Intonasi Tekanan Nada Unsur Suprasegmental

2.7 Unsur Suprasegmental

Bunyi-bunyi bahasa ketika diucapkan ada yang bisa dipisahkan. Namun, ada pula yang tidak bisa dipisahkan karena kehadiran bunyi ini selalu mengiringi atau menemani bunyi segmental. Sifat yang demikian inilah yang disebut dengan bunyi suprasegmental. Unsur-unsur suprasegmental ini dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu, intonasi, tekanan, dan nada.

2.7.1 Intonasi

Muslich 2008:115-116 mengemukakan bahwa intonasi dalam bahasa Indonesia sangat berperan dalam pembedaan maksud kalimat. Bahkan, dengan dasar kajian pola-pola intonasi ini, kalimat bahasa Indonesia dibedakan menjadi kalimat berita deklaratif, kalimat tanya interogatif, dan kalimat perintah imperatif. Kalimat berita deklaratif ditandai dengan pola intonasi datar-turun. Pola intonasi kalimat berita dilambangkan dilambangkan dengan tanda titik tunggal .. Kalimat tanya interogatif ditandai dengan pola intonasi datar-naik. Dalam penulisan, pola intonasi kalimat tanya dilambangkan dengan tanda tanya ?, sedangkan kalimat perintah imperatif ditandai dengan pola intonasi datar- tinggi, dan dilambangkan dengan tanda seru . Lebih lanjut lagi yaitu kalimat seru. Keraf 1991:208 menambahkan kalimat seru ke dalam jenis kalimat dalam bahasa Indonesia. Kalimat seru adalah kalimat yang menyatakan perasaan hati atau kebenaran terhadap suatu hal. Kalimat seru ditandai dengan intonasi yang lebih tinggi dari kalimat inversi.

2.7.2 Tekanan

Tekanan dalam tuturan bahasa Indonesia berfungsi membedakan maksud dalam tataran kalimat sintaksis, tetapi tidak berfungsi membedakan makna dalam tataran kata leksis. Dalam tataran kalimat tidak semua kata mendapatkan tekanan yang sama. Hanya kata-kata yang dipentingkan atau dianggap penting saja yang mendapatkan tekanan aksen Muslich, 2009:113.

2.7.3 Nada

Nada menyangkut tinggi rendahnya suatu bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, pastilah dibarengi dengan bunyi suprasegmental dengan ciri prosodi nada tinggi. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah frekuensi getarannya nada yang menyertainya juga semakin rendah Marsono, 2008:116. Variasi nada biasanya dibedakan menjadi 4: 1 Nada rendah ditandai dengan angka 1. 2 Nada sedang ditandai dengan angka 2. 3 Nada tinggi ditandai dengan angka 3. 4 Nada sangat tingggi ditandai dengan angka 4. Dalam penuturan bahasa Indonesia, tinggi rendahnya nada suara tidak fungsional atau tidak membedakan makna. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembedaan makna, nada dalam bahasa Indonesia tidak fonemis. Walaupun demikian, ketidakfonemisan ini tidak berarti nada tidak ada dalam bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor ketegangan pita suara, yang disebabkan oleh kenaikan arus udara dari paru-paru, makin tinggi pula nada bunyi tersebut. Begitu juga dengan posisi pita suara yang bergetar lebih cepat akan menentukan tinggi nada suara ketika berfonasi Muslich, 2009:112.

2.8 Teori Maksud