Subkategori Menyindir Kategori Ketidaksantunan Mengancam Muka Sepihak

4.2.2 Kategori Ketidaksantunan Mengancam Muka Sepihak

Berikut ini adalah sepuluh tuturan yang termasuk dalam kategori ketidaksantunan mengancam muka sepihak dan dipaparkan berdasarkan subkategori ketidaksantunan.

4.2.2.1 Subkategori Menyindir

Cuplikan tuturan 7 P : “Sudah hampir setahun, sudah mau punya anak belum?” B1 MT : “Belum, Pak.” Konteks tuturan: penutur dan mitra tutur sedang berbincang-bincang di ruang keluarga pada suasana santai. Penutur merasa bahwa sudah waktunya bagi mitra tutur untuk memiliki keturunan. Oleh karena itu, penutur menanyakan hal tersebut kepada mitra tutur tanpa memahami perasaan MT Cuplikan tuturan 10 MT 1 : “Pak, ada yang mencari” berjalan menghampiri penutur dan diikuti oleh MT2 yang berjalan pelan di belakang MT1. P : “Wis meh maghrib kok ono tamu” B4 Konteks tuturan: penutur sedang berada di teras rumah saat matahari mulai tenggelam. Tiba-tiba MT 1 datang memberitahu penutur bahwa MT 2 ingin bertemu dengan penutur. Suasana yang terjadi dalam tuturan adalah serius. Penutur merasa kesal dengan kedatangan MT 2 yang dianggap mengganggu aktivitas penutur, karena hari sudah petang. Penutur melontarkan kata-kata yang menyinggung MT2 1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik Tuturan B1 : “Sudah hampir setahun, sudah mau punya anak belum?” Tuturan B4 : “Wis meh maghrib kok ono tamu” Sudah maghrib kok ada tamu 2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan B1: penutur berbicara dengan lugas tanpa memahami perasaan mitra tutur, penutur menatap mitra tutur sinis, penutur sengaja bertanya kepada orang yang memang belum memiliki keturunan. Tuturan B4: penutur berbicara dengan ketus tanpa melihat ke arah mitra tutur, penutur berbicara sembari berjalan meninggalkan mitra tutur. 3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan B1: intonasi yang digunakan penutur adalah intonasi tanya, tekanan lunak pada frasa hampir setahun, nada rendah, dan pilihan kata yang digunakan adalah bahasa nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu kata mau dan punya. Tuturan B4: intonasi yang digunakan penutur adalah intonasi seru, tekanan keras pada frasa meh maghrib, nada sedang, pilihan kata yang digunakan adalah bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa, dan kata fatis yang terdapat dalam tuturan: kok. 4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan B1: Penutur dan mitra tutur sedang berbincang-bincang di ruang keluarga pada suasana santai. Penutur merasa bahwa sudah waktunya bagi mitra tutur untuk memiliki keturunan. Oleh karena itu, penutur menanyakan hal tersebut kepada mitra tutur tanpa memahami perasaan MT. Penutur laki-laki berusia 65 tahun dan mitra tutur perempuan berusia 33 tahun. Penutur adalah bapak mertua dari mitra tutur. Tujuan penutur adalah mengungkapkan keinginannya untuk segera menimang cucu. Tindak verbal yang terjadi ekspresif. Tindak perlokusi dari tuturan tersebut adalah MT tersinggung dan hanya menjawab pertanyaan penutur dengan singkat. Tuturan B4: Penutur sedang berada di teras rumah saat matahari mulai tenggelam. Tiba-tiba MT1 datang memberitahu penutur bahwa MT2 ingin bertemu dengan penutur. Suasana yang terjadi dalam tuturan adalah serius. Penutur merasa kesal dengan kedatangan MT2 yang dianggap mengganggu aktivitas penutur, karena hari sudah petang. Penutur melontarkan kata-kata yang menyinggung MT2. Penutur dan MT2 laki-laki, sedangkan MT1 perempuan. Penutur berusia 65 tahun, MT 1 ibu berusia 50 tahun, dan MT 2 berusia 40 tahun. Penutur adalah kerabat dekat MT2. Tujuan penutur yaitu mengungkapkan ketidaksenangnya terhadap kedatangan MT2. Tindak verbal yang terjadi ialah ekspresif. Tindak perlokusi dari tuturan tersebut yakni MT2 sedikit tersinggung namun tetap menunggu penutur. 5 Maksud Ketidaksantunan Tuturan B1 disampaikan penutur dengan maksud menyindir mitra tuturnya yang belum juga memiliki keturunan. Lain halnya dengan maksud mengusir yang disampaikan secara tidak langsung oleh penutur, seperti pada tuturan B4.

4.2.2.2 Subkategori Marah