Peradaban Masa Hindu–Buddha
183
Nenek moyang bangsa Indonesia sejak dulu telah menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain terutama dalam bidang
perdagangan dan pelayaran. Dari hubungan yang terjalin itu, berbagai pengaruh pun ikut masuk ke Indonesia, tidak
terkecuali pengaruh budaya di antaranya agama Hindu dan Buddha. Hal itu akan berpengaruh pada perkembangan
masyarakat dan sistem pemerintahan. Pada pembahasan selanjutnya, kamu akan mempelajari perkembangan yang
bercorak Hindu–Buddha dan persebarannya hingga masuk ke Indonesia.
Agama Hindu dan Buddha beserta kebudayaannya yang dibawa oleh para pedagang dari India berpengaruh pada
perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan negara yang didatanginya. Bagaimanakah perkembangan Hindu
Buddha di Asia?
1. Perkembangan Hindu dan Buddha di Asia Selatan
Hindustan adalah sebutan untuk suatu kawasan yang sekarang menjadi wilayah negara India, Pakistan, Bangladesh,
Afghanistan, dan Nepal. Kawasan Hindustan merupakan suatu kawasan yang tertutup dari kawasan lainnya. Di bagian timur,
barat, dan selatan, kawasan ini dikelilingi oleh Laut Arab dan Samudra Hindia. Sementara di bagian utara, kawasan ini
dibatasi oleh Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Hindu Kush yang tegak memanjang.
Selain laut, satu-satunya jalan darat untuk memasuki wilayah ini adalah sebuah celah di antara Pegunungan Himalaya dan
Pegunungan Hindu Kush yang dinamakan Celah Kaiber Khyber Pass
. Meski posisinya tertutup, kawasan Hindustan merupakan
kawasan yang subur karena dialiri oleh banyak sungai yang lebar dan panjang. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Indus,
Gangga, Yamuna, dan Brahmaputra. Pada sekitar tahun 3000–2000 SM, kawasan Lembah Sungai
Indus dihuni oleh bangsa Dravida. Pada masa tersebut, bangsa Dravida telah membangun sebuah kebudayaan yang maju.
Mereka telah mengenal tulisan gambar pictogram, sistem tata kota, dan sistem pemerintahan yang mengatur kehidupan
masyarakatnya dengan peraturan-peraturan. Mereka telah mampu membangun kota-kota di kawasan Lembah Sungai
Indus. Sisa-sisa peninggalan sejarah bangsa Dravida dapat dilacak di
sebuah situs lokasi peninggalan sejarah yang dinamakan Mohenjo-Daro dan Harappa yang terletak di Larkana, Pakistan.
Situs tersebut ditemukan sekitar tahun 1920-an oleh seorang
A. Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan,
dan Pemerintahan Masa Hindu–Buddha di Asia, serta Persebarannya
Wawasan Sosial
Kata Hindustan berasal dari kata Hindu. Hindu merupakan
suatu sebutan yang sejak ribuan tahun Sebelum Masehi
telah digunakan oleh bangsa- bangsa di sekitar Hindustan
untuk menyebut orang-orang yang tinggal di kawasan
Hindustan. Kata Hindu sendiri diperkirakan berasal dari kata
Indus sungai.
Gambar 7.1 Celah Kaiber di Pakistan
Sumber: Microsoft Student 2006
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
184
Gambar 7.3 Peta lokasi pusat-pusat kebudayaan Mohenjo-Daro.
Sumber: Atlas Dunia Buana Raya
ilmuwan Inggris yang bernama Sir John Marshall. Mohenjo- Daro dan Harappa memiliki luas sekitar 200 hektar.
Mohenjo-Daro dan Harappa diperkirakan merupakan kota besar pada zaman logam. Pada bagian tengah situs tersebut,
ditemukan pondasi dan reruntuhan beberapa bangunan yang diperkirakan merupakan pusat pemerintahan, sekolah,
lumbung, dan pemandian umum. Di sekitar situs tersebut juga ditemukan banyak pondasi dan
reruntuhan bangunan yang lebih kecil, diperkirakan merupakan sisa-sisa rumah penduduk. Di antara bangunan-
bangunan tersebut, ada jalan-jalan yang lebar dan rata, serta lurus. Kebudayaan bangsa Dravida tersebut dikenal dengan
sebutan kebudayaan Mohenjo-Daro dan Harappa.
a. Perkembangan Kebudayaan dan Agama Hindu di Hindustan Perkembangan kebudayaan dan agama Hindu bermula dari
terjadinya perpindahan bangsa Arya ke kawasan Hindustan pada abad ke-15 SM secara bergelombang dalam kelompok-
kelompok besar melalui Celah Kaiber. Karena perpindahan bangsa Arya tersebut, terjadilah
percampuran kebudayaan antara bangsa Arya dengan bangsa Dravida. Kebudayaan yang baru tersebut kemudian
dinamakan kebudayaan Weda. Sumber ajaran agama Hindu terdapat pada kitab Weda yang
ditulis dalam empat bagian samhitu, yaitu sebagai berikut. 1 Rigweda, berisi syair pujian kepada dewa.
2 Samaweda, berisi nyanyian pada waktu melaksanakan
upacara Rigweda. 3 Yajurweda, berisi doa-doa yang diucapkan pada waktu
upacara dengan diiringi penyajian Rigweda dan nyanyian Samaweda.
4 Atharwaweda, berisi mantra-mantra yang digunakan untuk berbagai keperluan, seperti sihir dan ilmu gaib.
Tugas Bersama
Tunjukkan bukti-bukti bahwa bangsa Dravida sudah maju
peradabannya Lakukan diskusi dengan temanmu
sebangku
Gambar 7.2 Situs Mohenjo-Daro dan
Harappa di Pakistan.
Sumber: Microsoft Student 2006
Peradaban Masa Hindu–Buddha
185
Seiring dengan semakin banyaknya bangsa Arya yang pindah ke Hindustan, maka kebudayaan Weda berkembang pesat
di kawasan Sungai Indus. Kemudian, karena jumlah penduduk yang semakin bertambah, sebagian penduduk
mulai berpindah ke kawasan timur di sekitar Sungai Gangga dan Yamuna.
Bangsa Arya yang menguasai kawasan tersebut berusaha keras menjaga kekuasaannya agar posisinya tetap berada di
atas bangsa Dravida. Untuk kepentingan tersebut, mereka kemudian membagi masyarakat dalam kelas-kelas yang
disebut kasta. Sistem kasta membagi masyarakat menjadi beberapa kelas berdasarkan pekerjaan dan kekayaan. Kasta
seseorang menentukan hak dan kewajiban mereka dalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena itu, dapat dipastikan bangsa Arya akan menempatkan diri pada kasta-kasta yang tinggi, sedangkan
bangsa Dravida ditempatkan pada kasta-kasta yang rendah. Semula, ada empat kasta dalam kehidupan masyarakat,
yakni sebagai berikut. 1 Kasta brahmana, terdiri atas para pendeta dan orang-
orang pintar. 2 Kasta ksatria, terdiri atas orang-orang yang duduk di
pemerintahan, tentara, raja, dan keluarga raja. 3 Kasta waisya, terdiri atas para petani dan pedagang.
4 Kasta sudra, terdiri atas para buruh, tukang, dan pelayan. Dalam perkembangannya, orang-orang bangsa Dravida
ternyata masih dapat berpindah kasta ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk itu guna lebih memperkuat posisinya dalam
masyarakat, bangsa Arya memunculkan kasta kelima untuk bangsa Dravida, yakni kasta paria artinya kaum buangan.
Orang-orang yang ada dalam kasta paria tidak diberi hak apa pun dalam masyarakat dan mereka dipisahkan dari
kehidupan masyarakat. Adanya sistem kasta dalam masyarakat menandai lahirnya
kebudayaan baru yang dinamakan kebudayaan Hindu. Pemberlakuan sistem kasta ini kemudian diikuti oleh
berkembangnya kepercayaan yang menyembah banyak dewa dan dewi politeisme. Beberapa dewa sesembahan
mereka di antaranya adalah Dewa Agni dewa api, Dewa Surya
dewa matahari, Dewa Bayu dewa angin, Dewa Indra dewa perang, Dewi Laksmi dewi keberuntungan, Dewi
Saraswati dewi kesenian, dan Dewa Ganesha dewa
pengetahuan. Selain dewa dan dewi di atas, masih banyak dewa-dewi
lainnya. Namun, pada sekitar abad ke-7 SM, kebudayaan Hindu menempatkan tiga dewa yang dianggap menempati
posisi paling tinggi, yakni Dewa Brahma sebagai pencipta alam semesta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam, dan
Dewa Syiwa
sebagai perusak alam. Ketiga dewa itu disebut Trimurti.
Gambar 7.4 Piramida yang menun-
jukkan tingkat kasta dalam agama Hindu.
Sumber: Dokumen Penerbit
1 2
3 4
5 Keterangan:
1. Brahmana
2. Ksatria
3. Waisya
4. Sudra
5. Paria
Tugas Mandiri
Bagaimanakah pendapatmu tentang sistem kasta?
Sisi positif apakah yang dapat diambil dari pengelompokan
masyarakat berdasarkan kasta?
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
186
Kepercayaan Hindu diajarkan secara turun-temurun melalui syair atau nyanyian yang berisi pemujaan pada dewa dan
berbagai petunjuk kehidupan. Setelah berabad-abad, berbagai ajaran tersebut dihimpun menjadi sebuah buku
yang dinamakan Weda yang artinya pengetahuan. Kitab Weda ditulis dalam bahasa Sanskerta dengan huruf Pallawa.
Bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa hanya dapat diucapkan dan dibaca oleh para brahmana. Karena itu, hanya brahmana
yang berhak untuk membaca Weda. Masyarakat Hindu melaksanakan ajaran agamanya dengan
berbagai macam bentuk peribadatan. Ibadah yang paling utama adalah menyembah dewa di kuil-kuil dan perayaan
hari-hari besar. Hari besar masyarakat Hindu antara lain Rakhsa-Bandhan dan Navaratri.
Seiring dengan perkembangan masyarakat Hindu yang pesat, kemudian terciptalah corak pemerintahan berbentuk
kerajaan. Munculnya kerajaan-kerajaan Hindu di kawasan Hindustan sangat memengaruhi pola interaksi masyarakat
Hindu. Karena negara berkewajiban menyejahterakan rakyatnya, maka kerajaan-kerajaan tersebut mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan menggalakkan pertanian, peternakan, dan pembuatan barang-barang untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pada akhirnya, hasil pertanian dan pembuatan barang, serta peternakan
mengalami kelebihan surplus. Surplus ini mendorong dilakukannya perdagangan dengan kerajaan-kerajaan lain,
termasuk dengan kawasan di luar Hindustan. Diperkirakan dari perdagangan inilah awal tersebarnya kebudayaan dan
agama Hindu ke kawasan lain, termasuk Indonesia.
b. Perkembangan Agama Buddha di Hindustan Pada abad ke-6 SM, di kawasan Lumbini, kaki Pegunungan
Himalaya sekarang bagian dari wilayah negara Nepal, ada sebuah kerajaan yang bernama Kapilawastu. Pada sekitar
tahun 563 SM, kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja yang bernama Suddodhana. Pada tahun tersebut lahir
seorang putra Raja Suddodhana yang bernama Pangeran Sidharta.
Sejak lahir, banyak cenayang dan pendeta yang meramalkan bahwa Pangeran Sidharta akan menjadi seorang tokoh besar,
namun sebelumnya dia akan menerima berbagai kesusahan dan penderitaan.
Untuk mencegah agar ramalan tersebut tidak menjadi kenyataan, maka Pangeran Sidharta dikurung dalam istana
dan sama sekali tidak boleh keluar agar tidak menyaksikan berbagai macam penderitaan dan kesusahan yang dialami
manusia. Namun suatu hari di tahun 533 SM saat Pangeran Sidharta
berusia 29 tahun, ia berkesempatan untuk keluar istana dan berjalan-jalan ke beberapa desa di sekitar istananya. Dalam
Gambar 7.5 a Dewa Brahma, b
Dewa Wisnu, c Dewa Syiwa
Sumber: Ensiklopedi Umum untuk
Pelajar
a
b
c