70 Berbicara tentang metafora sangat luas, karena itu metafora yang dimaksud dalam kajian
ini adalah metafora yang diidentifikasikan sejalan dengan perspektif LSF. Metafora diklasifikasikan atas dua jenis, metafora leksikal dan metafora gramatikal Simon,
Anne, Tarverniers, Ravelli: 2003. Dalam hal yang agak berbeda Saragih 2009 membagi metafora atas tiga bahagian, yaitu metafora leksikal, metafora gramatikal dan metafora
kontekstual.
a. Metafora Leksikal
Metafora leksikal adalah metapora tentang perbandingan kata, yaitu membandingkan nomina dengan nomina, nomina dengan verba, dan nomina dengan ajektiva Simon, Anne,
Tarverniers, Ravelli: 2003; Saragih:2009. Selanjutnya Saragih menyakan bahwa meskipun dalam jumlah yang terbatas, metafora terdapat dalam tiga unsur perbandingan, yaitu nomina,
verba dan sirkumstan. Contoh: Perbandingan nomina dengan nomina
Suntikan dana yang diberikan pemerintah berpengaruh kecil terhadap perekonomian rakyat. Contoh: Perbandingan nomina dengan verba
Cintanya kandas di tengah jalan Pikirannya bercabang-cabang mendengar keputusan itu
Contoh: Perbandingan nomina dengan ajektiva Usahanya tidak mengalami titik terang sejak moneter.
Hatinya luluh mendengarkan cerita bayi kembar kehilangan ibunya.
Contoh: Perbandingan nomina, verba dan sirkumstan Janjinya melambungkan perasaanku di awang-awang
Universitas Sumatera Utara
71
b. Metafora Gramatikal
`
Metafora gramatikal adalah pengodean satu makna gramatikal seakan-akan seperti pengodean gramatikal yang lain. Dengan kata lain metafora gramatikal adalah perubahan
pengodean atau relokasi pengodean suatu makna yang lazim dengan penggunaan sumber daya gramatikal yang lazim ke pengodean yang tidak lazim menggunakan sumber daya gramatikal
yang lazim. Perubahan dan perpindahan atau relokasi pengodean arti ke penanda yang tidak lazim meliputi perubahan atau relokasi jenis dan peringkat gramatikal. Kedua jenis perubahan
dan perpindahan atau relokasi terjadi karena pengaruh konteks sosial yang merupakan unsur penting di dalam semiotik bahasa Saragih, 2009.
Contoh berikut adalah perubahan dan perpindahan gramatikal. Dia mungkin datang Kemungkinan dia datang
Mahasiswa bingung dengan penjelasannya Penjelasannya membingungkan mahasiswa Kedua klausa di atas menunjukkan terjadi perubahan dan perpindahan pengkodean
seperti modalitas mungkin berubah menjadi nomina kemungkinan dan ajektiva bingung berubah menjadi verba membingungkan
Perubahan peringkat unit gramatikal merupakan perubahan pengodean yang lazim dari satu peringkat ke peringkat unit tata bahasa atau gramatikal yang lain. Perubahan peringkat
terdiri dua jenis, yaitu perubahan berbentuk kenaikan dari satu peringkat yang rendah ke peringkat yang lebih tinggi serta perubahan bentuk penurunan dari satu tingkat yang tinggi ke
tingkat yang lebih rendah. Perubahan metapora dari peringkat yang lebih tinggi ke peringkat yang lebih rendah disebut metapora eksperiensial dan perubahan metafora dari peringkat yang
lebih rendah ke peringkat yang lebih tinggi disebut metafora antarpersona.
Universitas Sumatera Utara
72 Seperti layaknya metafora dalam fungsi-fungsi lainnya, dalam fungsi antarpersona
metafora merepresentasikan realisasi yang tidak kongruen. Artinya, fungsi-fungsi ujaran tidak lagi bersesuaian antara bentuk dan fungsi sebenarnya dalam konteks. Metafora antarpersona
menata fungsi-fungsi mood yang relevan dalam interaksi tertentu. Martin, 1992:412. Metafora antarpersona berkenaan dengan modus dan modalitas. modalisasi dan
modulasi. Dengan sifat metafora antarpersona seperti disebut sebelumnya, maka dapat terjadi realisasi yang berbeda dari komponen-komponen mood untuk menyatakan ‘proposisi’
pernyataan dan pertanyaan atau ‘proposal’ perintah dan tawaran. Di dalam modalisasi, seperti diketahui, dicakup tentang probabilitas dan kebiasaan, sementara di dalam modulasi terdapat
penerimaan dan kewajiban. Realisasi-realisasi untuk mengekspresikan hal-hal tersebut secara mendasar sudah tersedia di dalam setiap bahasa, namun penggunaan ekspresi lainnya dapat saja
terjadi. Sebagai contoh, sebuah modalisasi untuk menunjukkan probabilitas dalam bahasa Inggris yang dipergunakan adalah verba modal seperti may, namun dalam interaksi bisa saja kata if
digunakan untuk menyatakan hal yang sama probabilitas. Namun kata if bukan sebuah verba modal, tetapi sebuah konjungsi. Dalam bahasa Indonesia, kata ‘mungkin’ merupakan kata yang
paling representatif untuk menunjukkan adanya probabilitas; namun, kata lain seperti ‘bisa jadi’ juga sering dipakai.
Contoh: Saya mungkin akan datang malam ini.
Bisa jadi dia senang dengan proposal yang anda ajukan. Pada modulasi, dalam bahasa Inggris juga dipergunakan verba modal, namun realisasi tidak
kongruen sering dipergunakan. Misalnya, “You may go.’’ dapat direalisasikan dengan “You are permitted to go.” yang sudah menggunakan verba kompleks. Kecenderungan semacam ini juga
terdapat dalam konteks bahasa Indonesia. Kata ‘boleh’ dipergunakan untuk menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
73 penerimaan akan sebuah proposal misalnya, sehingga ‘Mereka boleh menggunakan ruangan itu.’
dapat dinyatakan dengan ‘Mereka diperkenankan menggunakan ruangan itu.’ Metafora antarpersona juga terjadi sekaligus dalam modus dan langkah. Percakapan
berikut memperlihatkan tidak terjadinya kesesuaian antara modus dan langkah. k2 A: Bagaimana pal sudah bisa kita mulai ?‘Uga pal enggo banci simulai’?
k2 B: Sudah kumpul semuanya? ‘Enggo kin pulung kerina’? A memulai langkah meminta informasi dikodekan dengan k2. Modus yang digunakan adalah
modus pertanyaan. Seharusnya B menanggapinya dengan memberi informasi dikodekan dengan k1 yang direalisasikan dengan modus deklaratif atau minor tetapi B menanggapinya dengan
langkah meminta informasi dikodekan dengan k2 yang direalisasikan modus pertanyaan. Akibatnya terbentuklah struktur percakapan yang tidak lazim, yaitu k2k2 seharusnya struktur
yang lazim adalah k2k1. Ketidaklaziman ini disebut metafora antarpersona sekaligus metafora modus dan langkah.
Dengan demikian, dalam berbagai peristiwa bahasa metafora, khususnya metafora antarpersona lazim dipergunakan. Hanya saja, sering tidak disadari bahwa realisasi akan sesuatu
makna sering kali tidak sesuai dengan aturan gramatikal yang ada. Hal ini tidaklah mengherankan karena secara pragmatik, penutur dan petutur lebih sering bisa saling memahami
makna yang dimaksud dengan realisasi-realisasi tertentu.
c. Metapora Kontekstual