Produksi dan Operasi Identifikasi Faktor Internal
Tabel 13. Lokasi Musim Bunga dan Pengangonan Lebah PT Madu Pramuka
No Waktu
Bunga Sumber Pakan
Lokasi
1 Januari – April
Jagung Pollen
Pati 2
Mei – Juni Kapuk-Kopi
Nektar, Pollen Jepara
3 Juni - Agustus
Klengkeng-Mangga Nektar, Pollen
Magelang 4
Agustus - September Karet-Randu
Nektar, Pollen Gringsing
5 September – Oktober
Karet Nektar
Subang 6
Oktober – Desember Rambutan,
Kaliandra, Mahoni Nektar
Sukabumi
Sumber : PT Madu Pramuka, 2006 Pada Tabel 13, dapat dilihat bahwa pada bulan Agustus-September
merupakan musim bunga karet dan randu di Grising. Namun, jika telah melewati periode ini, PT Madu Pramuka harus mengangon lebah ke daerah lain untuk
mendapatkan pakan lebah. Bulan Januari-April, biasa dijadikan masa “istirahat” bagi lebah setelah bekerja mencari nektar dan pollen. Tanaman jagung dipilih
sebagai pakan lebah selama masa istirahat, karena jagung memiliki kadar nektar dan pollen yang rendah, sehingga kerja lebah menjadi tidak berat.
Perolehan madu yang dimiliki oleh PT Madu Pramuka didapatkan dengan dua cara, yaitu melalui produksi sendiri dan pembelian dari peternak binaan.
Pembelian madu dilakukan PT Madu Pramuka dari peternak yang sudah memiliki stup. PT Madu Pramuka menghimpun 150 peternak di Kecamatan Gringsing,
Limpung dan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Setiap peternak binaan memiliki sekitar 30-35 stup dan tersebar di daerah-daerah yang potensial dengan
pohon randu, kelengkeng, rambutan, durian dan karet. Madu yang didapat dari peternak binaan dan peternakan sendiri milik PT
Madu Pramuka akan ditampung di dalam gudang di Grinsing, dan selanjutnya akan dikirim dan diolah di Jakarta. Adapun alur produksi PT Madu Pramuka
dapat dilihat pada Lampiran 2. PT Madu memproduksi madu dalam berbagai ukuran kemasan, yaitu dalam botol berkapasitas 3 kg, 600 ml, 350 ml, dan 100 ml
serta madu curah yang dijual untuk kalangan industri. Proses pembotolan madu dilakukan setiap hari, dengan rata-rata dalam sehari dapat menghasilkan 68 botol
ukuran 3 kg, 274 botol ukuran 600 ml, 441 botol ukuran 350 ml, dan 330 botol ukuran 100 ml. Selama proses pengemasan dan pengolahan lainnya, PT Madu
Pramuka masih menggunakan peralatan yang bersifat sederhana, seperti kain saring, gayung, corong, drum ekstraktor, timbangan, dan beberapa alat bantu
penyegelan, seperti botol, tutup botol, stiker, dan plastik segel. PT Madu Pramuka juga belum menggunakan mesin dehumidifier secara berkala dan mesin penjaga
kualitas kadar air selama perjalanan. Pada proses pasca panen, madu PT Madu Pramuka tidak mengalami penurunan kadar air dan pengujian kualitas madu. Hal
ini merupakan kelemahan madu PT Madu Pramuka dalam segi kualitas. PT Madu Pramuka juga memberikan pakan tambahan berupa stimulasi
larutan gula dengan perbandingan 1:1. Satu bagian air 1 liter dicampur dengan satu bagian gula pasir atau gula tebu 1 kg, karena juml ah kalori gula pasir lebih
besar disbanding sumber gula lainnya. Campuran pakan tambahan tersebut diletakkan dalam feeder frame. Pemberian pakan tambahan ini dilakukan bila
lebah tidak berhasil mengumpulkan nectar dan pollen. Penambahan pakan tambahan tidak boleh berlangsung terus menerus,
melainkan hanya kegiatan sementara bila tidak ada ketersediaan nectar dan pollen di lapangan. Pemberian stimulasi sirup gula hanya merangsang lebah madu dalam
mengumpulkan pollen. Pemberian stimulasi larutan gula, menjadi tidak berarti bila ketersediaan pollen di lapangan sangat kurang. Bila kondisi tersebut dibiarkan
berlangsung lama, maka koloni akan musnah, karena pakan yang diperlukan guna
kelangsungan hidupnya tidak ada. Tujuan pemberian stimulasi hanya untuk mempertahankan koloni, tetapi tidak untuk panen madu