Tinjauan Umum tentang Percakapan

26 BAB II KAJIAN PUSTAKA, DAN KONSTRUK ANALISIS Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang berguna untuk menjawab permasalahan penelitian yang secara garis besar meliputi: percakapan, sistem dan struktur percakapan, aturan percakapan, konteks sosial, bahasa Karo, penelitian terdahulu yang relevan serta konstruk analisis.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Tinjauan Umum tentang Percakapan

Percakapan pada dasarnya adalah interaksi antara dua sisi, yakni penutur ‘addresser’ dan petutur ‘addressee’. Dalam proses itu keduanya saling bertukar pesan, dan bila pesan itu dapat dipahami dalam konteks yang ada maka percakapan itu berhasil. Percakapan merupakan bagian dari proses komunikasi secara umum, yang didefinisikan sebagai penyampaian informasi, pertukaran pendapat, atau sebagai proses pembentukan kesamaan atau kesatuan pemikiran antara penyampai dan penerima. Belch Belch, 1990:127. Dalam hal yang sama Lindsay dan Knight 2006 berpendapat bahwa percakapan adalah interaksi dengan orang lain dengan menggunakan semua unsur bahasa dan dilakukan untuk tujuan sosial, seperti menginginkan sesuatu, melakukan sesuatu untuk orang lain, merespon orang lain, mengungkapkan perasaan, pendapat, dan bertukar informasi yang berhubungan dengan masa lalu, saat ini dan masa mendatang. Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa bahasa yang digunakan dalam percakapan tidak lengkap karena tidak direncanakan, ada jeda, tekanan, intonasi, pengulangan, penggunaan ‘fabricated fillers’ upaya-upaya yang dilakukan dalam berinteraksi agar pembicaraan tidak Universitas Sumatera Utara 27 terputus secara singkat semua ini berguna untuk memberikan waktu berpikir bagi penutur untuk menyampaikan pesan dan juga memberikan kejelasan pesan bagi petutur. Percakapan merupakan komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih dan percakapan akan terlaksana dengan baik bila penutur dan petutur dapat memberi reaksi terhadap apa yang didengarnya serta memberi umpan balik Lindsay dan Knight,2006 menyatakan bahwa. Dengan demikian, baik penutur dan petutur selain harus memiliki keterampilan untuk menyampaikan sesuatu secara lisan juga harus menangkap dan bereaksi terhadap apa yang didengar Hariss, 1979. Lebih jauh dinyatakan oleh Savignon 1978 bahwa berbicara merupakan proses komunikasi dan proses akan terjadi bila terdapat kesepakatan mengenai arti dalam konteks bahasa antara penutur dan petutur. Kesesuaian arti dalam konteks bahasa itulah yang pada akhirnya menentukan keefektifan suatu informasi yang disampaikan lewat percakapan tersebut. Percakapan yang efektif terjadi apabila pesan yang disampaikan identik dengan pesan yang diterima. Hal ini bermakna, walaupun pesan yang disampaikan ada kaitannya dengan konteks bahasa, tetapi jika tidak dimengerti oleh si penerima informasi maka cara menyampaikan pesan tidak efektif. Hal ini terjadi karena proses komunikasi itu sendiri ditentukan oleh berbagai hal seperti, situasi dan konteks komunikasi, pengetahuan bahasa yang setara antara penutur dan petutur, faktor-faktor di luar kebahasaan seperti budaya, pengetahuan pragmatik serta pemahaman terhadap intensitivitas komunikasi yang disampaikan pembicara Gross, 1988. Berkaitan dengan hal tersebut, Brown dan Yule 1984 menyatakan bahwa proses percakapan ditentukan oleh lima hal, yakni: 1 latar kejadian, 2 waktu, 3 peserta percakapan penutur dan petutur, 4 jenis peristiwa dan 5 poin pembicaraan. Sedangkan Hymes lebih rinci memormulasikan bahwa dalam proses percakapan ada tujuh faktor yang perlu diperhatikan dalam mencapai komunikasi yang efektif, yaitu: 1 waktu dan tempat terjadinya Universitas Sumatera Utara 28 percakapan, 2 pihak-pihak yang terlibat di dalam percakapan, 3 tujuan masing-masing pihak, 4 bentuk dan isi dari apa yang diucapkan, 5 cara bagaimana makna disampaikan, 6 media penyampai maknanya, apakah secara lisan atau tulisan, 7 norma-norma yang digunakan; dalam konteks tertentu norma tertentu pula yang sesuai, dan 8 ranah komunikasinya.

2.1.2 Pendekatan terhadap Kajian Percakapan