Dampak Negatif Tenaga Endogen dan Eksogen

Lingkungan Kehidupan Manusia 25 a. Perpindahan Hewan dan Manusia Perubahan permukaan air laut pada masa glasial berdampak besar terhadap geografi fisik kepulauan Indonesia. Daerah luas Laut Cina Selatan dan Laut Jawa yang dangkal Dataran Sunda secara periodik menjadi daratan kering. Iklim curah hujan dan pola musim mengalami perubahan hebat selama zaman Kuaternair, begitu pula lingkungan alam paleogeografi dan vegetasi. Ketika laut surut, terciptalah jembatan darat antara daratan utama Asia Tenggara dan bagian barat Indonesia. Jembatan- jembatan ini memungkinkan satwa mencapai bagian selatan Nusantara sampai Pulau Jawa. Melalui tahap-tahap zaman Kuaternair, jenis satwa mamalia di Pulau Jawa diperkaya dengan jenis-jenis baru. Fosil satwa paling tua, berumur sekitar 1,8 juta tahun, berupa proboskidian sejenis dengan gajah modern, kuda nil, dan servida tergolong rusa. Kemudian datang jenis mamalia herbivora lain serta beberapa jenis karnivora. Homo Erectus mungkin mencapai Pulau Jawa lebih dari satu juta tahun yang lalu. Evolusi lingkungan purba tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan iklim. Gejala geologis seperti letusan gunung api juga membawa perubahan besar pada bentang darat. Letusan itu dari waktu ke waktu merusak vegetasi yang ada sehingga mengakibatkan terjadinya kolonisasi lereng gunung oleh tanaman perintis. Pada saat yang sama, gempa tektonis yang menyebabkan Pulau Jawa berbentuk seperti sekarang ini juga menimbulkan perubahan besar pada wajah bumi. Akibat surutnya air laut, hutan-hutan bakau dan rawa-rawa luas terbentuk di dataran rendah Jawa, tetapi kemudian hilang diterpa letusan gunung api dan pengikisan. b. Manusia Pertama Pichecanthropus adalah manusia pertama yang menyeberang ke daerah khatulistiwa menjadi penghuni Pulau Jawa. Evolusi manusia di Jawa berlangsung lebih kurang satu juta tahun. Manusia pertama harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang sering berubah-ubah, yang kemungkinan besar sangat memengaruhi kehidupan dan kebudayaan mereka.

2. Masa Prasejarah

Masa sebelum memasuki masa sejarah disebut masa prasejarah atau masa pra-aksara. Zaman pra-aksara disebut juga zaman Nirleka . Masa pra-aksara tidak dapat dilacak berdasarkan sumber tulisan, karena pada masa tersebut belum ada tulisan atau belum dikenal aksara. Namun, perkembangan kebudayaan manusia masa tersebut dapat dilacak berdasarkan sumber-sumber yang berupa fosil yakni sisa-sisa makhluk hidup yang hidup pada zaman tersebut dan telah membatu, serta artefak yakni alat-alat yang digunakan pada masa tersebut. Gambar 1.21 Kendi peninggalan Majapahit ini merupakan salah satu bentuk artefak. Sumber: Ensiklopedia Umum untuk Pelajar. Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII 26 Pembabakan kehidupan manusia pada masa pra-aksara dapat dibagi menjadi beberapa zaman berdasarkan teknologi yang digunakan. Pembabakan kehidupan manusia di zaman pra- aksara adalah sebagai berikut. a. Zaman Batu Tua Zaman batu tua disebut juga paleolitikum atau masa berburu dan meramu. Pada zaman ini, kehidupan manusia masih sangat tergantung pada alam dan berpindah-pindah nomaden. Makanan didapat dari sumber makanan yang ada di sekitar tempat tinggal. Tempat tinggal manusia pada masa ini biasanya dekat dengan sumber air yang berpohon banyak dan berelief datar. Alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana bentuknya dan terbuat dari batu atau tulang. b. Zaman Batu Tengah Zaman batu tengah disebut juga mesolitikum atau masa berburu dan meramu tingkat lanjutan. Pada zaman ini, manusia hidup di gua-gua dan masih berpindah-pindah. Makanan didapat dengan cara berburu hewan-hewan liar dan buah-buahan dari pepohonan yang ada di hutan. Manusia masih menggunakan alat-alat terbatas yang terbuat dari batu dan tulang dengan bentuk yang lebih baik. Sumber daya alam masih mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia. c. Zaman Batu Baru Zaman batu baru disebut juga neolitikum atau masa bercocok tanam. Pada zaman ini, manusia mulai mengenal bercocok tanam secara berladang dan tinggal menetap di dekat ladang-ladang yang mereka buat setelah membabat hutan dengan sistem ladang berpindah. Setelah berkali-kali panen dan kesuburan ladang berkurang, mereka akan berpindah dan membuka ladang baru di tanah yang masih subur. Pada masa ini, manusia mulai memelihara hewan ternak dan hidup dalam kelompok-kelompok besar serta mulai mengenal kepemimpinan secara terbatas. Peralatan Gambar 1.22 Dinding bertuliskan pictogram Mesir. Sumber: Microsoft Student 2006