Praanggapan Tindak Tutur Fenomena Pragmatik

tindak tutur, implikatur, deiksis, kesantunan, dan ketidaksantunan. Fenomena- fenomena pragmatik tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

2.3.1 Praanggapan

Penyampaian pesan dari seseorang kepada orang yang lain tentu dilakukan melalui komunikasi. Ketika terjadi sebuah komunikasi, seringkali seorang penutur menganggap informasi tertentu sudah diketahui oleh mitra tuturnya. Oleh karena informasi tertentu itu dianggap sudah diketahui, informasi yang demikian biasanya tidak akan dinyatakan dan akibatnya akan menjadi bagian dari apa yang disampaikan tetapi tidak dikatakan. Presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan Yule, 2006:43-52. Yule membagi presupposisi menjadi 6 jenis yaitu, presupposisi eksistensial, presupposisi faktif, presupposisi non-faktif, presupposisi leksikal, presupposisi struktural, dan presupposisi konterfaktual.

2.3.2 Tindak Tutur

Melalui sebuah tuturan, seseorang tidak hanya menghasilkan tuturan yang mengandung kata-kata saja, tetapi juga dapat memperlihatkan tindakan- tindakan melalui tuturan tersebut. Tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan disebut tindak tutur Yule, 2006:82. Pada suatu saat, tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan mengandung tiga tindak yang saling berhubungan. Pertama adalah tindak lokusi yang berupa rentetan atau deretan bunyi yang membentuk struktur tuturankalimat. Tuturan-tuturan yang kita hasilkan tentu terbentuk untuk mencapai sebuah tujuan. Seseorang membentuk tuturan dengan beberapa fungsi di dalam pikiran. Inilah yang dimaksud dengan tindak ilokusi. Tindak ilokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Tuturan-tuturan tersebut dapat berupa pernyataan, tawaran, penjelasan atau maksud-maksud komunikatif lainnya. Seorang penutur tidak secara sederhana menciptakan tuturan yang memiliki fungsi tanpa memaksudkan tuturan itu memiliki sebuah akibat. Inilah yang dipahami dengan tindak perlokusi. Dengan bergantung pada keadaan, penutur akan mengujarkan dengan asumsi bahwa mitra tutur akan memahami akibat yang penutur timbulkan. Yule 2006:92-94 mengklasifikasikan lima jenis fungsi umum yang ditunjukkan oleh tindak tutur dan akan dipaparkan sebagai berikut. Deklarasi merupakan jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Contoh: Saya nyatakan terdakwa bersalah. Pada contoh tersebut, penutur harus memiliki peran institusional khusus, dalam konteks khusus, untuk menampilkan suatu deklarasi secara tepat. Saat menggunakan deklarasi, penutur mengubah dunia dengan kata- kata. Representatif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Contoh: Bumi itu bulat. Representatif memuat pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Saat menggunakan sebuah representatif, penutur mencocokan kata-kata dengan dunia kepercayaannya. Jenis tindak tutur selanjutnya yaitu ekspresif, berupa pernyataan yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Contoh: Sungguh, saya tidak suka dia datang. Penutur menyesuaikan kata-kata dengan dunia perasaannya. Direktif merupakan jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Contoh: Jangan memegang itu Jenis tindak tutur yang terakhir adalah komisif, yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa; janji, ancaman, penolakan, ikrar, dan dapat ditampilkan sendiri oleh penutur atau penutur sebagai anggota kelompok. Contoh: Saya tidak akan melakukan itu.

2.3.3 Implikatur