Rupiah atau mata uang asing.
343
Daerah memang tidak diberikan kewenangan untuk melakukan pinjaman luar negeri, namun daerah secara
tidak langsung juga dapat melakukan pinjaman luar negeri melalui penerusan pinjaman oleh pemerintah pusat.
C. Hubungan Pengawasan
Pengawasan oleh Pusat terhadap Daerah ternyata secara yuridis- historis telah dilakukan sejak bangsa Indonesia memulai kehidupan
bernegaranya sebagai bangsa yang merdeka. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara sejak awal telah meletakkan dasar-dasar berpikir
tentang keberadaan pengawasan Pusat terhadap Daerah. Memang, ketentuan tentang pengawasan Pusat terhadap Daerah menurut UUD 1945
secara normatif-eksplisit tidak diatur di dalam UUD 1945. Akan tetapi landasan berpikirnya dapat ditelusuri paling dari 2 dua hal, yaitu:
1. Pembukaan UUD 1945 Alinea Keempat; dan Batang Tubuh UUD 1945
Di dalam Pembukaan UUD 1945, landasan berpikir tentang pengawasan Pusat terhadap Daerah dapat ditelusuri di dalam Alinea
Keempat UUD 1945. Rumusan alinea keempat itu adalah: ”Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian yang abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang- Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
343
Pasal 56 ayat 3 dan 4 UU No. 33 Tahun 2004.
perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Untuk mengkaji dasar pemikiran pengawasan Pusat terhadap Daerah menurut batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945, terlebih dahulu dipilah
materi hukum Undang-Undang Dasar 1945 sebelum perubahan dilakukan Naskah Asli, dan materi hukum Undang-Undang Dasar 1945 setelah
perubahan dilakukan. Ini disebabkan, pasal-pasal yang mengatur tentang pemerintahan daerah di dalam Undang-Undang Dasar 1945 dalam beberapa
ketentuan sudah mengalami perubahan. Untuk itu, kajian tentang dasar pengawasan Pusat terhadap Daerah dibedakan menjadi 2 dua kategori.
Pertama, menurut Batang Tubuh UUD 1945 Sebelum Perubahan. Terdapat ada 1 satu pasal yang memungkinkan untuk dikaji, yaitu Pasal 18.
Pasal 18 UUD 1945 ini dirumuskan sebagai berikut : “Pembagian Daerah Indonesia atas Daerah besar dan kecil, dengan
bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam
sistem Pemerintahan Negara dan hak-hak asal-usul dalam daerah yang bersifat Istimewa”.
Kedua, menurut Batang Tubuh UUD 1945 Setelah Perubahan. Dasar pemikiran tentang pengawasan Pusat terhadap Daerah menurut batang
tubuh UUD 1945 setelah perubahan, dapat dikaji dari beberapa pasal dan ayat. Dikatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
344
Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota yang dimaksud tersebut
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
345
Berdasarkan ketentuan Pasal 18 ini, kiranya dapat dikemukakan pertama, bahwa penggunaan istilah “dibagi atas” menurut
Jimly Asshiddiqie, dimaksudkan untuk menegaskan bahwa hubungan antara
344
Pasal 18 ayat 1 Perubahan kedua UUD 1945
345
Pasal 18 ayat 2 Perubahan kedua UUD 1945
pemerintah pusat dan daerah bersifat hirarkis dan vertikal. Hal ini dianggap perlu ditegaskan karena adanya penafsiran yang timbul akibat penerapan
kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 yang mengembangkan pola hubungan antara pusat dan daerah serta hubungan
antara daerah yang dipahami bersifat horizontal.
346
Kedua, bahwa tiap-tiap satuan pemerintahan daerah itu oleh UUD 1945 diberi kewenangan untuk
mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Ada beberapa ayat yang penting untuk
diidentifikasikan sehubungan dengan dasar pengawasan Pusat terhadap Daerah. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
347
Untuk menjalankan urusan yang diberikan itu, Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan,
348
yang susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam
undang-undang.
349
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut maka dapat ditarik beberapa pengertian bahwa pertama, pemerintahan daerah memiliki
hak untuk menjalankan otonomi seluas-luasnya dan tugas pembantuan; kedua, tetapi pelaksanaan otonomi itu dibatasi oleh 2 dua hal, yaitu karena
bukan urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan
daerahnya diatur oleh undang-undang. Ketiga, peraturan daerah merupakan merupakan instrumen hukum yang dibentuk oleh pemerintahan daerah
dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Keempat, dengan memahami logika hukum pernyataan pertama dan
kedua,dapat dikemukakan bahwa ternyata secara konstitusional terdapat pembatasan-pembatasan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah berdasarkan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dan tugas
346
Lihat, Jimly Ashiddiqie, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Keempat, Pusat Studi Hukum Tata Negara FH. UI, Jakarta, 2002, hlm. 21
347
Pasal 18 ayat 5 Perubahan kedua UUD 1945
348
Pasal 18 ayat 6 Perubahan kedua UUD 1945
349
Pasal 18 ayat 7 Perubahan kedua UUD 1945
pembantuan. Pembatasan-pembatasan tersebut dimaksudkan agar Daerah tidak mengatur urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan pemerintah pusat. Untuk kepentingan itulah, maka dalam rangka penegakan ketentuan hukum ini, lembaga ’pengawasan’ Pusat
terhadap Daerah dipandang perlu keberadaannya. Tujuannya tidak lain adalah dalam rangka mencegah atau menanggulangi terjadinya
penyimpangan-penyimpangan wewenang oleh Daerah berkenaan dengan implementasi kebijakannya untuk mengatur urusan rumah tangga
Daerahnya. Selain beberapa ketentuan di atas, yang dapat dicermati adalah
dalam Pasal 18A adalah bahwa tidak tercantum secara eksplisit ketentuan yang mengatur tentang pengawasan Pusat terhadap Daerah. Akan tetapi,
dengan memahami materi hubungan wewenang antara Pusat dan Daerah, maka akan dapat diperoleh petunjuk bahwa lembaga ’pengawasan’ ternyata
juga memperoleh dasar pemikiran dalam pasal ini. Hubungan wewenang antara Pusat dan Daerah dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman masing-masing daerah diatur dengan Undang-undang. Kekhususan dan keragaman dimaksudkan yang ada pada masing-masing
daerah.
350
Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya antara Pusat dengan Daerah
juga diatur dengan Undang-Undang.
351
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai Undang-Undang organik Pasal 18A UUD 1945, ternyata telah mengatur hubungan wewenang
antara Pusat dan Daerah, termasuk wewenang pembinaan dan pengawasan Pusat terhadap Daerah dalam menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan
daerah.
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan