dari MT. Tindak verbal yang terjadi yaitu komisif. Tuturan tersebut mengakibatkan tindak perlokusi mitra tutur yaitu diam saja.
5 Maksud Ketidaksantunan
Tuturan C21 disampaikan dengan maksud protes. Penutur bermaksud memrotes mitra tuturnya yang tidak pernah memperhatikan penampilan. Lain
halnya dengan tuturan C23 yang disampaikan dengan maksud menolak. Penutur menolak saran dari mitra tutur, karena menurut penutur menjadi PNS
itu bukan pilihan yang tepat.
4.2.3.4 Subkategori Menyindir
Cuplikan tuturan 22 MT
: “Yo raiso, kabeh ki ono Undang-undang’e.”
P : “Maklum lah wong hukum.” C5
Konteks tuturan: ketika membicarakan keadaan masyarakat sering terjadi pro kontra, terlebih dengan anak pertama yang notabene sudah
terbiasa dengan ilmu hukum. Mitra tutur selalu keras kepala menyatakan opininya berkaitan tentang hukum. Tiba-tiba penutur melontarkan kata-
kata kepada mitra tutur dengan maksud menyindir Cuplikan tuturan 35
P : “Ki lho Mas, ngerti to Undang-undange?” C18
MT : “Ngerti, saben dino weruh kok.”
P : “Woo, yowis garapke yo”
Konteks tuturan: penutur meminta bantuan kepada mitra tutur untuk menyelesaikan PR. Penutur meminta bantuan dengan cara sedikit
menyindir mitra tutur yang notabene mahasiswa fakultas hukum. Mitra tutur sedikit kesal dengan sikap penutur, sehingga hanya memberikan
jawaban singkat
1 Wujud Ketidaksantunan linguistik
Tuturan C5
: “Maklum lah wong hukum.” Maklum lah orang hukum
Tuturan C18
: “Ki lho Mas, ngerti to Undang-undange?” Ini lho Mas, paham Undang-undangnya kan?
2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik
Tuturan C5: penutur berbicara dengan sinis sembari tersenyum, penutur
sengaja melontarkan kata ‘hukum’ untuk menyindir mitra tutur yang memang seorang sarjana hukum, sehingga memiliki watak keras.
Tuturan C18: penutur berbicara kepada orang yang lebih tua sembari
tersenyum menyindir mitra tutur yang notabene mahasiswa fakultas hukum, tuturan penutur seolah-olah meragukan kemampuan mitra tutur, penutur
meminta bantuan dengan cara tidak sopan yakni melempar buku ke arah mitra tutur.
3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik
Tuturan C5: intonasi yang digunakan penutur adalah intonasi berita, tekanan
lunak pada kata hukum, nada sedang, pilihan kata yang digunakan adalah bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa, dan kata fatis yang
terdapat dalam tuturan: lah.
Tuturan C18: intonasi yang digunakan penutur adalah intonasi tanya, tekanan
lunak pada frasa Undang-undange, nada sedang, pilihan kata yang digunakan adalah bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa, dan kata fatis
yang terdapat dalam tuturan: lho dan to.
4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik
Tuturan C5: Ketika membicarakan keadaan masyarakat sering terjadi pro
kontra, terlebih dengan anak pertama yang notabene sudah terbiasa dengan ilmu hukum. Mitra tutur selalu keras kepala menyatakan opininya berkaitan
tentang hukum. Tiba-tiba penutur melontarkan kata-kata kepada mitra tutur
dengan maksud menyindir. Penutur dan mitra tutur laki-laki. Penutur berusia 65 tahun dan mitra tutur berusia 35 tahun. Penutur adalah bapak dari mitra
tutur. Tujuan dari penutur yakni mengajak seluruh anggota keluarga untuk memaklumi watak MT yang keras kepala. Tindak verbal yang terjadi ialah
ekspresif. Tuturan tersebut mengakibatkan tindak perlokusi MT yaitu tersenyum berusaha mencarikan suasana.
Tuturan C18: Penutur meminta bantuan kepada mitra tutur untuk
menyelesaikan PR. Penutur meminta bantuan dengan cara sedikit menyindir mitra tutur yang notabene mahasiswa fakultas hukum. Mitra tutur kesal
dengan sikap penutur, sehingga hanya memberikan jawaban singkat. Penutur dan mitra tutur laki-laki. Penutur kelas 2 SMP, berusia 14 tahun dan mitra
tutur mahasiswa semester 4, berusia 19 tahun. Penutur adalah adik dari mitra tutur. Tujuan dari tuturan penutur ialah menyindir mitra tutur. Tindak verbal
yang terjadi adalah ekspresif. Tuturan tersebut mengakibatkan tindak perlokusi MT yakni kesal dan memberi jawaban singkat.
5 Maksud Ketidaksantunan
Kedua tuturan di atas disampaikan dengan maksud yang sama yaitu menyindir mitra tuturnya. Sindiran dalam hal ini berupa sindiran terhadap kemampuan
mitra tuturnya.
4.2.3.5 Subkategori Marah