Implikatur Deiksis Fenomena Pragmatik

Jenis tindak tutur selanjutnya yaitu ekspresif, berupa pernyataan yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Contoh: Sungguh, saya tidak suka dia datang. Penutur menyesuaikan kata-kata dengan dunia perasaannya. Direktif merupakan jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Contoh: Jangan memegang itu Jenis tindak tutur yang terakhir adalah komisif, yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa; janji, ancaman, penolakan, ikrar, dan dapat ditampilkan sendiri oleh penutur atau penutur sebagai anggota kelompok. Contoh: Saya tidak akan melakukan itu.

2.3.3 Implikatur

Yule 2006:61-62 memberikan penjelasan bahwa ketika seseorang mendengarkan sebuah ujaran, dia harus berasumsi bahwa penutur sedang melaksanakan kerja sama dan bermaksud menyampaikan informasi. Informasi tersebut tentunya memiliki makna lebih banyak dari kata-kata yang dituturkan. Makna ini merupakan makna tambahan yang dikenal dengan istilah implikatur. Implikatur adalah contoh utama dari banyaknya informasi yang disampaikan daripada yang dikatakan. Supaya implikatur-implikatur tersebut dapat ditafsirkan, maka beberapa prinsip kerja sama dasar harus lebih dini diasumsikan dalam pelaksanaannya. Konsep tentang adanya sejumlah informasi yang diharapkan terdapat dalam suatu percakapan hanya merupakan satu aspek gagasan yang lebih umum bahwa orang-orang yang terlibat dalam suatu percakapan akan bekerja sama satu sama lain. Asumsi kerja sama dapat dinyatakan sebagai suatu prinsip kerja sama percakapan dan dapat dirinci ke dalam empat sub-prinsip, yang disebut dengan maksim. Yule 2006:69-80 membedakan implikatur menjadi lima macam, yaitu implikatur percakapan, implikatur percakapan umum, implikatur berskala, implikatur percakapan khusus, dan implikatur konvensional.

2.3.4 Deiksis

Yule 1996 dalam bukunya Pragmatics yang diterjemahkan oleh Wahyuni 2006:13 dengan judul Pragmatik berusaha memberi gambaran, ketika seseorang menunjuk objek asing dan bertanya, “Apa itu?”, maka orang tersebut menggunakan ungkapan deiksis “itu” untuk menunjuk sesuatu dalam suatu konteks secara tiba-tiba. Deiksis dapat dipahami sebagai istilah teknis untuk salah satu hal mendasar yang dilakukan dengan tuturan. Deiksis berarti ‘penunjukan’ melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan ‘penunjukan’ disebut ungkapan deiksis. Deiksis terbagi menjadi tiga jenis, yaitu deiksis persona, yang artinya ungkapan-ungkapan untuk menunjuk orang. Contoh: saya, kamu, dia. Deiksis spasial, yang artinya ungkapan-ungkapan untuk menunjuk tempat. Contoh: di sini, di sana, di situ. Terakhir adalah deiksis temporal, yang artinya ungkapan- ungkapan untuk menunjuk waktu. Contoh: sekarang, kemudian, kemarin, besok, nanti malam. Keberhasilan sebuah interaksi antara penutur dan lawan tutur sedikit banyak tergantung pada pemahaman deiksis yang digunakan oleh penutur, karena ketika berkomunikasi seringkali lawan tutur menggunakan kata-kata yang menunjuk baik pada orang, waktu, maupun tempat. Berdasarkan paparan di atas, dapat dipahami bahwa penafsiran deiksis tergantung pada konteks, maksud penutur, dan ungkapan-ungkapan itu mengungkapkan jarak hubungan. Diberikannya ukuran kecil dan rentangan yang sangat luas dari kemungkinan pemakainya, ungkapan-ungkapan deiksis selalu menyampaikan lebih banyak hal daripada yang diucapkan Yule, 2006:26.

2.3.5 Kesantunan Berbahasa