaan, munculnya kata ’klenger’ juga bersifat amplifikasi linguistik untuk memberikan kesan ’sangat’.

14. Gabungan Enam Teknik atau Sextuplet

Wordplay yang lebih rumit meskipun sekilas sederhana diterjemahkan dengan teknik yang lebih kompleks. Gabungan enam teknik muncul sebanyak 5 lima kali. Jika knock-knock joke pada data HOMJOKADAP-LITE-BORR- TRAN-LAMP371 diterjemahkan dengan gabungan lima teknik, data di bawah ini PARJOKADAP-LITE-BORR-CREA-COMP-AMPL2B63 diterjemahkan dengan teknik yang lebih rumit. commit to user 137 BSu: Knock-Knock , said the President. Whos there? said the Chief Spy. Courteney. Courteney who? Courteney one yet? said the President. There was a brief silence. The President asked you a question, said Miss Tibbs in an icy voice. Have you Courteney one yet? No, maam, not yet, said the Chief Spy, beginning to twitch. Well, heres your chance, snarled Miss Tibbs. BSa: “Tok-tok,” kata Presiden. “Siapa di situ?” kata Kepala Mata-mata. “Courteney.” “Courteney siapa?” “Courteney penggemar kornet?” tanya Presiden. Diam sejenak. “Presiden bertanya padamu,” Miss Tibbs berkata dengan nada dingin. “Kau Courteney penggemar kornet?” “Bukan, Ma’am,” ujar Kepala Mata-mata yang mulai gelisah. “Nah, inilah kesempatanmu, makan kornet sana,” Miss Tibbs membentak. Kode: PARJOKADAP-LITE-BORR-CREA-COMP-AMPL2B63 Selain teknik adaptasi, literal, dan pinjaman yang tampak jelas dalam terjemahan, teknik lain seperti discursive creation, compensation, dan amplification juga turut memiliki peran dalam kasus ini. Discursive creation terlihat pada terjemahan ’Courteney one yet’ menjadi ’Courteney penggemar kornet’, makna keduanya berbeda, namun untuk mempertahankan bentuk rima, teks terjemahan menggunakan padanan sementara tersebut. Teknik kompensasi berperan dalam merealisasikan aspek stilistik dalam teks. Adapun teknik amplifikasi terlihat pada penambahan informasi ’makan kornet sana’ yang tidak dijumpai dalam teks BSu.

15. Gabungan Tujuh Teknik

Gabungan tujuh teknik merupakan teknik yang paling rumit yang ditemukan dalam penelitian ini. Frekuensi kemunculannya hanya 1 satu kali. commit to user 138 Teknik yang digabungkan cukup banyak karena wordplay yang ada melibatkan satuan data yang cukup panjang dan mengandung rima playing on rhyme. Masing-masing baris memiliki karekteristik yang berbeda dan diterjemahkan dengan teknik yang berbeda. Berikut ini data yang dimaksud. BSu: At lunchtime on the second day Of dearest little Goldies stay, Granny announced, Im going down To do some shopping in the town. Dyou know why Granny didnt tell The child to come along as well? Shes going to the nearest inn To buy herself a double gin. BSa: Pada saat makan siang di hari kedua Sejak Goldie kecil menginap di sana, Nenek bilang, ‘Aku mau pergi belanja Ke kota sebentar saja,’ Tahukah kau mengapa Nenek tak minta Anak itu ikut juga? Ia bermaksud pergi ke motel terdekat Untuk membeli minuman keras yang pekat. Kode: RHYJOKLITE-MODU-REDU-GENE-TRAN-AMPL-ADAP3169 Teknik literal berperan dalam merealisasikan sebagian besar makna. Sementara modulasi tampak pada terjemahan baris pertama dan kedua yang menunjukkan perubahan fokus secara gramatikal untuk merealisasikan makna yang sama. Selain menunjukkan modulasi, beris tersebut juga mengandung teknik transposisi. Dalam hal ini terjadi perubahan kelas kata dari kata benda ’Goldie’s stay’ menjadi kata kerja ’menginap’. Teknik reduksi juga tampak pada baris kedua dengan dihilangkannya kata ’dearest’. Teknik generalisasi terdapat pada terjemahan ’gin’ menjadi ’minuman keras’. Teknik amplifikasi terlihat pada terjemahan ’to do some shopping in the town’ menjadi ’pergi belanja ke kota sebentar saja’. Ada penambahan informasi ’sebentar saja’ untuk melengkapi ’some shopping’. Adaptasi ’inn’ menjadi ’motel’ tidak cukup berhasil karena ada commit to user 139 perbedaan antara ’inn’ dan ’motel’. Selain perbedaan spesifik antara keduanya, ’motel’ juga bukan kata yang terdapat dalam budaya bahasa sasaran. Dengan kata lain, adaptasi yang dilakukan bukan untuk mendekatkan pada budaya bahasa sasaran, namun untuk memberikan gambaran bahwa ’inn’ yang dimaksud bukan hotel seperti yang ada di dalam budaya bahasa sasaran.

D. Evaluasi terhadap Kualitas Terjemahan melalui Degree of Equivalence