53 Figura 2.4 memperlihatkan bahwa fungsi ujar dapat digunakan untuk berekspresi dan
berbicara. Ekspresi adalah seruan, seperti oh, uh, ehm dan ekpsresi tidak memiliki tanggapan karena ekspresi juga dapat sebagai tanggapan dari fungsi ujar yang lainnya.
Ketika penutur berbicara maka dia dapat melakukan pilihan apakah orientasi atau negosiasi. Jika orientasi yang dipilih, maka ada dua pilihan yang dapat dilakukan apakah
menyapa atau memanggil. Demikian pula negosiasi, terdapat dua pilihan apakah melakukan negosiasi informasi atau negosiasi barang dan jasa. Dalam negosiasi informasi juga terdapat
pilihan apakah meminta atau memberi. Demikian juga dalam negosiasi barang dan jasa terdapat dua pilihan apakah menawarkan atau memerintah. Tanggapan bisa saja tidak terjadi.
Berdasarkan uraian ini, maka terdapat tiga belas fungsi ujar dan setiap fungsi ujar direalisasikan dalam modus yang berbeda.
c. Modus
Dari Tabel 2.1 akan terbentuk satu sistem dan struktur, misalnya bila ada pernyatan memberi informasi, maka pilihannya ada dua, yaitu diakui dan dibantah, dan bila ada pertanyaan
menerima informasi, maka pilihannya adalah dijawab atau tidak dijawab. Sistem:
dijawab pertanyaan interogatif
Struktur: pertanyaan k2 : A
: Kemana perginya si Budi? dijawab k1 : B
: Ke rumah pamannya. tidak dijawab
Universitas Sumatera Utara
54 Thompson 1996:40 menyebutkan bahwa tiga dari keempat fungsi ujar itu berhubungan
erat dengan struktur gramatika tertentu. Pernyataan sering diujarkan dengan klausa deklaratif, pertanyaan dengan klausa interogatif, dan perintah dengan klausa imperatif. Yang aneh adalah
tawaran karena tidak ada pilihan modus tertentunya, namun tawaran lebih berhubungan dengan modalitas. Dalam leksikogrammatika, modus memiliki peranan yang sangat khusus karena di
dalam moduslah wacana semantik terealisasi. Eggins 1994:153 menyimpulkan fungsi ujar dan modus klausa yang biasa digunakan yang dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Fungsi Ujaran dan Modus Klausa Tipikal Fungsi Ujaran
Modus Tipikal dalam Klausa
Pernyataan Modus deklaratif
Pertanyaan Modus interogatif
Perintah Modus imperatif
Tawaran Modus interogatif termodulasi
jawaban Modus deklaratif eliptikal
pengakuan Modus deklaratif eliptikal
penerimaan klausa minor
persetujuan klausa minor
Modus memiliki struktur tersendiri, yang pada intinya terdiri dari dua komponen yaitu komponen Subjek dan komponen Finite. Kedua komponen inilah yang membentuk sebuah
modus. Subjek biasanya nominal group dan didefinisikan sebagai partisipan terpenting dalam klausa, orang atau benda yang dimaksud oleh proposisi dan tanpanya tidak terjadi argumen atau
negosiasi. Percakapan tidak dapat berlangsung tanpa hadirnya sebuah Subjek. Sedangkan Finite mengekspresikan bagian proses klausa itu yang memungkinkannya berargumen tentang
partisipan Subjeknya. Eggins Slade, 1997:7577. Berdasarkan uraian di atas diperoleh tiga belas fungsi ujar. Untuk dapat menganalisis
percakapan harus diketahui bagaimana cara membedakan satu dengan yang lain fungsi ujar
Universitas Sumatera Utara
55 tersebut. Misalnya, fungsi ujar perintah ‘command’ lazimnya direalisasikan dengan modus
imperatif, namun dapat juga direalisasikan dengan bentuk gramatika yang berbeda, yaitu deklaratif dan interogatif.
Contoh: Ateku ngerana kam ras ia perintah deklaratif
‘Aku mau kau berbicara dengannya’ Banci kang kam ngerana ras ia ? perintah Interogatif
‘Bisa kau berbicara dengannya?’ Ula kam ngerana ras ia perintah imperatif
‘jangan kau berbicara dengannya ‘
Demikian pula halnya dengan fungsi ujar yang lain, seperti pertanyaan. Dalam bahasa Inggris pada umumnya pertanyaan direalisasikan dengan menggunakan kalimat tanya wh-
question, tetapi dalam menanyakan nama seseorang tidak hanya dapat dilakukan dengan penggunaan kalimat tanya wh –question tetapi juga dengan penggunaan polaritas pertanyaan.
Penggunaan polaritas memberi pilihan untuk menolak pertanyaan. Contoh:
Pertanyaan yang direalisasikan dengan penggunaan wh- question What is your name? ‘siapa namamu’?
Pertanyaan yang direalisasikan dengan penggunaan penggunaan polaritas Could you tell me your name? ‘Dapatkah kau katakan siapa namamu’?
Dalam posisi atau status yang berbeda untuk menanyakan nama seseorang dapat digunakan modus imperatif atau deklaratif yang tidak lengkap.
Contoh: Pertanyaan yang direalisasikan dengan penggunaan imperatif
Universitas Sumatera Utara
56 Tell me your name ‘Bilang siapa namamu’
Pertanyaan yang direalisasikan dengan penggunaan deklaratif tidak lengkap And your name is....? ‘Dan namamu..........’?
Mengikuti pendapat Halliday dan Matthiessen 2004 segala sesuatu yang sama disebut bersesuaian ‘congruent’ dan yang tidak langsung disebut metapora. Pembahasan kesesuaian
fungsi ujaran dan modus merupakan salah satu dimensi dari metapora gramatika. Dari satu sudut pandang, semua contoh di atas menghasilkan hal yang sama di mana
penutur meminta dan memberi informasi yang diinginkan. Pada kasus yang sama terjadi realisasi yang berbeda yang mengkonstruksikan hubungan sosial yang berbeda di antara tenor
dan memberikan peluang bagi mereka untuk memulai kemungkinan-kemungkinan negosiasi. Dalam bahasa Inggris kalimat tanya dipolakan dengan menggunakan kalimat tanya wh-
question dan kalimat tanya dengan jawaban ya tidak yesno question serta penggunaan finite. Dalam bahasa Indonesia dan bahasa karo agak berbeda, kalimat tanya dengan menggunakan
kata tanya dan kalimat tanya dengan jawaban yatidak dengan intonasi menaik dan tanpa finite. Contoh:
Interogatif menggunakan kata tanya wh-question Bahasa Inggris: When did you come here ?
Bahasa Indonesia: Kapan kau datang ke sini? Bahasa Karo: Digan kam reh ku jenda?
Interogatif menggunakan kata yesquestion Bahasa Inggris: Is your mother ill?
Bahasa Indonesia: Sakit ibumu? Bahasa Karo: Sakit nande ndu?
Universitas Sumatera Utara
57 Kalimat tanya yes no question dalam bahasa Inggris menggunakan finite dengan
intonasi turun-naik sedangkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Karo tidak menggunakan finite dengan intonasi turun-naik. Kalimat tanya dalam bahasa Indonesia juga dapat dalam
bentuk deklaratif dengan intonasi turun-naik. Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia dan bahasa Karo dan bahasa-bahasa lainnya dikodekan berdasarkan prosodi bukan struktural sedangkan
bahasa Inggris dan bahasa-bahasa yang terdapat di benua Eropah dikodekan berdasarkan struktural
Contoh : Nande ndu sakit? ‘Ibumu sakit? intonasi turun-naik
d. Tanggapan ‘Respond’