Kerajaan Mataram Kuno Pengaruh Hindu–Buddha terhadap

Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII 200 Airlangga meninggal pada tahun 1049 M. Untuk menghindari perang saudara, kerajaan dibagi dua untuk dua putra Airlangga, yakni Kerajaan Kahuripan dengan ibu kota Janggala dan Kerajaan Kediri dengan ibu kota Daha. Raja Kahuripan adalah Mapanji Garasakan dan raja Kediri yaitu Sri Samarawijaya. Kemudian, keduanya terlibat perang saudara. Perang saudara tersebut tampaknya berlangsung hingga bertahun-tahun. Terbukti setelah itu, tidak ada lagi prasasti atau sumber berita yang menceritakan kedua kerajaan tersebut. Namun, pada tahun 1116 di Kediri muncul seorang raja bernama Sri Bameswara yang memerintah hingga tahun 1134. Sri Bameswara kemudian digantikan oleh Raja Jayabaya memerintah hingga tahun 1159 M. Setelah itu, berturut-turut Kediri diperintah oleh Sri Sarweswara 1159–1170, Sri Aryaswara 1170–1180, Sri Gandra 1181–1182, dan Sri Kameswara 1182–1185. Tahun 1185, Kertajaya naik tahta menggantikan Sri Kameswara. Pada masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dengan para brahmana. Pertentangan terjadi karena Kertajaya ingin disembah sebagai dewa, sehingga para brahmana marah dan menganggapnya telah melanggar ajaran agama Hindu yang mereka anut. Kemudian para brahmana melarikan diri ke Tumapel. Mereka meminta perlindungan kepada bupati Tumapel yang saat itu dijabat oleh Ken Arok. Ken Arok kemudian melindungi para brahmana dan hal tersebut membuat Raja Kertajaya murka. Maka pada tahun 1222, Raja Kertajaya pun menyerang Tumapel. Dalam sebuah pertempuran di Kota Ganter, Raja Kertajaya terbunuh. Peristiwa itu menandai berakhirnya riwayat Kerajaan Kediri.

5. Kerajaan Singasari

Setelah berakhirnya riwayat Kerajaan Kediri, di Pulau Jawa tidak ada kerajaan yang mengatur dan memimpin rakyat. Melihat hal tersebut, Ken Arok segera memproklamasikan berdirinya Kerajaan Singasari. Wilayah-wilayah yang sebelumnya merupakan bagian dari Kerajaan Kediri segera diambil alih. Ken Arok pun menduduki tahta sebagai raja Singasari yang pertama. Sebelum menjadi raja, Ken Arok menduduki jabatan bupati Tumapel setelah membunuh bupati Tumapel sebelumnya, yakni Tunggul Ametung dengan keris buatan Mpu Gandring. Mpu Gandring sendiri tewas dibunuh Ken Arok dengan keris yang sama. Selain mengambil jabatan Tunggul Ametung, Ken Arok juga menikahi istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Saat dinikahi oleh Ken Arok, Ken Dedes sedang mengandung tiga bulan dari hasil perkawinan sebelumnya dengan Tunggul Ametung. Kemudian, Ken Dedes melahirkan anak tersebut dan diberi nama Anusapati. Kemudian dari pernikahannya dengan Gambar 7.17 Arca Raja Airlangga di Candi Belahan. Arca ini kini disimpan di Museum Trowulan. Sumber: Ensiklopedi Umum untuk Pelajar Peradaban Masa Hindu–Buddha 201 Ken Arok, Ken Dedes melahirkan Mahisa Wong Ateleng. Selanjutnya, Ken Arok menikah lagi dengan Ken Umang dan mempunyai anak yang diberi nama Tohjaya. Sebagai raja, Ken Arok bergelar Sri Ranggah Rajasa Amurwabhumi . Dengan begitu, anak cucunya yang selanjutnya memerintah Singasari disebut Dinasti Rajasa. Ken Arok hanya sempat memerintah selama 5 tahun. Pada tahun 1227, Ken Arok dibunuh oleh Anusapati sebagai pembalasan dendam atas peristiwa pembunuhan Tunggul Ametung oleh Ken Arok. Ken Arok dibunuh dengan keris yang sebelumnya digunakan untuk membunuh Tunggul Ametung. Kemudian Anusapati naik tahta menjadi raja hingga akhirnya, pada tahun 1248 M Anusapati dibunuh oleh Tohjaya pada suatu arena sabung ayam dengan keris yang sebelumnya digunakan untuk membunuh Ken Arok. Selanjutnya, Tohjaya menduduki tahta menggantikan Anusapati. Namun tidak lama kemudian, Tohjaya tewas dibunuh oleh Ranggawuni, anak Anusapati. Ranggawuni pun naik tahta bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana. Untuk lebih memperkuat pemerintahannya, ia mengangkat putra Mahisa Wong Ateleng yang bernama Mahisa Campaka sebagai Ratu Angabhaya. Pada tahun 1254, Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai raja muda Yuvaraja. Karena Kertanegara masih kecil, pemerintahan masih dijalankan oleh Wisnuwardhana sendiri. Wisnuwardhana adalah satu-satunya raja Singasari yang tidak mati terbunuh. Ia meninggal pada tahun 1268 dan Kertanegara pun menggantikannya. Sebagai raja, Kertanegara bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara . Kertanegara bercita-cita untuk mempersatukan semua wilayah Nusantara di bawah kekuasaan Singasari. Untuk tujuan tersebut, pada tahun 1275 Kertanegara mengirim utusan dan pasukan ke Melayu ekspedisi Pamalayu. Pengiriman utusan tersebut bertujuan untuk mempererat hubungan dengan Kerajaan Melayu, sekaligus untuk merebut jalur perdagangan di Selat Malaka guna membendung Kerajaan Sriwijaya. Kertanegara menganggap bahwa penguasaan Selat Malaka sangat diperlukan untuk menahan kemungkinan adanya serangan dari Mongol yang saat itu diperintah oleh Kaisar Kubilai Khan. Kaisar Kubilai Khan saat itu memang sedang giat memperluas kerajaannya. Berkali-kali ia mengirim utusan kepada Kertanegara agar tunduk pada kekuasaan Mongol. Tercatat bahwa tahun 1280, 1281, dan 1286 ia mengirimkan utusan. Pada tahun 1289 M, ia kembali mengirim utusan yang bernama Meng Chi . Kertanegara yang biasanya menolak baik-baik Gambar 7.18 Candi Kidal dipersembah- kan kepada Anusapati. Sumber: www.google.com:image Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII 202 permintaan Kubilai Khan, kali itu merasa marah sekali. Surat Kubilai Khan yang dibawa Meng Chi dirobek-robek, kemudian utusan tersebut dipotong kedua telinga dan hidungnya, serta rambutnya digunduli. Di kepala Meng Chi, ditulisnya surat balasan yang menyatakan bahwa ia tak akan pernah takluk pada raja mana pun. Kubilai Khan sangat marah sekali atas perlakuan Kertanegara pada utusannya. Dia langsung mengirim ribuan pasukan ke Pulau Jawa. Saat pasukannya tiba di tahun 1292, Kertanegara telah wafat karena terjadi pemberontakan Kediri yang dipimpin Jayakatwang. Namun pada saat terjadi pemberontakan, seorang menantu Kertanegara yang bernama Raden Wijaya melarikan diri ke Madura dan meminta perlindungan Bupati Madura Arya Wiraraja. Dengan bantuan Arya Wiraraja, Raden Wijaya berhasil membentuk pasukan. Kemudian, begitu mengetahui bahwa pasukan Mongol telah tiba di Jawa, maka Raden Wijaya pun menggunakan muslihatnya. Kepada pasukan Mongol, dikatakannya bahwa Jayakatwang adalah raja Singasari yang mereka cari. Pasukan Mongol pun menyerang istana Singasari yang telah dikuasai Jayakatwang dan berhasil. 6. Kerajaan Majapahit Sepeninggal Kerajaan Singasari, di Jawa terjadi kekosongan kekuasaan. Raden Wijaya segera menobatkan diri sebagai raja dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Kemudian, dia memindahkan ibu kota ke Mojokerto. Dari sini dimulailah riwayat Kerajaan Majapahit. Masa pemerintahan Kertarajasa berjalan dengan goyah. Pemberontakan terjadi di beberapa tempat di antaranya dilakukan oleh Sora, Nambi, dan Kuti yang merupakan kawan- kawan Kertarajasa saat mengusir Jayakatwang dan tentara Mongol. Mereka tidak puas atas jabatan yang diberikan setelah Kertarajasa menjadi raja. Hingga wafatnya Kertarajasa pada tahun 1309, masih banyak pemberontakan yang belum berhasil dipadamkan. Kertarajasa digantikan oleh putranya yang bernama Jayanegara. Seperti halnya masa pemerintahan Kertarajasa, pada masa pemerintahan Jayanegara pun banyak terjadi pemberontakan di mana-mana. Sebagian besar pemberonta-kan justru dilakukan oleh para pejabat negara yang tidak puas atas jabatan yang diberikan. Salah satu pemberontakan paling dahsyat dilakukan oleh Kuti pada 1319. Kuti berhasil menduduki ibu kota hingga raja mengungsi ke Desa Bedander yang disertai oleh pasukan bhayangkari pasukan pengawal raja. Pasukan bhayangkari tersebut dipimpin oleh seorang komandan bernama Gajah Mada. Dengan kelihaiannya, Gajah Mada dapat membalikkan Gambar 7.19 Candi Singasari disebut juga Candi Tumapel berupa Kuil Syiwa yang besar dan tinggi. Sumber: Ensiklopedi Umum untuk Pelajar Nama Majapahit diduga berasal dari nama pohon maja, karena pada masa itu hutan Tarik banyak ditumbuhi pohon maja. Dugaan ini berdasarkan kitab Pararaton, Kidung Panji Wijaya Krama, dan Kidung Harsa Wijaya yang menceritakan berdirinya Kerajaan Majapahit. Wawasan Sosial