Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
224
Perkembangan Islam yang meluas di seluruh kawasan Indonesia berimbas pada corak pemerintahan. Perlahan, satu
per satu kerajaan Islam berdiri dan menggantikan kerajaan- kerajaan Buddha dan Hindu. Sejalan dengan penyebaran agama
Islam yang mengikuti alur perdagangan di sepanjang pesisir pantai, maka kerajaan-kerajaan Islam pun berawal dari kota-
kota pelabuhan di Indonesia.
1. Kerajaan Samudera Pasai
Keberadaan Kerajaan Samudera Pasai dapat terlacak berdasarkan beberapa sumber sejarah dan bukti-bukti. Seorang pengembara
asal Arab yang bernama Ibnu Batutah menceritakan bahwa kerajaan ini diperintah oleh seorang sultan bernama Malik at-
Thahir. Kemudian, ditemukan batu nisan seorang Sultan bernama Malik
as-Saleh bertahun 1297 M. Sultan Malik as-Saleh merupakan raja pertama di Samudera Pasai. Kemudian, digantikan oleh
putranya, yakni Malik at-Thahir seperti yang diceritakan oleh Ibnu Batutah.
Sultan Malik at-Thahir kemudian digantikan oleh putranya, Sultan Malik az-Zhahir. Pada masa pemerintahan Sultan Malik
az-Zhahir ini terjadi huru-hara besar. Adiknya yang bernama Malik al-Mansur mencoba merebut tahta. Setelah peristiwa itu,
Samudera Pasai mengalami kemunduran besar. Tahun 1521– 1524, kerajaan ini sempat dikuasai oleh Portugis. Akhirnya pada
1524, kerajaan ini direbut dan diduduki oleh Sultan Ali Mughayat Syah dari Aceh. Maka, berakhirlah riwayat Kerajaan Samudera
Pasai.
Gambar 8.12 Batu nisan Sultan Malik
as-Saleh.
Sumber: Ensiklopedi Umum untuk
Pelajar
Gambar 8.13 Peta wilayah Kerajaan Samudera Pasai.
C. Perkembangan Kerajaan-Kerajaan
Islam di Indonesia
Nama Kerajaan Samudera Pasai berasal dari nama dua buah kota
di pesisir timur laut Aceh, yaitu Samudera dan Pasai.
Wawasan Sosial
Peradaban Masa Islam
225
2. Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam didirikan oleh Muzaffar Syah pada awal abad ke-15. Pada awal berdirinya, Kerajaan Aceh
Darussalam hanya merupakan sebuah kerajaan kecil. Namun setelah Muzaffar Syah wafat dan digantikan oleh putranya Ali
Mughayat Syah, kerajaan ini berkembang pesat. Ali Mughayat Syah berhasil mempersatukan seluruh wilayah Aceh, sehingga
kerajaan berkembang lebih cepat. Kerajaan Aceh Darussalam banyak diuntungkan oleh
mundurnya Kerajaan Samudera Pasai akibat perang saudara dan didudukinya Malaka oleh Portugis pada tahun 1511. Para
pedagang Islam dari Arab dan Gujarat lebih suka berlabuh di Aceh daripada di Malaka. Akibatnya, Kerajaan Aceh Darussalam
berkembang menjadi sebuah kerajaan maritim yang besar dan mulai menggantikan peran Kerajaan Samudera Pasai sebagai
penguasa perdagangan di kawasan Selat Malaka. Aceh semakin berkembang dan mengalami masa kejayaan pada
masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang naik tahta pada abad ke-17. Pada masa pemerintahannya, seluruh Sumatra
berhasil dipersatukan di bawah Kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan Aceh Darussalam juga mulai bisa mengimbangi
kekuatan Portugis di Selat Malaka hingga akhirnya mampu merebut Johor dan Pahang dari pendudukan Portugis.
Iskandar Muda akhirnya wafat dan digantikan putranya yang bernama Iskandar Thani.
Sepeninggal Iskandar Thani, Kerajaan Aceh Darussalam mengalami kemunduran. Ini disebabkan oleh banyaknya
wilayah taklukan yang mengundurkan diri dan menguatnya gangguan dari bangsa-bangsa Eropa di Selat Malaka. Sehingga,
Kerajaan Aceh Darussalam tidak mampu lagi melanjutkan peran besarnya sebagai penguasa perdagangan di Selat Malaka.
Pada 17 Maret 1824, Inggris dan Belanda membuat Perjanjian Lon-
don Traktat London yang berisi penghormatan kedaulatan Aceh
oleh pihak Belanda. Pada 2 November 1871, Belanda
berunding dan Inggris yang melahirkan Perjanjian Sumatra
Traktat Sumatra perjanjian ini memberi kebebasan bagi Belanda
untuk memperluas wilayah kekuasaannya di Sumatra,
termasuk Aceh.
Wawasan Sosial
Gambar 8.14 Peta wilayah Kerajaan Aceh Darussalam pada masa Iskandar Muda.
Kerjakan dengan temanmu Tunjukkan faktor-faktor yang
mendukung Kerajaan Aceh berkembang menjadi kerajaan
besar, dan faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhannya
Tugas Bersama
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
226
3. Kerajaan Gowa–Tallo
Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang berdiri di daerah Sulawesi Selatan. Tahun 1605, raja Gowa yang bernama Daeng
Manrabia dan raja Tallo yang bernama Karaeng Matoaya memeluk agama Islam. Kemudian keduanya menyatukan
wilayah kedua kerajaan mereka dengan Daeng Manrabia sebagai rajanya. Sementara, Karaeng Matoaya menjabat sebagai
perdana menteri. Daeng Manrabia mengganti namanya menjadi Sultan Alauddin dan Karaeng Matoaya mengganti namanya
menjadi Sultan Abdullah. Sebagai penganut Islam, kedua penguasa kerajaan tersebut
dimusuhi oleh himpunan pedagang Belanda di Hindia Timur Vereenigde Oost Indische Compagnie = VOC yang ingin
menguasai perdagangan di kawasan tersebut. Hingga wafatnya pada tahun 1639, Sultan Alauddin tidak pernah mau menerima
kapal-kapal Belanda di pelabuhan-pelabuhan milik Gowa–Tallo. Sepeninggal Alauddin, tahta raja diduduki oleh Sultan
Muhammad Said. Seperti halnya ayahnya, Sultan Muhammad Said tidak pernah mau berdamai dengan Belanda yang
menurutnya licik dan suka memaksa. Tahun 1653, Sultan Muhammad Said digantikan oleh putranya
yang bernama Hasanuddin. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin inilah perseteruan dengan VOC semakin
memuncak. Kondisi ini diperparah oleh terjadinya pemberontakan seorang bangsawan Bone yang bernama Aru
Palaka pada tahun 1660. VOC yang membenci Sultan Hasanuddin memberikan bantuan pada Aru Palaka.
Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian yang mengakui monopoli VOC di wilayah kerajaannya. Isi perjanjian
Bongaya adalah sebagai berikut. a.
VOC memperoleh hak monopoli dagang di Makassar. b.
Belanda mendirikan benteng di pusat Kerajaan Makassar yang bernama Rotterdam.
c. Makassar melepas Bone dan pulau di luar wilayah Makassar.
d. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Walaupun Sultan Hasanuddin mengalami kekalahan, VOC mengakui keberaniannya dalam peperangan tersebut. VOC
menyebut Sultan Hasanuddin dengan de Haan Van de Oosten Ayam Jantan dari Timur.
Sepeninggal Hasanuddin, Gowa–Tallo dipimpin oleh putranya yang baru berusia 13 tahun, yakni Mappasomba. Dalam sebuah
pertempuran, VOC mengalahkan Mappasomba dan menghapuskan Kerajaan Gowa–Tallo. Setelah itu, selain memonopoli
perdagangan, VOC juga menjalankan pemerintahan langsung di Gowa dan Tallo.
4. Kerajaan Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore telah ada sejak masuknya pengaruh Islam. Namun peran kedua kerajaan tersebut mulai menguat
Gambar 8.15 Peta wilayah Kerajaan
Gowa–Tallo.
Tugas Mandiri
Jelaskan peran Makassar dalam kegiatan perdagangan dan
pelayaran
Peradaban Masa Islam
227
sejak keduanya menetapkan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Semula, kedua kerajaan tersebut saling bersaing dalam
kegiatan perdagangan di kawasan Maluku. Ternate dengan empat kerajaan lain membentuk persekutuan
bernama Uli Lima lima saudara yang dipimpin Ternate dengan anggota Ambon, Bacan, Obi, dan Seram, sedangkan Tidore
dengan delapan kerajaan lain membentuk persekutuan bernama Uli Siwa
sembilan saudara yang dipimpin Tidore dengan anggota Makean, Halmahera, Kai, Mare, Moti, dan pulau-pulau
kecil yang lain hingga ke Papua bagian barat. Raja Ternate pertama yang memeluk Islam adalah Zainal Abidin.
Setelah wafat, Zainal Abidin digantikan oleh Sultan Tabariji. Pada masa pemerintahan Sultan Tabariji, para pedagang Eropa mulai
memasuki kawasan Laut Maluku. Ternate mengizinkan Portugis untuk mendirikan benteng di
kerajaannya. Sementara, Tidore memperbolehkan Spanyol untuk membangun benteng di wilayahnya.
Kedatangan kedua bangsa Eropa tersebut makin memperuncing perseteruan antara Ternate dengan Tidore. Akibatnya, pecah
perang antara Ternate yang didukung Portugis dengan Tidore yang didukung Spanyol. Perang tersebut dimenangkan oleh
Ternate. Sebagai hadiah atas bantuan yang diberikan Portugis, Ternate memperbolehkan portugis untuk mengontrol semua
kegiatan perdagangan di kawasan Ternate. Akibatnya, rakyat mengalami kesusahan dan penderitaan. Atas
kesewenang-wenangan Portugis dalam monopoli rempah-rempah membuat Sultan Khairun, pengganti Sultan Tabariji marah.
Kemudian memimpin rakyatnya untuk menyerang benteng Portugis hingga benteng tersebut dapat dikuasainya. Akan tetapi,
Portugis berhasil membujuk Sultan Khairun untuk berdamai. Ikrar damai diucapkan oleh Sultan Khairun di bawah kitab suci Alquran
dan perwakilan Portugis di bawah kitab suci Injil.
Gambar 8.16 Peta daerah kekuasaan Uli Lima dan Uli Siwa.
Tugas Mandiri
Apakah latar belakang lahirnya persekutuan Uli Lima dan Uli
Siwa?