Subkategori Kesal Kategori Ketidaksantunan Melanggar Norma

4.2.1.3 Subkategori Kesal

Cuplikan tuturan 3 MT : “Hayoo, koe mau dolan ora pamit to??” P : “Mau kan aku wis ngomong, kok diarani dolan, kan wis ijin” A3 Konteks tuturan: penutur pulang dari bepergian pada sore hari, mitra tutur menghampiri dan bertanya kepada penutur dengan nada sedikit mencurigai tentang kepergian penutur tanpa seijin mitra tutur. Penutur kesal karena dicurigai, kemudian menjawab pertanyaan mitra tutur dengan ketus 1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik Tuturan A3 : “Mau kan aku wis ngomong, kok diarani dolan, kan wis ijin” Tadi aku sudah bilang, kok dikira bermain, kan sudah izin 2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan A3: penutur berbicara kepada orang yang lebih tua dengan keras, penutur berbicara sembari menatap mitra tutur dengan tatapan mata terbelalak, penutur berusaha melanggar aturan yang telah disepakati. 3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan A3: intonasi yang digunakan penutur adalah intonasi seru, tekanan keras pada frasa wis ijin, nada tinggi, pilihan kata yang digunakan adalah bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa, dan kata fatis yang terdapat dalam tuturan: kok dan kan. 4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan A3: Ketika penutur pulang dari bepergian pada sore hari, mitra tutur bertanya kepada penutur dengan nada sedikit mencurigai perihal kepergian penutur tanpa seijin mitra tutur. Penutur kesal karena dicurigai, kemudian menjawab pertanyaan mitra tutur dengan ketus. Penutur perempuan kelas XII SMK, berusia 18 tahun dan mitra tutur laki-laki berusia 50 tahun. Penutur adalah anak dari mitra tutur. Tujuan penutur adalah berusaha membela diri dari tuduhan mitra tutur. Tindak verbal yang terjadi adalah ekspresif. Tuturan tersebut mengakibatkan tindak perlokusi mitra tutur adalah diam dan tidak mencurigai penutur lagi. 5 Maksud Ketidaksantunan Maksud penutur menyampaikan tuturannya adalah untuk membela diri dari tuduhan mitra tuturnya.

4.2.1.4 Subkategori Marah