6.1.3 Keuangan dan Accounting
Bagian keuangan bertugas untuk mencatat laporan penjualan setiap hari dan menjadi kasir gaji tiap awal bulan. Sedangkan, bagian accounting bertugas
membuat rekapitulasi semua laporan keuangan kantor, kedai dan pengecer PT Madu Pramuka. Pada akhir tahun, laporan keuangan perusahaan diaudit dengan
menggunakan jasa akuntan publik Drs. Kartoyo dan Rekan. Sumber pemasukan yang diperoleh PT Madu Pramuka berasal dari
penjualan produk, jasa kurus pendidikan dan pelatihan beternak lebah serta terapi sengat lebah. Selain itu, perusahaan juga mendapat pemasukan dari kunjungan
perusahaan, instansi pemerintah maupun lembaga pendidikan yang ingin belajar dan mengetahui cara beternak lebah.
Pada saat berdiri tahun 1972, modal kerja PT Madu Pramuka berasal dari Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Departemen Pertanian. Saat ini, dalam
menjalankan kegiatan usahanya, sumber pendanaan PT Madu Pramuka berasal dari modal milik sendiri dan belum pernah melakukan peminjaman dana kredit
kepada bank. Hal ini disebabkan, karena perusahaan merasa masih mampu menjalankan kegiatan operasional dengan menggunakan keuangan milik sendiri.
Bahkan sampai saat ini, perusahaan belum pernah mengalami collapse
2
. Meski kondisi keuangan relatif baik, namun perusahaan tidak memiliki alokasi anggaran
untuk kegiatan pemasaran, seperti pemasangan iklan di media massa. Saat ini, volume penjualan produk perusahaan menunjukkan trend yang
meningkat, sehingga menyebabkan perusahaan melakukan ekspansi usaha dengan mendirikan beberapa kedai counter di beberapa tempat yang potensial maupun
menambah fasilitas perusahaan, terutama kendaraan operasional.
2
Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Keuangan
6.1.4 Produksi dan Operasi
Kegiatan produksi perlebahan perlu dilaksanakan dengan pola yang tepat sesuai dengan kondisi daerah dan melibatkan masyarakat setempat dalam
pelaksanaannya. Ada dua teknik beternak lebah yang dikenal oleh masyarakat, yakni sistem menetap dan sistem angon digembalakan. Sistem angon lebih
menguntungkan ketimbang sistem menetap, karena dengan cara angon, lebah bisa dipanen dua kali dalam setahun, sedangkan dengan sistem menetap, peternak
hanya bisa melakukan pemanenan sekali setahun. Pusat peternakan lebah PT Madu Pramuka berada di daerah Gringsing.
Ketersediaan tanaman pakan lebah di Gringsing mencukupi, karena disini banyak dijumpai areal perkebunan karet dan randu. Namun, jika tanaman disana tidak
sedang panen, PT Madu Pramuka mengangon lebah ke beberapa lokasi yang tersebar dan memiliki banyak tanaman pakan lebah. Pengangonan adalah cara
beternak lebah dengan cara berpindah-pindah tidak menetap dengan mengikuti musim panen bunga berada. Koloni lebah ini berada di dalam stup kotak lebah
dan diangkut di atas truk. Kemudian, stup-stup yang sudah berisikan koloni lebah ini diletakkan di rumah maupun lahan masyarakat yang berjarak tidak jauh
dengan lahan tanaman pakan lebah. Biaya sewah tempat di rumah penduduk rata- rata mencapai Rp. 200.000-Rp. 500.000 per bvulan. Jadi, siklus pengangonan ini
mengikuti musim bunga tanaman penghasil pakan lebah Tabel 13. Tempat pengangonan ini harus memiliki ketersediaan nektar dan pollen yang berlimpah,
sehingga dapat menghasilkan madu dan koloni dalam jumlah besar.
Tabel 13. Lokasi Musim Bunga dan Pengangonan Lebah PT Madu Pramuka
No Waktu
Bunga Sumber Pakan
Lokasi
1 Januari – April
Jagung Pollen
Pati 2
Mei – Juni Kapuk-Kopi
Nektar, Pollen Jepara
3 Juni - Agustus
Klengkeng-Mangga Nektar, Pollen
Magelang 4
Agustus - September Karet-Randu
Nektar, Pollen Gringsing
5 September – Oktober
Karet Nektar
Subang 6
Oktober – Desember Rambutan,
Kaliandra, Mahoni Nektar
Sukabumi
Sumber : PT Madu Pramuka, 2006 Pada Tabel 13, dapat dilihat bahwa pada bulan Agustus-September
merupakan musim bunga karet dan randu di Grising. Namun, jika telah melewati periode ini, PT Madu Pramuka harus mengangon lebah ke daerah lain untuk
mendapatkan pakan lebah. Bulan Januari-April, biasa dijadikan masa “istirahat” bagi lebah setelah bekerja mencari nektar dan pollen. Tanaman jagung dipilih
sebagai pakan lebah selama masa istirahat, karena jagung memiliki kadar nektar dan pollen yang rendah, sehingga kerja lebah menjadi tidak berat.
Perolehan madu yang dimiliki oleh PT Madu Pramuka didapatkan dengan dua cara, yaitu melalui produksi sendiri dan pembelian dari peternak binaan.
Pembelian madu dilakukan PT Madu Pramuka dari peternak yang sudah memiliki stup. PT Madu Pramuka menghimpun 150 peternak di Kecamatan Gringsing,
Limpung dan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Setiap peternak binaan memiliki sekitar 30-35 stup dan tersebar di daerah-daerah yang potensial dengan
pohon randu, kelengkeng, rambutan, durian dan karet. Madu yang didapat dari peternak binaan dan peternakan sendiri milik PT
Madu Pramuka akan ditampung di dalam gudang di Grinsing, dan selanjutnya akan dikirim dan diolah di Jakarta. Adapun alur produksi PT Madu Pramuka
dapat dilihat pada Lampiran 2. PT Madu memproduksi madu dalam berbagai ukuran kemasan, yaitu dalam botol berkapasitas 3 kg, 600 ml, 350 ml, dan 100 ml
serta madu curah yang dijual untuk kalangan industri. Proses pembotolan madu dilakukan setiap hari, dengan rata-rata dalam sehari dapat menghasilkan 68 botol
ukuran 3 kg, 274 botol ukuran 600 ml, 441 botol ukuran 350 ml, dan 330 botol ukuran 100 ml. Selama proses pengemasan dan pengolahan lainnya, PT Madu
Pramuka masih menggunakan peralatan yang bersifat sederhana, seperti kain saring, gayung, corong, drum ekstraktor, timbangan, dan beberapa alat bantu
penyegelan, seperti botol, tutup botol, stiker, dan plastik segel. PT Madu Pramuka juga belum menggunakan mesin dehumidifier secara berkala dan mesin penjaga
kualitas kadar air selama perjalanan. Pada proses pasca panen, madu PT Madu Pramuka tidak mengalami penurunan kadar air dan pengujian kualitas madu. Hal
ini merupakan kelemahan madu PT Madu Pramuka dalam segi kualitas. PT Madu Pramuka juga memberikan pakan tambahan berupa stimulasi
larutan gula dengan perbandingan 1:1. Satu bagian air 1 liter dicampur dengan satu bagian gula pasir atau gula tebu 1 kg, karena juml ah kalori gula pasir lebih
besar disbanding sumber gula lainnya. Campuran pakan tambahan tersebut diletakkan dalam feeder frame. Pemberian pakan tambahan ini dilakukan bila
lebah tidak berhasil mengumpulkan nectar dan pollen. Penambahan pakan tambahan tidak boleh berlangsung terus menerus,
melainkan hanya kegiatan sementara bila tidak ada ketersediaan nectar dan pollen di lapangan. Pemberian stimulasi sirup gula hanya merangsang lebah madu dalam
mengumpulkan pollen. Pemberian stimulasi larutan gula, menjadi tidak berarti bila ketersediaan pollen di lapangan sangat kurang. Bila kondisi tersebut dibiarkan
berlangsung lama, maka koloni akan musnah, karena pakan yang diperlukan guna
kelangsungan hidupnya tidak ada. Tujuan pemberian stimulasi hanya untuk mempertahankan koloni, tetapi tidak untuk panen madu
6.1.5 Penelitian dan Pengembangan