commit to user
23 menempatkan modifier cenderung berada di depan Noun Head. Frase nomina
dalam bahasa Indonesia pada umumnya mengikuti pola D-M Diterangkan – Menerangkan, yaitu pola dengan unsur yang menerangkan berada di belakang
kata benda inti yang diterangkan. Sebagai contoh, frase dalam bahasa Inggris ‘a beautiful girl’ diterjemahkan menjadi ‘seorang gadis cantik’ dalam Bahasa
Indonesia. Makna suatu teks dalam suatu bahasa tidak selalu bisa diterjemahkan
seperti contoh di atas. Frase dalam bahasa Indonesia ‘kambing hitam’ tidak selalu diterjemahkan sebagai ‘black goat’ dalam bahasa Inggris. Jika yang
dimaksud adalah ‘seekor kambing yang berwarna hitam’, bisa saja hasil terjemahannya menjadi ‘a black goat’. Namun jika terkandung makna tertentu
yang merujuk pada ‘orang yang dianggap salah atau bertanggung jawab atas suatu yang negatif’, tidak tepat apabila frase tersebut diterjemahkan demikian. Yang
lebih tepat adalah ‘scapegoat’ yang maksudnya ‘a person who is blamed for something that someone else has done’.
3. Masalah Ketidaksepadanan
Beberapa masalah ketidaksepadanan pada tataran kata oleh Baker 1992: 17 berkaitan dengan adanya perbedaan budaya, tidak adanya padanan kata dalam
BSa, BSu dan BSa membuat perbedaan dalam makna, dan tidak adanya kata-kata khusus dalam BSa.
a. Perbedaan budaya Newmark 1988: 94 mendefinikan budaya sebagai ‘the way of life and its
manifestations that are peculiar to a community that uses a particular language as its means of expression’. Kata-kata dalam bahasa sumber mungkin
commit to user
24 mengekspresikan konsep yang benar-benar tidak dimengerti dalam bahasa
sasaran. Konsep tersebut bisa berupa sesuatu yang nyata atau abstrak yang berhubungan dengan agama, adat sosial, atau jenis makanan.
Alejandra Patricia Karamanian dalam ‘Translation and Culture’ http: accurapid.comjournal19culture2.htm, diakses pada tanggal 26 Februari 2005
menyebutkan: We are not just dealing with words written in a certain time, space and
sociopolitical situation; most importantly it is the cultural aspect of the text that we should take into account. The process of transfer, i.e., re-
coding across cultures, should consequently allocate corresponding attributes vis-à-vis the target culture to ensure credibility in the eyes of the
target reader.
Contoh berikut ini diambil dari Opera Kecoak yang dikutip oleh Machali 2007. Tsu:
Panggil saya ‘Mas’. Tsa:
Call me ‘honey’. Kata ‘Mas’ dalam dialog di atas diterjemahkan menjadi ‘honey’ dalam
bahasa Inggris. Namun dalam konteks yang berbeda, tentunya kata ‘Mas’ tidak bisa diterjemahkan demikian, misalnya sebagai sapaan seorang adik pada
kakaknya. b. Tidak adanya padanan kata dalam BSa
Sebuah kata bisa mengekspresikan konsep yang dimengerti dalam BSu tetapi tidak ada kata yang benar-benar sepadan untuk diungkapkan dalam BSa.
Kata ‘standard’ dalam bahasa Indonesia diwakili beberapa makna seperti ‘ukuran’ dan ‘patokan’, tetapi belum sepadan dengan makna yang sesungguhnya dalam
BSu.
commit to user
25 Contoh lain dikemukakan oleh Machali 2007 sebagai berikut.
Tsu: Kepada wartawan
Saudara-saudara, acara ini sudah selesai. Bapak yang mulia dan tamunya hendak menikmati acara yang sifatnya lebih pribadi. Mohon maaf. Press-
release akan dibagikan nanti sore secara tertulis. Juga amplopnya
sekalian. Tsa: khususnya untuk Tsu yang bergaris bawah
You will get a written press release by this evening and, of course, a little something extra as a sign of our appreciation for your hard work.
Dalam versi terjemahannya, makna konotatif yang terkandung dalam kata ‘amplop’ diterjemahkan secara lebih netral ke dalam bahasa Inggris lihat frase
yang dicetak tebal, meskipun frase ‘your hard work’ terasa seperti ‘sindiran’. Nampaknya, penerjemah menganggap bahwa pembaca teks sasaran akan
memahami ‘hard work’ tersebut sebagai pengejawantahan makna konotatif dalam kata ‘amplop’. Maka, cara ini lebih ‘relevan’ bagi pemabaca teks sasaran daripada
penggunaan kata ‘envelope’ secara harfiah. c. BSu dan BSa membuat perbedaan dalam makna
Penerjemah terkadang membuat makna yang sedikit berbeda dengan BSu. Satu ungkapan dalam BSu bisa dimaknai secara berbeda dalam BSa. Misalnya
kalimat ‘She was going out in the rain’ bisa dipahami secara berbeda dalam Bahasa Indonesia: ‘Dia pergi keluar tanpa tahu kalau hujan sedang turun’ atau
‘Dia sengaja pergi keluar meskipun hujan sedang turun’. Dalam hal ini penerjemah harus benar-benar memahami konteks BSu untuk mendapatkan
makna yang sepadan. d. Tidak adanya kata-kata khusus dalam BSa
commit to user
26 Bahasa Inggris memiliki ragam kata khusus untuk rumah ‘house’ seperti
‘bungalow’, ‘cottage’, ‘villa’, ‘hall’, ‘lodge’, dan ‘mansion’. Begitu juga bahasa yang lain. Bahasa Jawa, misalnya, memiliki kata-kata seperti ‘manggar’, ‘bluluk’,
‘cengkir’, ‘degan’, ‘klopo’, dan ‘cumplung’ yang tidak dijumpai padanan katanya dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
4. Teknik Penerjemahan