21 saja kepada keluarga yang ditinggalkan, melainkan juga kepada orang mati. Penutur berdialog
dengan orang yang mati dengan cara memproyeksikan dirinya sebagai orang mati sehingga terbentuklah metafora di mana penutur memaknai orang yang mati sebagai mahluk hidup yang
dapat berkomunikasi. Akibatnya terbentuklah struktur percakapan yang tidak lazim. Dikatakan tidak lazim karena struktur percakapan yang terbentuk berbeda dengan struktur percakapan yang
lazim seperti yang telah dipaparkan di atas. Penutur bahasa Karo tersebar di berbagai daerah di Indonesia, tetapi pada umumnya
mereka terdapat paling banyak di Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang. Ketiga kabupaten ini berbeda dialeknya, akibatnya terdapat dua bahagian besar dialek
bahasa Karo, yaitu dialek Karo Gugung yang terdapat di Kabupaten Karo dan dialek Karo Jahe- jahe yang terdapat di Kabupaten Langkat dan Deli Serdang. Dialek Karo Jahe-jahe di Kabupaten
Langkat dan Deli Serdang juga berbeda. Perbedaan dialek ini terjadi karena masing-masing kabupaten berbatasan dengan daerah lain yang memiliki bahasa yang berbeda pula dan juga
pengaruh penutur bahasa-bahasa lain yang terdapat atau bermukim di daerah tersebut. Oleh karena itu lokasi penelitian ini adalah kabupaten Karo karena diasumsikan bahasa Karo yang
digunakan di daerah ini masih baku. Penelitian ini tidak berkaitan dengan dialek melainkan berfokus pada langkah-langkah percakapan yang dilakukan penutur bahasa Karo dalam
menukarkan pengalamannya sehingga segala sesuatunya yang berkaitan dengan dialek, seperti kosakata, bunyi, dan struktur kalimat diabaikan dalam kajian ini.
1.2 Fokus Penelitian
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, berbagai permasalahan dapat
diidentifikasikan, antara lain: 1 Bagaimana bentuk wacana dari masing-masing fase
Universitas Sumatera Utara
22 perkawinan dalam bahasa Karo? 2 apakah ada perbedaan di antara setiap fase? 3 Bagaimana
fungsi eksperiensal dan tekstual secara leksikogramatika dari tataran klausa hingga ke tataran wacana dari masing-masing tuturan percakapan dalam upacara perkawinan, kematian, dan
kegiatan sehari-hari? 4 Fungsi yang mana di antara fungsi eksperiensial dan tekstual yang paling banyak ditemukan dalam tuturan percakapan dari setiap kegiatan tersebut? 5 Bagaimana
bentuk pilihan modus yang dilakukan penutur bahasa Karo dalam setiap kegiatan tersebut? 6 Bagaimana bentuk struktur percakapan yang terjadi akibat pilihan-pilihan modus tersebut? 7
Apakah dasar pemilihan modus yang dilakukan penutur bahasa Karo? Bagaimana bentuk dinamika langkah dalam struktur percakapan bahasa Karo?
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang dipaparkan di atas, maka secara operasional fokus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah sistem percakapan bahasa Karo?
b. Bagaimana struktur percakapan dalam bahasa Karo?
c. Bagaimana realisasi metafora dalam sistem dan struktur percakapan dalam bahasa Karo?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah menggambarkan sistem dan struktur percakapan bahasa Karo dalam konteks situasi biasa meliputi perkawinan dan kegiatan sehari-hari serta dalam konteks
situasi tidak biasa mencakup situasi memasuki rumah baru dan kematian. Berdasarkan permasalahan di atas penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengungkapkan dan
mengkaedahkan: a. Sistem percakapan dalam bahasa Karo.
b. Struktur percakapan dalam bahasa Karo.
Universitas Sumatera Utara
23 c. Realisasi metafora dalam sistem dan struktur percakapan dalam bahasa Karo.
1.4 Manfaat Penelitian
Temuan penelitian diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis. a.
Secara teoritis, untuk tingkat nasional, hasil penelitian diharapkan dapat memberi sumbangan kepustakaan mengenai kajian wacana yang pernah dilakukan di Indonesia.
Untuk tingkat Internasional, hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan teori-teori wacana ‘discourse’, khususnya teori LSF. Baik untuk tingkat
nasional dan internasional dapat memberikan sumbangan sebagai model penelitian tentang wacana lisan
b. Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat memberi gambaran terhadap masyarakat
bahwa setiap penutur bahasa memiliki budaya yang berbeda yang tercermin lewat percakapannya. Oleh karena itu, hasil penelitian diharapkan bermanfaat terhadap upaya
pembangunan karena dapat membantu aparat atau agen pemerintah dalam menyampaikan pesan, informasi, dan kepada rakyat tanpa terjadi konflik
1. 5 Ruang Lingkup Penelitian