Subkategori Menolak Kategori Ketidaksantunan Melanggar Norma

Tuturan A5: Penutur hendak bepergian bersama teman-temannya pada sore hari, mitra tutur berpesan kepada penutur agar tidak pulang larut malam, sesuai dengan kesepakatan yang sudah ditetapkan dalam keluarga. Namun, penutur justru menjawab sekenanya dan terkesan sembrono, sehingga memunculkan kekesalan mitra tutur. Penutur dan mitra tutur laki-laki. Penutur berusia 19 tahun, mahasiswa semester 4 dan mitra tutur berusia 47 tahun. Penutur adalah anak dari mitra tutur. Tujuan penutur adalah berusaha menentang pesan dari MT. Tindak verbal yang terjadi adalah komisif. Tuturan tersebut mengakibatkan tindak perlokusi MT kesal terhadap penutur karena merasa disepelekan. 5 Maksud Ketidaksantunan Tuturan A1 dan A5 memiliki maksud yang berbeda. Tuturan A1 disampaikan penutur dengan maksud kesal, karena mitra tutur menegurnya ketika terlambat pulang ke rumah. Berbeda dengan tuturan A5, meskipun termasuk dalam subkategori menentang, pada kenyataannya tuturan itu disampaikan dengan maksud mengajak bercanda mitra tuturnya.

4.2.1.2 Subkategori Menolak

Cuplikan tuturan 2 MT : “Mbok yo nek mulih sekolah ki opo jam’e, dolan keno, tapi bali sik, ganti sik, pamitan sik” P : “Emoohh, Pak” A2 Konteks tuturan: penutur pulang dari bermain dan masih menggunakan seragam sekolah. Mitra tutur menegur penutur agar saat pulang sekolah terlebih dahulu berganti pakaian kemudian berpamitan sesuai dengan aturan yang disepakati dalam keluarga. Namun, penutur berusaha menolak teguran mitra tutur dengan jawaban sekenanya Cuplikan tuturan 6 MT : “Le, mbok belajar Sudah waktunya belajar ini.” P : “Ah, wong neng sekolah wis sinau kok” A6 Konteks tuturan: mitra tutur berusaha memperingatkan penutur untuk belajar, karena sudah disepakati adanya jam belajar pada keluarga tersebut. Namun, penutur justru menjawab sekenanya dan terkesan acuh, bahkan kembali sibuk dengan laptopnya 1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik Tuturan A2 : “Emoohh, Pak” Tidak mau, Pak. Tuturan A6 : “Ah, wong neng sekolah wis sinau kok” Ah, di sekolah sudah belajar kok 2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan A2: penutur berbicara kepada orang yang lebih tua dengan cara menyepelekan, penutur melanggar aturan yang telah disepakati, penutur berbicara dengan datar tanpa rasa bersalah. Tuturan A6: penutur berbicara kepada orang yang lebih tua dengan ketus tanpa melihat ke arah mitra tutur, penutur tidak mengindahkan peringatan dari mitra tutur. 3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan A2: intonasi yang digunakan penutur adalah intonasi seru, tekanan lunak pada kata emoohh, nada sedang, dan pilihan kata yang digunakan adalah bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa. Tuturan A6: intonasi yang digunakan penutur adalah intonasi seru, tekanan keras pada kata fatis ah, nada sedang, pilihan kata yang digunakan adalah bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa, dan kata fatis yang terdapat dalam tuturan: ah, wong, dan kok. 4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan A2: Penutur pulang dari bermain dan masih menggunakan seragam sekolah pada sore hari. Mitra tutur menegur penutur agar saat pulang sekolah terlebih dahulu berganti pakaian kemudian berpamitan sesuai dengan aturan yang disepakati dalam keluarga tersebut. Namun, penutur berusaha menolak teguran mitra tutur dengan jawaban sekenanya. Penutur perempuan kelas VIII SMP, berusia 16 tahun dan mitra tutur laki-laki berusia 49 tahun. Penutur adalah anak dari mitra tutur. Tujuan penutur adalah menolak anjuran mitra tutur. Tindak verbal yang terjadi adalah komisif. Tuturan tersebut mengakibatkan tindak perlokusi mitra tutur adalah diam saja. Tuturan A6: Tuturan terjadi di ruang keluarga pada malam hari ketika suasana santai. Mitra tutur berusaha memperingatkan penutur untuk belajar, karena sudah disepakati adanya jam belajar pada keluarga tersebut. Namun, penutur justru menjawab sekenanya dan terkesan acuh, bahkan kembali sibuk dengan laptopnya. Penutur laki-laki kelas VII SMP, berusia 13 tahun dan mitra tutur perempuan berusia 50 tahun. Penutur adalah cucu dari mitra tutur. Tujuan penutur adalah menolak anjuran MT. Tindak verbal yang terjadi adalah komisif. Tuturan tersebut mengakibatkan tindak perlokusi MT adalah kesal kemudian meninggalkan penutur. 5 Maksud Ketidaksantunan Pada subkategori menolak terdapat dua tuturan, yaitu tuturan A2 dan A6. Keduanya mengutarakan maksud yang sama, yaitu maksud menolak. Dalam hal ini, penutur berusaha menolak aturan yang telah disepakati dalam keluarga.

4.2.1.3 Subkategori Kesal