Subkategori Menanyakan Kategori Ketidaksantunan Mengancam Muka Sepihak

penutur, tuturan B6 termasuk dalam subkategori kecewa. Tindak verbal dalam tuturan adalah tindak verbal ekspresif, sedangkan tindak perlokusi yang terjadi yaitu mitra tutur tersinggung kemudian menjawab perkataan penutur sembari meninggalkan penutur di ruang makan. Setiap tuturan tidak santun, mengandung maksud tertentu yang ingin disampaikan kepada mitra tuturnya. Maksud adalah milik penutur, sehingga terlebih dahulu dilakukan konfirmasi kembali kepada penutur. Tuturan B6 menyiratkan maksud penutur untuk memberi saran kepada mitra tuturnya. Namun, pemberian saran tersebut disampaikan dengan tuturan dan cara yang kurang santun, sehingga mengakibatkan mitra tutur tidak berkenan.

4.3.2.5 Subkategori Menanyakan

Menanyakan dapat dipahami sebagai sebuah ungkapan dari penutur dengan tujuan untuk meminta keterangan tentang sesuatu kepada lawan tuturnya. Wujud ketidaksantunan linguistik terdapat pada tuturan B8 berikut. Ngopo mbah kok ra maem?? B8 Konteks tuturan: mitra tutur kesal ketika pulang dari sawah pada sore hari belum ada air panas untuk mandi. Kekesalan mitra tutur diperlihatkan dengan cara berdiam diri. Melihat tingkah laku mitra tutur yang tidak seperti biasanya, penutur kemudian bertanya kepada mitra tutur tanpa rasa bersalah sedikit pun Wujud ketidaksantunan pragmatik berkaitan dengan cara penutur ketika menyampaikan tuturan tidak santunnya. Pada tuturan B8, penutur berbicara dengan datar tanpa rasa bersalah, padahal saat itu mitra tutur baru saja pulang dari sawah dengan keadaan lelah sehingga enggan berkomunikasi. Mitra tutur semakin tidak berkenan ketika penutur berbicara tanpa melihat ke arahnya. Hal tersebut menunjukkan rendahnya kadar kesantunan tuturan penutur. Intonasi, tekanan, dan nada adalah unsur suprasegmental yang menjadi penanda ketidaksantunan linguistik dalam tuturan. Pada tuturan B8, penutur berbicara dengan intonasi tanya yang bernada rendah dan memberikan tekanan lunak pada frasa ra maem. Bagian yang ditekankan inilah yang dipentingkan oleh penutur. Meskipun berbicara dengan nada rendah dan memberikan tekanan dengan lunak, tuturan penutur justru dianggap sangat mengganggu mitra tuturnya. Mitra tutur semakin tidak berkenan ketika penutur memberi penekanan pada kata ra maem. Tekanan tersebut menimbulkan kesan bahwa penutur tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi, sedangkan pilihan kata diksi dan kata fatis adalah unsur segmental yang terdapat dalam tuturan. Penggunaan bahasa nonstandar yang ditandai dengan pemakaian bahasa Jawa kembali terlihat pada tuturan ini. Hal ini dipengaruhi oleh identitas penutur yang semuanya merupakan masyarakat Jawa. Dalam tuturan B8 terdapat penggunaan kata fatis kok. Kata fatis kok menekankan alasan yang ingin diketahui oleh penutur terkait tingkah laku mitra tutur yang tidak seperti biasanya. Selanjutnya, pembahasan dalam penanda ketidaksantunan pragmatik yang dilihat berdasarkan konteks yang melingkupi tuturan tersebut. Tuturan B8 terjadi antara penutur perempuan berusia 59 tahun dan mitra tutur laki-laki berusia 61 tahun. Penutur adalah istri dari mitra tutur. Konteks dalam tuturan tersebut yaitu ketika mitra tutur pulang dari sawah, belum ada air panas untuk mandi. Kekesalan mitra tutur diperlihatkan dengan cara berdiam diri. Melihat tingkah laku mitra tutur yang tidak seperti biasanya, penutur bertanya kepada mitra tutur tanpa rasa bersalah sedikit pun. Tujuan dari penutur yaitu menanggapi tingkah laku MT yang berbeda. Tindak verbal yang terjadi adalah ekspresif. Tindak perlokusi dari tuturan tersebut adalah mitra tutur menjawab sekenanya dan pergi meninggalkan penutur. Berdasarkan konteks tersebut, terlihat bahwa penutur belum mampu memperhatikan perasaan mitra tutur, sehingga ketika bertutur justru mengakibatkan mitra tuturnya tidak berkenan. Berbicara mengenai maksud ketidaksantunan, tuturan B8 menyiratkan maksud bahwa penutur ingin menanyakan sesuatu dan meminta keterangan kepada lawan tuturnya. Namun, pertanyaan penutur disampaikan di waktu yang kurang tepat, sehingga mengakibatkan mitra tuturnya tidak berkenan.

4.3.2.6 Subkategori Mengancam