Teori Maksud KAJIAN PUSTAKA

bunyi tersebut. Begitu juga dengan posisi pita suara yang bergetar lebih cepat akan menentukan tinggi nada suara ketika berfonasi Muslich, 2009:112.

2.8 Teori Maksud

Rahardi 2003:16 memaparkan bahwa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial-budaya tertentu. Karena yang dikaji di dalam pragmatik adalah maksud penutur dalam menyampaikan tuturannya, dapat pula dikatakan bahwa pragmatik dalam berbagai hal sejajar dengan semantik, yakni cabang ilmu bahasa yang mengkaji makna bahasa, tetapi makna bahasa itu dikaji secara internal. Jadi, sesungguhnya perbedaan yang sangat mendasar antarkeduanya adalah bahwa pragmatik mengkaji makna satuan lingual tertentu secara eksternal, sedangkan sosok semantik mengkaji makna satuan lingual tersebut secara internal. Makna yang dikaji dalam pragmatik bersifat terikat konteks context dependent, sedangkan makna yang dikaji di dalam semantik berciri bebas konteks context independent. Pragmatik mengkaji bahasa untuk memahami maksud penutur, semantik mempelajarinya untuk memahami makna sebuah satuan linguan an sich, yang notabene tidak perlu disangkutpautkan dengan konteks situasi masyarakat dan kebudayaan tertentu yang menjadi wadahya Rahardi, 2003:16 −17. Wijana Muhammad 2008:10 –11 juga menjelaskan bahwa makna berbeda dengan maksud dan informasi karena maksud dan informasi bersifat di luar bahasa. Maksud ialah elemen luar bahasa yang bersumber dari pembicara, sedangkan informasi adalah elemen luar bahasa yang bersumber dari isi tuturan. Maksud bersifat subjektif, sedangkan informasi bersifat objektif. Lebih jelasnya dapat dilihat pada kalimat 6, 7, 8, dan 9 berikut. 6 Anak itu memang pandai. Nilai bahasanya 9. 7 Anak itu memang pandai. Nilai bahasanya saja 4,5. 8 Ayah membeli buku. 9 Buku ini dibeli ayah. Kata “pandai” dalam kalimat 6 bermakna “pintar” karena secara internal memang kata “pandai” bermakna demikian. Kata “pandai” dalam kalimat 7 yang bermakna internal “pintar” dimaksudkan secara subjektif oleh penuturnya untuk mengungkapkan bahwa dia bodoh. Pengungkapannya yang bersifat subjektif inilah yang disebut “maksud”. “Pandai” yang menyatakan “pintar” pada kalimat 6 disebut makna linguistik linguistic meaning, sedangkan “pandai” yang menyatakan “bodoh” pada kalimat 7 disebut makna penutur speaker meaning. Makna linguistik makna menjadi bahan kajian semantik, sedangkan makna penutur maksud menjadi bahan kajian pragmatik. Kalimat 8 jelas memiliki perbedaan makna gramatikal dengan kalimat 9. Kalimat 8 adalah kalimat aktif, sedangkan kalimat 9 adalah kalimat pasif. Akan tetapi, berdasarkan isi tuturan secara objektif kedua kalimat di atas menyatakan infor masi yang sama, yakni “ayah yang membeli buku” dan “buku yang dibeli ayah”.

2.9 Kerangka Berpikir