Subkategori Menanyakan Kok nilai kamu tu jelek, ga pernah belajar ya? C2

Kedua tuturan tersebut sudah tentu disampaikan dengan maksud tertentu. Tuturan C15 termasuk dalam subkategori menyarankan, namun kenyataannya tuturan tersebut disampaikan dengan maksud menakut-nakuti mitra tuturnya. Kemudian, tuturan C20 menyiratkan maksud yang sama dengan subkategori ini, yakni berupa pemberian saran kepada mitra tuturnya. 4.3.3.7 Subkategori Menanyakan Kok nilai kamu tu jelek, ga pernah belajar ya? C2 Konteks tuturan: percakapan antara penutur dan mitra tutur bersama teman-temannya di rumah saat jam pulang sekolah. Penutur berusaha mencari tahu alasan perihal nilai jelek yang diperoleh di sekolah dengan bertanya kepada mitra tutur. Namun, mitra tutur merasa enggan menjawab pertanyaan penutur Wujud ketidaksantunan linguistik pada cuplikan tersebut terdapat pada tuturan C2, sedangkan wujud ketidaksantunan pragmatiknya berkaitan dengan cara penutur ketika menyampaikan tuturan tidak santunnya. Pada tuturan C2, penutur berbicara dengan sinis sembari menatap mitra tutur juga dengan tatapan sinis. Tuturan disampaikan langsung di hadapan teman-teman mitra tutur. Berdasarkan cara penutur menyampaikan tuturan, disimpulkan bahwa penutur secara sengaja menyampaikan tuturan untuk melecehkan mitra tuturnya. Hal itu terlihat ketika dengan lugasnya penutur bercerita di hadapan teman-teman mitra tutur perihal nilai buruk yang selalu diperoleh mitra tutur. Intonasi, tekanan, dan nada adalah unsur suprasegmental yang menjadi penanda ketidaksantunan linguistik dalam tuturan. Pada tuturan C2, penutur berbicara dengan intonasi tanya yang bernada sedang dan memberikan tekanan lunak pada kata jelek. Bagian yang ditekankan inilah yang dipentingkan oleh penutur. Meskipun berbicara dengan nada sedang dan memberikan tekanan dengan lunak, kenyataannya penekanan pada kata jelek menyiratkan bentuk pelecehan terhadap mitra tuturnya. Terlebih, ketika tuturan disampaikan di hadapan teman-teman mitra tutur. Pilihan kata yang kurang tepat dapat saja menimbulkan ketidaknyamanan bagi mitra tuturnya. Pilihan kata diksi dan kata fatis adalah unsur segmental yang terdapat dalam tuturan. Penggunaan bahasa nonstandar yang ditandai dengan pemakaian kata tidak baku pada tuturan ini. Kata tidak baku dalam tuturan ini adalah tu dan ga. Dalam tuturan C2 terdapat penggunaan kata fatis kok. Kata fatis kok dapat tuturan ini menekankan alasan yang ingin diketahui oleh penutur terkait nilai mitra tutur yang tidak terlalu bagus. Selanjutnya, pembahasan dalam penanda ketidaksantunan pragmatik yang dilihat berdasarkan konteks yang melingkupi tuturan tersebut. Tuturan C2 terjadi antara penutur dan mitra tutur perempuan. Penutur ibu berusia 36 tahun dan mitra tutur masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Penutur adalah ibu dari mitra tutur. Kesamaan jenis kelamin cenderung mendorong adanya kedekatan tertentu antara penutur dan mitra tuturnya. Kedekatan inilah yang terkadang justru menimbulkan terciptanya komunikasi yang kurang santun di antara keduanya. Lebih lanjut lagi pada aspek konteks tuturan itu sendiri. Tuturan terjadi ketika penutur dan mitra tutur berbincang-bincang bersama teman-temannya dalam suasana santai. Perbincangan itu terjadi di rumah penutur saat jam pulang sekolah. Penutur berusaha mencari tahu alasan mitra tutur yang selalu memperoleh nilai jelek di sekolah dengan mengajukan pertanyaan. Namun, mitra tutur merasa enggan menjawab pertanyaan penutur karena pada saat yang bersamaan teman-teman mitra tutur juga berada di tempat tersebut. Setelah melihat konteks di atas, tuturan yang disampaikan penutur lebih mengarah ke perilaku yang melecehkan muka. Mitra tutur pada tuturan tersebut seperti dilecehkan oleh penutur yang tuturannya disampaikan secara langsung di depan orang lain. Ketidaksantunan yang melecehkan muka itu berpotensi melukai hati mitra tuturnya. Pembahasan berikutnya mengenai tujuan, tindak verbal, dan tindak perlokusi yang terdapat dalam tuturan. Tujuan penutur ketika menyampaikan tuturannya adalah ingin mencari tahu alasan mitra tutur yang selalu memperoleh nilai jelek. Tindak verbal dalam tuturan ialah ekspresif. Tuturan tersebut mengakibatkan tindak perlokusi mitra tutur yaitu memberi jawaban sekenanya. Berbicara mengenai maksud ketidaksantunan, tuturan C2 menyiratkan maksud bahwa penutur ingin menyimpulkan sesuatu berdasarkan fakta yang terjadi. Dalam konteks tadi, penutur ingin menyimpulkan bahwa nilai jelek yang selalu diperoleh mitra tutur itu adalah akibat dari mitra tutur sendiri yang tidak pernah belajar.

4.3.4 Kategori Ketidaksantunan Menghilangkan Muka