commit to user
35 mendapatkan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Dengan kata lain,
pembelajaran lintas budaya bisa dilakukan. Lebih lanjut dikatakan, meskipun penerjemah memutuskan untuk
melakukan foreignisasi, harus tetap diingat bahwa penerjemahan, apapun bentuknya, selalu berkaitan dengan keberterimaan dan keterbacaan. Pembaca
dalam level apapun tidak akan senang atau nyaman jika membaca teks yang mengandung kalimat yang terasa janggal atau mendapati kalimat yang terlalu
kompleks. Jadi, penerjemah memikul beban yang berat karena selain dituntut untuk bisa membawakan budaya dalam teks bahasa sumber, dia juga tidak boleh
mempertahankan linguistic discourse.
E. Penilaian Kualitas Terjemahan
Menegok betapa banyak keluhan tentang teks terjemahan yang beredar di negeri ini, kiranya menjadi hal yang penting dan mendesak untuk dilakukan
penilaian terhadap teks terjemahan tersebut. Machali 2000 berpendapat bahwa penilaian kualitas terjemahan penting ditujukan untuk: 1 menciptakan hubungan
dialektik antara teori dan praktek, dan 2 kepentingan kriteria dan standar dalam menilai kompetensi penerjemah. Oleh karena itu, ada beberapa kriteria yang harus
diperhatikan, seperti ketepatan padanan pada aspek semantik, linguistik, dan pragmatik.
Selain tersebut di atas, penilaian kualitas terjemahan dapat dilihat melalui accuracy tidak terjadinya distorsi makna yang dihasilkan, clarity keterbacaan
dan naturalness keberterimaan makna pada budaya bahasa sasaran. Berkaitan dengan hal tersebut, Nababan 2003 berpendapat bahwa kualitas terjemahan
commit to user
36 melibatkan tiga hal yaitu: 1 ketepatan pengalihan pesan, 2 ketepatan
pengungkapan pesan dalam bahasa sasaran, dan 3 kealamiahan bahasa terjemahan. Namun demikian, dikatakan lebih lanjut bahwa ketiga parameter
tersebut lebih tepat digunakan untuk mengevaluasi terjemahan karya ilmiah. Adapun untuk mengevaluasi terjemahan secara umum, penting untuk
kembali melihat definisi kualitas terjemahan. Pembahasan tentang kualitas terjemahan tidak terlepas dari masalah kesepadanan. Degree of equivalence bagi
Jamal Al-Qinai 2000 menjadi pertanyaan besar sebab … languages vary in their choice of lexical connotations, sentence
structure and rhetorical strategies, the only tangible tools for assessment. It is prudent, therefore, to talk about the adequacy of a translation rather
than the degree of equivalence.
Lebih lanjut ia menyatakan bahwa kualitas suatu terjemahan merupakan sesuatu yang relatif dan juga merupakan upaya mendapatkan keakuratan yang
absolute. Dalam hal ini yang menjadi tujuan adalah pembaca atau klien yang menentukan pilihan subjektifnya sendiri atas style atau gaya bahasa teks sasaran.
Dengan kata lain, penerjemah berusaha untuk memberikan teks yang sesuai dengan kebutuhan pembaca sasaran. Artinya, standarisasi kualitas teks terjemahan
menjadi kabur. Sebagai contoh kasus, jika ada suatu teks yang ditulis dengan tidak hati-hati dan banyak dijumpai kalimat yang tidak utuh atau teks sumber tidak
ditulis dengan tingkat koherensi atau kohesivitas yang tinggi, penerjemah tidak mungkin menerjemahkan teks tersebut dengan apa adanya dengan kalimat yang
juga tidak koheren dan tidak kohesif.
commit to user
37 Oleh karena itu, Al Qinai 2000 menyarankan beberapa kriteria untuk
menilai kualitas teks terjemahan. Menurutnya, terjemahan akan berkualitas jika memperhatikan parameter berikut ini.
1 Textual Typology province and Tenor: i.e. the linguistic and narrative
structure of ST and TT, textual function e.g. didactic, informative, instructional, persuasive, evocative … etc..
2 Formal Correspondence: Overall textual volume and arrangement,
paragraph division, punctuation, reproduction of headings, quotation, motos, logos… etc.
3 Coherence of Thematic Structure: Degree of referential compatibility and
thematic symmetry. 4
Cohesion: Reference co-reference, proforms, anaphora, cataphora, substitution, ellipsis, deixis and conjunctions.
5 Text-Pragmatic Dynamic equivalence: degree of proximity of TT to the
intended effect of ST i.e. fulfillment or violation of reader expectations and the illocutionary function of ST and TT.
6 Lexical Properties register: jargon, idioms, loanwords, catch phrases,
collocations, paraphrases, connotations and emotive aspects of lexical meaning.
7 Grammatical Syntactic Equivalence: word order, sentence structure, cleaving, number, gender and person agreement, modality, tense and
aspect.
Evaluasi teks terjemahan dengan parameter tersebut mungkin akan menghasilkan penilaian yang akurat dan objektif karena melibatkan banyak unsur.
Selain itu, model penilaian ini memungkinkan dilakukan pada teks secara menyeluruh dan utuh dan tidak memungkinkan untuk menerapakannya hanya
pada aspek-aspek tertentu dalam teks, misalnya pada idiom, noun phrases, atau wordplay saja. Selain itu, untuk menguji validitas dan realibiitasnya memerlukan
waktu yang cukup lama. Penelitian ini menggunakan parameter tersendiri dalam menilai kualitas
terjemahan wordplay. Hal ini karena wordplay dengan segala keunikannya tidak selalu mudah untuk dipahami dan diterjemahkan. Parameter ini merupakan
pengembangan Text-Pragmatic Dynamic Equivalence yang sebelumnya telah
commit to user
38 diusulkan oleh beberapa pakar termasuk Al Qinai 2000. Ia menyatakan bahwa
“The terms used for the degree of equivalence vary from ‘functional equivalence’ to ‘equality of textual effect,’ ‘closest natural effect,’ ‘stylistic equivalence,’ to
‘formal vs dynamic ‘equivalence,’ and ‘text-pragmatic equivalence’”. Stylistic equivalence dianggap menjadi parameter yang tepat untuk menilai
kualitas dari terjemahan wordplay dalam penelitian ini. Hal ini berawal dari asumsi bahwa idealnya, wordplay dalam sebuah karya sastra atau teks lain
diterjemahkan menjadi wordplay juga dengan bentuk dan fungsi yang sama dengan teks aslinya. Selain itu, isi pesan atau kandungan makna yang ada di
dalamnya juga dipertahankan. Hasil terjemahan yang seperti ini mendapat nilai yang tinggi atau lain memiliki kualitas yang tinggi karena berhasil
merepresentasikan bentuk, fungsi dan isi atau makna wordplay tersebut. Namun untuk menghasilkan terjemahan yang seperti itu tidak selalu
mudah. Terkadang wordplay diterjemahkan menjadi wordplay juga tetapi dengan mengorbankan kandungan pesan atau maknanya. Wordplay juga bisa
diterjemahkan menjadi wordplay tetapi dengan bentuk atau fungsi yang berbeda agar makna atau pesan bisa tersampaikan. Hasil terjemahan yang seperti ini
memiliki kualitas di bawah hasil terjemahan yang pertama. Kualitas terjemahan yang paling rendah, menurut peneliti, adalah hasil
terjemahan yang tidak merepresentasikan bentuk, fungsi dan kandungan makna atau pesan teks sumber sama sekali. Dengan kata lain, wordplay diterjemahkan
menjadi bukan wordplay dan memiliki kandungan makna atau pesan yang berbeda. Dengan konsep di atas, skala dan deskripsi kualitas disusun sebagai
berikut untuk menunjukkan degree of equivalence dari teks terjemahan.
commit to user
39
Tabel 2. Pengembangan Degree of Equivalence sebagai parameter penilaian
kualitas teks terjemahan
Skala Degree of
Equivalence Deskripsi
3
Fully Equivalent
Ekuivalen Penuh
Wordplay diterjemahkan menjadi wordplay dengan konten yang sama. Bentuk dan fungsi wordplay
tersampaikan sesuai
aslinya dengan
tetap mempertahankan kandungan pesan atau makna teks
aslinya.
2
Partly Equivalent
Ekuivalen Sebagian
Wordplay diterjemahkan menjadi wordplay dengan konten yang berbeda. Bentuk dan fungsi wordplay
tersampaikan sesuai
aslinya, tetapi
memiliki kandungan pesan atau makna yang berbeda dengan
pesan atau makna teks aslinya. Wordplay diterjemahkan menjadi wordplay dengan
konten yang sama. Tetapi bentuk atau fungsi wordplay tidak sesuai aslinya.
Wordplay diterjemahkan menjadi wordplay dengan konten yang berbeda. Bentuk atau fungsi wordplay
tidak sesuai aslinya mengalami perubahan bentuk atau fungsi tetapi masih dalam kategori wordplay.
Wordplay diterjemahkan menjadi bukan wordplay untuk mempertahankan kandungan makna atau pesan
teks sumber. Makna dipertahankan secara harfiah.
1
Non-Equivalent Tidak
Ekuivalen Wordplay diterjemahkan menjadi bukan wordplay dan
memiliki kandungan makna atau pesan yang berbeda.
Unrealized Tidak
direalisasikan Wordplay dalam bahasa sumber tidak direalisasikan
sama sekali dalam teks bahasa sasaran.
F. Stilistika