Masa Pemerintahan Daendels Kebijakan Pemerintah Kolonial dan

Perkembangan Masyarakat Masa Kolonial 253 mereka harus membayar ganti rugi dan uang sewa yang harus dibayarkan pada para pengusaha Eropa dan Cina. Inilah salah satu faktor penyebab munculnya pemberontakan dari para bangsawan di Jawa Tengah. b. Masa Tanam Paksa Cultuurstelsel 1830–1870 Pada tahun 1830-an Belanda dihadapkan pada permasalahan keuangan yang parah, bahkan terancam bangkrut akibat besarnya biaya peperangan yang harus mereka keluarkan selama peperangan di Jawa, Bonjol, dan Belgia. Oleh karena itu, Van den Bosch memperkenalkan sebuah sistem yang dapat memberikan keuntungan besar dengan menggunakan cara-cara tradisional, yaitu cultuurstelsel. Bosch menilai bahwa Jawa sangat cocok dan dapat memberikan keuntungan besar bagi Belanda karena kesuburan tanah dan padatnya penduduk yang dapat digunakan sebagai pekerja dan pengolah lahan. Pada masa pelaksanaan sistem tanam paksa, masyarakat wajib menanam tanaman seperti tebu, nila, teh, kopi, dan tembakau, di mana dalam pelaksanaannya diawasi dan dijalankan langsung oleh pemerintah. Adapun ketentuan sistem tanam paksa berdasarkan Lembaran Negara Tahun 1834 No. 22 adalah sebagai berikut. 1 Penyediaan lahan untuk tanaman wajib harus atas persetujuan penduduk. 2 Bagian tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk tanaman wajib tidak boleh melebihi seperlima bagian. 3 Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman wajib tidak boleh melebihi waktu menanam padi. 4 Bagian tanah yang digunakan menanam tanaman wajib tidak boleh melebihi luas lahan menanam padi. 5 Tanaman wajib yang dihasilkan harus diberikan kepada pemerintah. Jika hasil yang diperoleh lebih dari yang ditaksir, maka lebihnya diserahkan kepada penduduk. 6 Kegagalan panen ditanggung pemerintah asal kegagalan tersebut bukan karena kurang rajinnya penduduk. 7 Penduduk desa mengerjakan tanah-tanah mereka di bawah pengawasan kepala desa, sedangkan pegawai Eropa melakukan pengawasan terbatas agar penanaman dan panen berjalan baik dan tepat pada waktunya. Dampak dari pelaksanaan sistem tanam paksa adalah sebagai berikut. 1 Belanda mendapatkan keuntungan yang sangat besar namun kesejahteraan masyarakat menurun, sehingga memunculkan kemiskinan yang parah. 2 Terjadinya penyelewengan aturan-aturan tanam paksa yang pada akhirnya sangat menyengsarakan penduduk. 3 Pemberlakuan cultuurprocenten menambah beban bagi penduduk. 4 Berkembangnya reaksi keras di Belanda terhadap pe- laksanaan sistem tersebut hingga keluarnya UU Agraria Tahun 1870. Tugas Mandiri Kebijakan cultuurstelsel mem- punyai dampak positif dan negatif bagi rakyat Indonesia. Sebutkan dampak negatifnya Mengapa pemerintah kolonial menerapkan kebijakan tersebut? Gambar 9.7 G u b e r n u r J e n d e r a l Johannes Van den Bosch yang memper- kenalkan sistem tanam paksa. Sumber: Ensiklopedi Umum untuk Pelajar Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII 254 5 Masyarakat Indonesia mengenal jenis-jenis tanaman, teknik penanaman, dan pertanian yang baru. 6 Perluasan jaringan jalan raya untuk kepentingan tanam paksa. c. Masa Liberal Pelaksanaan sistem tanam paksa yang menyengsarakan masyarakat akhirnya mendapat kritikan dari berbagai pihak. Tokoh-tokoh penentang cultuurstelsel di antaranya adalah sebagai berikut. 1 E.F.E. Douwes Dekker lewat bukunya yang berjudul Max Havelaar Akibat kritikan Douwes Dekker atau yang dikenal dengan nama Multatuli, Belanda mengganti politik tanam paksa dengan politik pintu terbuka. Dalam bukunya, Multatuli mengemukakan keadaan pemerin- tahan kolonial yang zalim dan korup di Jawa. Buku itu menjadi senjata bagi kaum liberal untuk melancarkan protes atas pelaksanaan tanam paksa. 2 Baron van Hoevell Baron van Hoevell adalah mantan pendeta yang menyaksikan sendiri penderitaan rakyat akibat tanam paksa. Baron van Hoevell membela rakyat Indonesia melalui pidato-pidatonya di DPR Nederland. 3 Fransen van der Putte yang menulis Suiker Contracten. Hasil dari perdebatan di parlemen Belanda adalah dihapuskannya cultuurstelsel secara bertahap mulai tanaman yang paling tidak laku sampai dengan tanaman yang laku keras di pasaran Eropa. Secara berangsur-angsur penghapusan cultuurstelsel adalah sebagai berikut. a. Pada tahun 1860, penghapusan tanam paksa lada. b. Pada tahun 1865, penghapusan tanam paksa untuk teh dan nila. c. Pada tahun 1870, hampir semua jenis tanam paksa telah dihapuskan. Setelah dihapuskannya tanam paksa, kaum pengusaha swasta leluasa mengatur tanah jajahan demi keuntungan pribadi. UU Agraria Tahun 1870 membuka jalan bagi pihak swasta untuk menanamkan modalnya di Indonesia sehingga banyak investor swasta asing, seperti Inggris, Belgia, Prancis, Amerika Serikat, Cina, dan Jepang yang menanamkan modalnya di Indonesia. Dengan demikian, perkebunan di Indonesia meningkat dengan pesat. Akan tetapi, sistem ini pun tidak lebih baik dibanding sistem sebelumnya. Sistem ekonomi terbuka telah mematikan para pengusaha pribumi yang memiliki modal kecil. Sistem yang buruk tersebut dibiarkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Bahkan, pemerintah kolonial mengeluarkan aturan yang merugikan kaum buruh pribumi. Misalnya, pada tahun 1881 pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan Undang-Undang Koelie Ordonantie yang mengatur para kuli. Sistem tanam paksa Cultuurstelsel juga dikritik karena mematikan usaha perkebunan swasta di Hindia Belanda. Kritikan ini ditulis oleh pengusaha perkebunan, Fransen van de Putte, dalam artikel Suiker Contracten Perjanjian Gula. Wawasan Sosial Gambar 9.8 Multatuli 1820–1887, nama aslinya Douwes Dekker penulis buku Max Havelaar. Sumber: Ensiklopedi Umum untuk Pelajar