3.1.9 Matriks Internal-External IE
Matriks Internal-Ekternal merupakan matriks yang meringkas hasil evaluasi faktor eksternal dan internal yang menempatkan perusahaan pada salah satu
kondisi di dalam sembilan sel, dimana tiap-tiap sel merupakan kondisi atau langkah yang harus ditempuh perusahaan. Matriks IE didasarkan pada dua
dimensi kunci, yaitu total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu-x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu-y. Tujuan penggunaan matriks ini adalah
memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail David, 2004.
3.1.10 Matriks
Strengths, Weakness, Opportunities and Threats SWOT
Analisis matriks SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi dalam memaksimalkan kekuatan dan
peluang, namun secara bersamaan juga meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada David, 2004.
Menurut David 2004, matriks SWOT dapat dilaksanakan dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu :
1. Identifikasi peluang, yakni situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, dan ancaman yaitu situasi penting yang tidak
menguntungkan dalam perusahaan. 2. Identifikasi terhadap kekuatan internal yaitu kelebihan atau keunggulan relatif
perusahaan terhadap pesaing, serta kelemahan internal yaitu keterbatasan atau kekurangan yang dimiliki oleh perusahaan.
3.1.11 Metode Proses Hirark hi Analitik PHA
Metode Proses Hirarkhi Analitik PHA dikembangkan pertama kali oleh Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1990-an untuk
mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai. Dengan menggunakan PHA, suatu persoalan akan dipecahkan dalam
suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga dapat diekspresikan dalam mengambil keputusan yang efektif.
Prinsip kerja PHA adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks ya ng tidak terstruktur, strategik dan dinamis menjadi tiap bagian, serta tertata dalam
suatu hirarkhi. Kemudian, tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan
dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan, kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan
untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. PHA dapat digunakan untuk merangsang timbul nya gagasan dalam
melaksanakan tindakan kreatif dan mengevaluasi keefektifan tindakan tersebut. Kemudian dapat membantu para pemimpin dalam menetapkan informasi apa yang
patut dikumpulkan, guna mengevaluasi pengaruh faktor-faktor yang relevan dalam situasi yang kompleks Saaty, 1993.
Secara umum hirarkhi dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu: a. Hirarkhi struktural, yaitu masalah yang kompleks diuraikan menjadi
bagian-bagiannya atau elemen-elemennya menurut ciri atau besaran tertentu. Hirarkhi
ini erat kaitannya dengan menganalisa masalah yang kompleks melalui pembagian
obyek yang diamati menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil.
b. Hirarkhi fungsional, menguraikan masalah yang kompleks menjadi bagian- bagiannya sesuai hubungan esensialnya. Hirarkhi ini membantu mengatasi masalah
yang kompleks untuk mencapai tujuan yang diinginkannya seperti penentuan prioritas
tindakan dan alokasi sumber daya.
Saaty 1993, menyebutkan keuntungan yang dapat diperoleh apabila mengambil keputusan dengan menggunakan PHA, antara lain:
a. Kesatuan: PHA memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk beragam persoalan yang tidak terstruktur.
b. Kompleksitas: PHA memadukan rancangan deduktif, berdasarkan pada sistem dalam memecahkan persoalan yang kompleks.
c. Saling ketergantungan: PHA dapat menangani saling ketergantungan elemen- elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linear.
d. Penyusunan hirarkhi: PHA mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan
mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. e. Pengukuran: PHA memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal yang
terwujud dalam suatu metode untuk menetapkan prioritas. f. Konsistensi: PHA melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan
yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. g. Sintesis: PHA menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kelebihan
setiap alternatif. h. Tawar-menawar: PHA mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari
berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.
i. Penilaian dan konsensus: PHA tidak memaksakan konsensus, tetapi mensistesiskan hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda.
j. Pengulangan proses: PHA memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian
mereka melalui pengulangan. Menurut Saaty 1993, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan,
yaitu prinsip penyusunan hirarkhi, penetapan prioritas, dan konsistensi. 1. Prinsip Penyusunan Hirarkhi
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraika n menjadi unsur kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarkhi.
2. Prinsip Penetapan Prioritas Setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan
pairwise comparisons yang kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari suatu alternatif.
3. Prinsip Konsistensi Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperhitungkan secara
konsisten sesuai dengan kriteria yang logis.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Proses perumusan alternatif strategi pengembangan usaha di PT. Madu Pramuka dilakukan melalui serangkaian analisis yang diawali dengan analisis
deskriptif dalam mengidentifikasi visi, misi dan tujuan perusahaan. Identifikasi ini diperlukan untuk mengetahui sasaran yang ingin dicapai perusahaan sesuai
dengan visi dan misi yang ditetapkan.