Metafungsi Bahasa Kajian Pustaka

37

2.1.4 Metafungsi Bahasa

Dalam LSF dikenal metafungsi bahasa, yaitu fungsi bahasa dalam pemakaian bahasa yang terjadi dari fungsi memaparkan ‘ideational function’, mempertukarkan ‘interpersonal function’, dan merangkai pengalaman ‘textualfunction. Fungsi ideasional terbagi ke dalam dua bahagian, yaitu fungsi bahasa untuk menggambarkan pengalaman experiential function dan fungsi logis logical function, yaitu fungsi bahasa untuk menghubungkan pengalaman. Fungsi eksperiensial adalah fungsi bahasa untuk menggambarkan pengalaman manusia. Pemakai bahasa memaparkan pengalamannya tentang alam semesta, yakni pengalaman bukan linguistik ke dalam pengalaman semiotik-linguistik karena hanya representasi semiotik-linguistik yang dapat dipertukarkan dalam konteks sosial dengan mitra interaksi ‘addressee’ bahasa sebagai lawan berkomunikasi. Pengalaman seseorang terhadap sesuatu apakah itu peristiwa, situasi atau kondisi berbeda-beda. Penutur dapat mengungkapkan perbedaan itu dengan menggunakan bahasa. Dengan kata lain bahasa mampu menyatukan persepsi terhadap realitas itu dengan penutur mentransperkan memaparkan pengalamanny itu ke dalam bentuk bahasa. Pengalaman manusia terdiri atas bagian-bagain. Pemahaman terhadap bagian-bagian pengalaman itu diperlukan hubungan antarbagian pengalaman itu karena sesuatu dapat dipahami dengan baik dalam hubungan dengan yang lain. Dalam hal ini bahasa berfunsgi menghubungkan satu unit pengalaman dengan pengalaman lainnya. Huabungan pengalaman ini paling sedikit meliputi dua klausa yang disebut dengan hubungan logis. Hubungan logis ini tidak hanya terdapat dalam bentuk klausa, tetapi juga terdapat dalam bentuk kata, grup dan frasa. Selain memaparkan pengalamannya, pemakai bahasa dalam interaksi sosial melakukan pertukaran pengalaman linguistik dengan mitra interaksi bahasa untuk memenuhi kebutuhannya yang disebut makna antarpersona ‘interpersonal meaning’. Selanjutnya pemakai bahasa Universitas Sumatera Utara 38 merangkai pengalaman yang di dalam rangkaian itu terbentuk keterkaitan: satu unit pengalaman dalam ‘ideational meaning’ dan ‘interpesonal meaning’ relevan dengan pengalaman yang telah dan akan disampaikan sebelum dan sesudahnya yang disebut sebagai fungsi tekstual ‘textual function’ Halliday, 1978; Matthiesen, 1995. Dalam menukarkan pengalamannya, penutur menggunakan fungsi ujar yang berbentuk pertanyaan, pernyataan, perintah dan tawaran. Keempat bentuk fungsi ujar ini direalisasikan dalam bentuk modus ‘mood’, modalitas ‘modality’, epitet, dan struktur percakapan ‘exchange structure’yang membentuk struktur percakapan ‘conversational structure’. Menurut Young dan Fitzgerald 2006 ketika seseorang bertukar informasi, dia memperlihatkan sikap dan pendiriannya ke dalam wacana mencakup topik pembicaraan dan mitra bicara. Sikap dan pendiriannya ini ditampilkan melalui modalitas dan kata keterangan. Melalui penggunaan modalitas dan kata keterangan penutur dapat menambahkan unsur yang memodifikasi proposisi serta merubah proposisi ke dalam bentuk pernyataan yang ditandai oleh pendapat-pendapat, keyakinan dan pandangan. Misalnya, seorang penutur mengatakan Dosen datang hari ini. Klausa ini dapat berisikan muatan pribadi sehingga dapat berubah bentuk seperti Dosen mungkin datang hari ini, Dosen pasti datang hari ini, Dosen akan datang hari ini. Penggunaan modalitas pasti, akan, dan mungkin disebut sebagai pertimbangan pribadi. Ketika pertukaran terjadi, penutur dan petutur diposisikan sebagai peran pembicara yang berbeda melalui penggunaan modus apakah memberikan informasi atau menanyakan informasi. Martin dan Rose 2002 serta Saragih 2009 menyatakan bahwa fungsi antarpersona bersifat prosodik; bermakna bahwa fungsi ujar atau modalitas direalisasikan dengan suara. Suara penutur dapat bervariasi dalam menggunakan fungsi ujar apakah dengan intonasi datar, naik, turun, naik-turun, turun-naik dan lain sebagainya seperti pada klausa berikut. Dia mengangkat Universitas Sumatera Utara 39 kursi intonasi turun, Angkat kursi itu intonasi naik-turun, Mengangkat kursikah dia? intonasi turun-naik. Fungsi tekstual merupakan fungsi bahasa untuk merangkai pengalaman. Penutur dapat merangkai atau mengurutkan pengalamannya dengan menggunakan bahasa.Apa yang diinginkan penutur untuk dipaparkan terlebih dahulu dan diikuti dengan yang lain dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa. Unsur bahasa yang dipaparkan terlebih dahulu disebut dengan tema dan yang mengikutinya disebut dengan rema. Misalnya, Presiden menyampaikan pidatonya dengan berapi-api dan Dengan berapi-api Presiden menyampaikan pidatonya. Dalam Presiden menyampaikan pidatonya dengan berapi-api, unsur yang dikedepankan adalah Presiden sedangkan dalam Dengan berapi-api presiden menyampaikan pidatonya, unsur yang dikedepankan adalah cara Presiden menyampaikan pidatonya.

2.1.5 Sistem Percakapan