antara petani yang satu dengan petani yang lain. Mereka akan saling bertegur sapa, membantu menggarap sawah, melakukan perbincangan, bahkan bergurau.
Kebahasaan dalam komunikasi yang terjadi mungkin ditandai dengan suara yang keras, penggunaan bahasa daerah yang masih khas, dan percakapan yang akrab
atau terdengar ramah. Oleh karena keakraban yang terjalin setiap kali beraktivitas, memungkinkan timbulnya bentuk-bentuk ketidaksantunan dalam berbahasa.
Penggunaan bahasa demikian dengan sendirinya akan terbawa dalam komunikasi di dalam keluarga masing-masing.
Kabupaten Bantul adalah salah satu kabupaten dari lima kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY. Kabupaten Bantul merupakan
kawasan yang identik dengan persawahan. Letak geografis yang demikian tentu menandakan bahwa sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai
petani, baik sebagai pemilik sawah itu sendiri maupun petani sebagai penggarap sawah milik orang lain. Oleh karena itu, Kabupaten Bantul menjadi daya tarik
tersendiri bagi peneliti untuk mengkaji lebih dalam bagaimana ketidaksantunan linguistik dan pragmatik dalam ranah keluarga petani. Bertolak dari latar belakang
masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji ketidaksantunan linguistik dan pragmatik dalam ranah keluarga petani di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1 Wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik apa sajakah yang
terdapat dalam ranah keluarga petani di Kabupaten Bantul, Yogyakarta?
2 Penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik apa sajakah yang
digunakan dalam ranah keluarga petani di Kabupaten Bantul,
Yogyakarta?
3 Maksud apa sajakah yang mendasari orang menggunakan bentuk-bentuk
kebahasaan yang tidak santun dalam ranah keluarga petani di Kabupaten
Bantul, Yogyakarta?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1 Mendeskripsikan wujud-wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik
dalam ranah keluarga petani di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. 2
Mendeskripsikan penanda-penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik dalam ranah keluarga petani di Kabupaten Bantul,
Yogyakarta. 3
Mendeskripsikan maksud yang mendasari orang menggunakan bentuk- bentuk kebahasaan yang tidak santun dalam ranah keluarga petani di
Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil dan manfaat bagi berbagai pihak. Manfaat-manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.
1 Manfaat teoretis
a Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan
ilmu bahasa, khususnya pragmatik di Prodi PBSI. b
Berbagai kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat memperluas kajian dan memperkaya khasanah teoretis tentang
ketidaksantunan dalam bahasa sebagai fenomena pragmatik baru. 2
Manfaat praktis a
Penelitian ini dapat digunakan oleh para penutur dalam ranah keluarga untuk mempertimbangkan bentuk-bentuk ketidaksantunan
berbahasa yang harus dihindari dalam berkomunikasi. b
Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat pendidikan karakter dalam lingkup keluarga yang merupakan salah satu faktor penting
yang berpengaruh bagi pembentukan karakter bangsa.
1.5 Batasan Istilah