Etnometodologi Analisis Percakapan Pendekatan terhadap Kajian Percakapan

28 percakapan, 2 pihak-pihak yang terlibat di dalam percakapan, 3 tujuan masing-masing pihak, 4 bentuk dan isi dari apa yang diucapkan, 5 cara bagaimana makna disampaikan, 6 media penyampai maknanya, apakah secara lisan atau tulisan, 7 norma-norma yang digunakan; dalam konteks tertentu norma tertentu pula yang sesuai, dan 8 ranah komunikasinya.

2.1.2 Pendekatan terhadap Kajian Percakapan

Percakapan telah menjadi perhatian khusus dalam kajian bahasa selama beberapa dekade terahir ini. Kajian-kajian itu berupaya untuk mencari seluruh fenomena penggunaan bahasa dalam konteks sosial atau yang lebih dikenal sebagai Sosiolinguistik. Ilmu sosiologi bahasa ini menggambarkan bagaimana bahasa digunakan dan faktor-faktor apa saja yang mem- pengaruhinya.Terdapat beberapa pendekatan tentang kajian percakapan yang akan diuraikan berikut ini. Paparan ini bertujuan sebagai latar belakang memilih Lingusitik Sistemik Fungsional sebagai landasan teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian ini

2.1.2.1 Etnometodologi

Pendekatan etnometodologi pertama sekali diperkenalkan oleh Harold Garfinkel pada tahun 1967. Ia mengembangkan pendekatan ini untuk melihat bagaimana sifat tindakan manusia yang berhubungan dengan kemampuan menyampaikan dan memahami tindakan dan aktifitas sosial sehari-sehari. Bell Garrett, 2001:162. Jadi, pendekatan ini pada dasarnya tidak secara langsung mengkaji kegiatan kebahasaan manusia dalam konteks kehidupan sosial sehari-hari, tetapi berdasarkan pendekatan inilah kemudian muncul pendekatan Analisis Percakapan Conversation Analysis = CA sebagai salah satu cabangnya. Universitas Sumatera Utara 29

2.1.2.2 Analisis Percakapan

Sebenarnya analisis percakapan telah diawali lebih dini oleh Bellack dkk 1966 dan Flanders 1970. Penelitian mereka lebih berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan. Mereka menganalisis wacana guru di kelas, yakni bagaimana guru bertanya, memerintah, dan merespon dan bukan mengkaji bagaimana perintah direalisasikan dalam bahasa. Selanjutnya analisis percakapan berkembang tidak hanya sebatas wacana di kelas melainkan wacana alami yang terjadi di masyarakat dalam berbagai aktifitas. Beberapa tokoh yang mengawali Analisis Percakapan ‘Conversation Analysis’ atau lebih dikenal dengan singkatan CA adalah Goffman 1981, Sacks, Schegloff dan Jefferson 1992 yang berfokus pada giliran percakapan ‘turn taking’ dan ‘adjacency pairs’.. CA banyak mengambil data dari percakapan yang direkam berdasarkan interaksi percakapan. Levinson 1985:295 mengatakan bahwa data itu terdiri dari rekaman kaset dan transkrip percakapan yang terjadi secara natural, dengan sedikit saja perhatian kepada sifat konteksnya misalnya apakah partisipan merupakan teman atau kenalan saja, atau apakah berada satu kelompok sosial tertentu, atau apakah konteksnya formal atau tidak formal, dsb.. Sacks et al. dalam Eggins dan Slade 1997:25 berpendapat bahwa terdapat dua fakta ketika mereka mengobservasi data interaksi percakapan, yaitu: a hanya satu orang berbicara pada waktu tertentu b perubahan pembicara terus terjadi Secara umum bisa dipahami bahwa kedua fakta ini biasa dijumpai dalam konteks percakapan. Inilah yang sering disebut dengan ‘pengambilan giliran’ atau ‘turn taking’. Fasold 1990:66 melihat ‘turn-taking’ dalam sebuah percakapan merupakan isu sentral dalam pengelolaan wacana dan bahkan mendapat banyak perhatian dari berbagai sudut pandang. Ia juga memberikan fakta yang lebih banyak yang terjadi dalam interaksi percakapan. Mengutip Sacks, Universitas Sumatera Utara 30 Schegloff, dan Jefferson, Fasold 1990 mengatakan terdapat beberapa fakta penting dalam turn-taking seperti: 1 terjadinya perubahan pembicara, yang berarti bahwa dalam percakapan tidak satu orang saja yang berbicara terus menerus; 2 berkuasa penuh, yang berarti bahwa salah satu pihak berbicara pada waktu tertentu; 3 meskipun ada kecenderungan berkuasa penuh, bisa saja terjadi lebih dari satu orang berbicara pada saat yang bersamaan, namun biasanya tidak berlangsung pada waktu yang panjang; 4 pertukaran giliran tanpa adanya gap atau overlap adalah hal wajar; dan 5 tidak ada teknik alokasi-giliran, artinya siapa saja bisa menjadi addressee. Kemudian mereka menciptakan apa yang disebut dengan ‘Turn Constructional Units’ TCUs karena pembicara berbicara dalam unit-unit. TCU merupakan unit bahasa yang lengkap secara gramatika seperti kalimat, klausa atau frasa, yang ahirnya memungkinkan orang-orang yang berinteraksi untuk melakukan transfer. TCU ini digunakan untuk menentukan bagaimana turn taking itu terlaksana, siapa dan kapan harus berbicara. Eggins dan Slade, 1997:26 menggambarkan sistem turn-taking sebagai berikut: Figura 2.1 Sistem turn-taking Current speaker selects next speaker Selects a different speaker Titik awal pertukaran giliran Pembicara memilih pembicara berikutnya Pembicara berikutnya memilih dirinya sendiri Memilih pembicara berikutnya Memilih diri sendiri Universitas Sumatera Utara 31 Observasi CA memiliki kekuatan pada pengumpulan datanya karena diperoleh dari interaksi alami yang direkam sedemikian rupa dan kemudian ditranskripsi secara rinci. Eggins dan Slade: 1997:31. Namun, terdapat kelemahan di dalamnya, yaitu: 1 kurangnya katagori analitis sistemik, yang berarti bahwa analisis kuantitatif yang bersifat komprehensif tidak bisa dilakukan, 2 berfokus pada fragmen, yang artinya tidak mampu menjabarkan interaksi yang lengkap dan berkesinambungan, dan 3 interpretasi percakapannya yang mekanistik, artinya menganggap percakapan sebagai mesin tidak menjelaskan untuk apa orang-orang yang berinteraksi menggunakan mesin itu.

2.1.2.3 Etnografi Percakapan