Subkategori Kecewa Subkategori Menanyakan

4.2.2.4 Subkategori Kecewa

Cuplikan tuturan 12 P : “Sesok meneh ojo nyayur ngene iki, Mak” B6 MT : “Koe ki mbok ngerti simbok ki ijen, maem sak anane wae” Konteks tuturan: penutur hendak mengambil makan sembari mencicipi masakan mitra tutur di ruang makan. Penutur kurang menyukai masakan mitra tutur, kemudian mengomentarinya dengan ketus 1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik Tuturan B6 : “Sesok meneh ojo nyayur ngene iki, Mak” Besok lagi jangan masak sayur seperti ini, Mak 2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan B6: penutur berbicara kepada orang yang lebih tua dengan ketus, penutur berbicara sembari berdiri tanpa rasa bersalah, penutur mengurungkan niatnya untuk mengambil makanan. 3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan B6: intonasi yang digunakan penutur adalah intonasi perintah, tekanan keras pada frasa ojo nyayur, nada tinggi, dan pilihan kata yang digunakan adalah bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa. 4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan B6: Penutur hendak mengambil makan sembari mencicipi masakan mitra tutur di ruang makan. Penutur kurang menyukai masakan mitra tutur, kemudian mengomentarinya dengan ketus. Penutur tidak menyadari bahwa kata-katanya telah menyinggung mitra tutur. Penutur laki-laki berusia 21 tahun dan mitra tutur perempuan berusia 50 tahun. Penutur adalah anak dari mitra tutur. Tujuan dari penutur mengungkapkan kekecewaannya terhadap masakan mitra tutur. Tindak verbal yang terjadi ekspresif. Tindak perlokusi dari tuturan tersebut adalah mitra tutur kesal lalu melontarkan kata-kata kepada penutur dan meninggalkannya. 5 Maksud Ketidaksantunan Tuturan B6 disampaikan dengan maksud memberi saran terhadap masakan mitra tutur, namun pemberian saran itu ternyata mengakibatkan mitra tuturnya kurang berkenan.

4.2.2.5 Subkategori Menanyakan

Cuplikan tuturan 14 P : “Ngopo mbah kok ra maem??” B8 MT : “Lha yo wong seko sawah kesel-kesel kok ra ono wedang panas.” Konteks tuturan: mitra tutur kesal ketika pulang dari sawah pada sore hari belum ada air panas untuk mandi. Kekesalan mitra tutur diperlihatkan dengan cara berdiam diri. Melihat tingkah laku mitra tutur yang tidak seperti biasanya, penutur kemudian bertanya kepada mitra tutur tanpa rasa bersalah sedikit pun 1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik Tuturan B8 : “Ngopo mbah kok ra maem??” Kenapa mbah kok tidak makan? 2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan B8: penutur bertanya kepada mitra tutur dengan datar tanpa merasa bersalah, penutur tidak menyadari bahwa pertanyaannya membuat mitra tutur tidak berkenan, penutur bertanya di waktu yang kurang tepat. 3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan B8: intonasi yang digunakan penutur adalah intonasi tanya, tekanan lemah pada frasa ra maem, nada rendah, pilihan kata yang digunakan adalah bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa, dan kata fatis yang ditemukan: kok. 4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan B8: Mitra tutur kesal ketika pulang dari sawah pada sore hari belum ada air panas untuk mandi. Kekesalan mitra tutur diperlihatkan dengan cara berdiam diri. Melihat tingkah laku mitra tutur yang tidak seperti biasanya, penutur kemudian bertanya kepada mitra tutur tanpa rasa bersalah sedikit pun. Penutur perempuan berusia 59 tahun dan mitra tutur laki-laki berusia 61 tahun. Penutur adalah istri dari mitra tutur. Tujuan dari penutur yaitu menanggapi tingkah laku MT yang berbeda. Tindak verbal yang terjadi adalah ekspresif. Tindak perlokusi dari tuturan tersebut adalah mitra tutur menjawab sekenanya dan pergi meninggalkan penutur. 5 Maksud Ketidaksantunan Penutur bermaksud menanyakan suatu hal kepada mitra tutur, karena melihat tingkah laku mitra tutur yang tidak seperti biasanya.

4.2.2.6 Subkategori Mengancam