Kerajaan Ternate dan Tidore

Peradaban Masa Islam 229 Saat Trenggana sedang memikirkan cara menghadang Portugis, datang seorang pemuda gagah asal Persia yang menyatakan niat dan kesanggupannya untuk membantu Demak mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Pemuda tersebut bernama Fadhillah Khan. Trenggana meminta bantuan pada Sunan Gunung Jati di Cirebon untuk membantu Fadhillah Khan guna menyerang Portugis. Pada tahun 1527, Fadhillah Khan pergi dengan memimpin pasukan gabungan yang terdiri atas tentara Kerajaan Demak dan para santri murid Sunan Gunung Jati. Penyerangan tersebut berhasil. Bahkan, Fadhillah Khan mampu merebut seluruh daerah pesisir utara Jawa Barat dari kerajaan Pajajaran. Sebagai hadiah, Trenggana memberikan wilayah pesisir utara Jawa Barat tersebut pada Fadillah Khan. Karena keberhasilannya, Fadhillah Khan dijuluki Fatahillah, artinya penakluk yang dikirim Allah. Fatahillah mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Trenggana wafat pada tahun 1546. Sepeninggalnya, kembali terjadi perebutan tahta antara anak-anak Trenggana dengan anak-anak Sekar Seda Lepen yang sebelumnya dibunuh Prawoto. Perseteruan itu berujung pada tewasnya Prawoto di tangan putra Sekar Seda Lepen, Pangeran Arya Penangsang. Maka Arya Penangsang pun naik tahta sebagai raja Demak. Hampir semua bupati memberontak untuk menurunkan Arya Penangsang dari tahta. Pemberontakan tersebut dipimpin oleh bupati Pajang yang bernama Jaka Tingkir. Bersama dengan penasihatnya yang bernama Ki Ageng Pamanahan, Jaka Tingkir berhasil mengalahkan pasukan Arya Penangsang dalam peperangan. Perang berakhir dengan tewasnya Arya Penangsang di tangan Sutawijaya, putra Ki Ageng Pamanahan yang juga senopati di Pajang. Setelah tewasnya Arya Penangsang, Jaka Tingkir lalu mengambil alih kepemimpinan di Jawa dan memindahkan ibu kota ke Pajang. Dengan demikian, berakhirlah riwayat Kerajaan Demak. Posisi dan peran-peran kuncinya digantikan oleh Kerajaan Pajang yang baru didirikan oleh Jaka Tingkir. Sebagai penghargaan atas bantuan Ki Ageng Pamanahan dan Sutawijaya, Jaka Tingkir mengangkat Sutawijaya sebagai bupati Mataram. Gambar 8.17 Peta wilayah Kerajaan Demak di masa Trenggana. Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII 230

6. Kerajaan Pajang

Seperti telah diceritakan sebelumnya, Kerajaan Pajang didirikan oleh Jaka Tingkir dengan mengalahkan Arya Penangsang. Sebagai raja, Jaka Tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya. Masa pemerintahan Hadiwijaya dihabiskan untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan yang kerap dilakukan oleh beberapa bupati yang sebelumnya merupakan pendukung Arya Penangsang. Sepeninggal Hadiwijaya, kerajaan ini mengalami huru-hara besar akibat adanya perebutan kekuasaan antara Pangeran Benawa putra Sultan Hadiwijaya dengan Arya Pangiri putra Pangeran Prawoto yang merasa lebih berhak untuk menduduki tahta. Namun huru-hara besar tersebut akhirnya dapat dikendalikan oleh Sutawijaya yang sebelumnya telah menjadi pendukung keluarga Jaka Tingkir. Arya Pangiri pun dapat dikalahkan dan menghantarkan Pangeran Benawa menjadi raja. Namun, karena Pangeran Benawa merasa dirinya tidak pantas menduduki tahta raja, ia menyerahkan tahta pada Sutawijaya. Sutawijaya pun naik tahta dan ibu kota kerajaan dipindahkan ke Mataram. Peristiwa ini menandai berakhirnya pemerintahan Kerajaan Pajang dan dimulainya Kerajaan Mataram yang bercorak Islam.

7. Kerajaan Mataram

Naiknya Sutawijaya yang bukan golongan bangsawan sebagai raja mendapat tentangan dari sebagian besar kalangan bangsawan, terutama para bupati. Selain itu, Sutawijaya berkeinginan untuk mempersatukan seluruh Jawa di bawah kekuasaan Mataram. Akibatnya, pada masa pemerintahannya, Sutawijaya lebih sering berada di medan perang daripada di istana. Berkali-kali ia harus bertempur untuk menundukkan bupati Kediri, Madiun, Kedu, Bagelen, Pasuruan, dan Surabaya yang tidak mau tunduk pada kekuasaannya. Kemudian, kawasan Blambangan dan Panarukan yang saat itu belum Islam berhasil didudukinya dan diislamkan. Sebagai raja, Sutawijaya bergelar Panembahan Senopati. Beliau wafat pada tahun 1601. Gambar 8.18 Peta wilayah Kerajaan Mataram di masa Sultan Agung. Tugas Mandiri Tunjukkan bukti Sultan Agung berhasil membawa Mataram mengalami masa kejayaan Peradaban Masa Islam 231 Setelah wafatnya Panembahan Senopati, tahta jatuh kepada putranya yang bernama Mas Jolang. Berturut-turut, Mas Jolang harus menghadapi pemberontakan yang dilancarkan oleh Demak, Ponorogo, Surabaya, dan Gresik. Tahun 1613, dalam sebuah perjalanan pulang dari Surabaya setelah menumpas pemberontakan, Mas Jolang meninggal dunia di Desa Krapyak. Oleh karena itu, beliau dijuluki Panembahan Seda Krapyak. Kemudian, tahta beralih pada putra Mas Jolang yang bernama Raden Mas Rangsang. Di bawah pemerintahan Raden Mas Rangsang, cita-cita leluhurnya untuk mempersatukan seluruh wilayah Jawa di bawah Mataram dapat terlaksana. Masa kejayaan Mataram pun tercapai di bawah pemerintahannya. Sebagai raja besar yang sangat disegani, Raden Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusuma Senopati ing Alaga Ngabdurrahman Khalifatullah Pranotogomo . Sultan Agung wafat tahun 1645. Setelah itu, Mataram diperintah oleh raja-raja yang lemah. Hingga akhirnya pada tahun 1755, Mataram dipecah menjadi empat kerajaan, yakni Jogjakarta, Surakarta, Paku Alaman, dan Mangkunegaran. Maka, berakhirlah riwayat Kerajaan Mataram.

8. Kerajaan Cirebon dan Banten

Pada awal masa perkembangan Islam di Pulau Jawa, Cirebon dan Banten merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Pajajaran, kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa. Kehadiran Syarif Hidayatullah yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati di Cirebon perlahan mengubah agama dan kebudayaan masyarakat yang tinggal di sana. Hingga akhirnya, pada masa Kerajaan Demak, Sunan Gunung Jati memisahkan Cirebon dari Kerajaan Pajajaran dan menyatakan Cirebon