Subkategori Marah Kategori Ketidaksantunan Melecehkan Muka

dengan maksud menyindir. Penutur dan mitra tutur laki-laki. Penutur berusia 65 tahun dan mitra tutur berusia 35 tahun. Penutur adalah bapak dari mitra tutur. Tujuan dari penutur yakni mengajak seluruh anggota keluarga untuk memaklumi watak MT yang keras kepala. Tindak verbal yang terjadi ialah ekspresif. Tuturan tersebut mengakibatkan tindak perlokusi MT yaitu tersenyum berusaha mencarikan suasana. Tuturan C18: Penutur meminta bantuan kepada mitra tutur untuk menyelesaikan PR. Penutur meminta bantuan dengan cara sedikit menyindir mitra tutur yang notabene mahasiswa fakultas hukum. Mitra tutur kesal dengan sikap penutur, sehingga hanya memberikan jawaban singkat. Penutur dan mitra tutur laki-laki. Penutur kelas 2 SMP, berusia 14 tahun dan mitra tutur mahasiswa semester 4, berusia 19 tahun. Penutur adalah adik dari mitra tutur. Tujuan dari tuturan penutur ialah menyindir mitra tutur. Tindak verbal yang terjadi adalah ekspresif. Tuturan tersebut mengakibatkan tindak perlokusi MT yakni kesal dan memberi jawaban singkat. 5 Maksud Ketidaksantunan Kedua tuturan di atas disampaikan dengan maksud yang sama yaitu menyindir mitra tuturnya. Sindiran dalam hal ini berupa sindiran terhadap kemampuan mitra tuturnya.

4.2.3.5 Subkategori Marah

Cuplikan tuturan 23 P : “Koe ki anak perawan kok keset” C6 Konteks tuturan: tuturan terjadi sepulang penutur dari bepergian sore hari. Penutur terkejut melihat keadaan rumah yang sangat berantakan paska ditinggal bepergian. Padahal, penutur sudah memberikan tugas kepada mitra tutur untuk menjaga kebersihan rumah. Namun, mitra tutur tidak mengindahkan perintah penutur, sehingga penutur menegur mitra tutur dengan ketus Cuplikan tuturan 41 MT : “Kalau pulang sekolah itu bantu-bantu orang tua dulu Jangan lupa Shalat Ngga langsung main sampai kayak gitu. Sing ngerti kahanan” P : “Wooo nenek lampir” C24 Konteks tuturan: mitra tutur berusaha menasihati penutur yang sering membangkang terhadap mitra tutur. Mendengar nasihat tersebut, penutur melontarkan kata-kata yang tidak santun, sehingga mitra tutur tersinggung 1 Wujud Ketidaksantunan linguistik Tuturan C6 : “Koe ki anak perawan kok keset” Kamu itu anak gadis kok pemalas Tuturan C24 : “Woo nenek lampir” 2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan C6: penutur berbicara dengan ketus sembari menatap mitra tutur sinis, penutur melontarkan kata-kata dengan tujuan menyadarkan mitra tutur agar selayaknya ‘gadis’ yang rajin mengurus rumah. Tuturan C24: penutur berbicara dengan keras dan ketus, penutur tidak mengindahkan nasihat mitra tutur, penutur berbicara kepada orang yang lebih tua dengan kata-kata umpatan, penutur juga berusaha menyamakan mitra tutur dengan sosok ‘nenek lampir’ yang dianggap galak. 3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan C6: intonasi yang digunakan penutur adalah intonasi seru, tekanan keras pada kata keset, nada tinggi, pilihan kata yang digunakan adalah bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa, dan kata fatis yang terdapat dalam tuturan: kok. Tuturan C24: intonasi yang digunakan penutur adalah intonasi seru, tekanan keras pada frasa nenek lampir, nada tinggi, pilihan kata yang digunakan adalah bahasa populer, dan kata fatis yang terdapat dalam tuturan: woo. 4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan C6: Tuturan terjadi sepulang penutur dari bepergian sore hari. Penutur terkejut melihat keadaan rumah yang berantakan paska ditinggal bepergian, padahal penutur sudah memberikan tugas kepada mitra tutur untuk menjaga kebersihan rumah. Namun, mitra tutur tidak mengindahkan perintah penutur. Akibatnya, penutur menegur mitra tutur dengan ketus. Penutur laki- laki berusia 47 tahun dan mitra tutur perempuan kelas XII SMK, berusia 19 tahun. Penutur adalah bapak dari mitra tutur. Tujuan dari penutur ialah menanggapi tingkah laku MT. Tindak verbal yang terjadi yaitu ekspresif. Tuturan tersebut mengakibatkan tindak perlokusi MT ialah diam saja dan masuk kamar. Tuturan C24: Mitra tutur berusaha menasihati penutur yang sering membangkang terhadap mitra tutur. Mendengar nasihat tersebut, penutur melontarkan kata-kata yang tidak santun, sehingga mitra tutur tersinggung. Penutur laki-laki kelas VII SMP, berusia 13 tahun dan mitra tutur perempuan berusia 40 tahun. Penutur adalah anak dari mitra tutur. Tujuan dari tuturan penutur ialah mengungkapkan amarahnya. Tindak verbal yang terjadi ialah ekspresif. Tuturan tersebut mengakibatkan tindak perlokusi MT yaitu pergi meninggalkan penutur. 5 Maksud Ketidaksantunan Penutur pada tuturan C6 bermaksud mengungkapkan amarahnya terhadap mitra tutur yang sulit diatur, sedangkan penutur pada tuturan C24 menyampaikan tuturannya dengan maksud mengungkapkan kekesalannya terhadap mitra tutur yang dianggap terlalu mengaturnya.

4.2.3.6 Subkategori Menyarankan