Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

pembantuan. Pembatasan-pembatasan tersebut dimaksudkan agar Daerah tidak mengatur urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Untuk kepentingan itulah, maka dalam rangka penegakan ketentuan hukum ini, lembaga ’pengawasan’ Pusat terhadap Daerah dipandang perlu keberadaannya. Tujuannya tidak lain adalah dalam rangka mencegah atau menanggulangi terjadinya penyimpangan-penyimpangan wewenang oleh Daerah berkenaan dengan implementasi kebijakannya untuk mengatur urusan rumah tangga Daerahnya. Selain beberapa ketentuan di atas, yang dapat dicermati adalah dalam Pasal 18A adalah bahwa tidak tercantum secara eksplisit ketentuan yang mengatur tentang pengawasan Pusat terhadap Daerah. Akan tetapi, dengan memahami materi hubungan wewenang antara Pusat dan Daerah, maka akan dapat diperoleh petunjuk bahwa lembaga ’pengawasan’ ternyata juga memperoleh dasar pemikiran dalam pasal ini. Hubungan wewenang antara Pusat dan Daerah dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman masing-masing daerah diatur dengan Undang-undang. Kekhususan dan keragaman dimaksudkan yang ada pada masing-masing daerah. 350 Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya antara Pusat dengan Daerah juga diatur dengan Undang-Undang. 351 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai Undang-Undang organik Pasal 18A UUD 1945, ternyata telah mengatur hubungan wewenang antara Pusat dan Daerah, termasuk wewenang pembinaan dan pengawasan Pusat terhadap Daerah dalam menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan daerah.

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah 350 Pasal 18 A ayat 1 Perubahan kedua UUD 1945. 351 Pasal 18 A ayat 2 Perubahan kedua UUD 1945. Pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan di daerah pada dasarnya merupakan kewenangan pemerintah pusat yakni mencakup beberapa hal. Pertama, pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah. Pasal 222 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2004 mengatur bahwa pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah secara nasional dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah tersebut untuk kabupatenkota dikoordinasikan oleh Gubernur. 352 Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan desa dikoordinasikan oleh bupatiwalikota. 353 Bupati dan walikota dalam pembinaan dan pengawasan tersebutdapat melimpahkan pada camat. 354 Kedua, pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Ketentuan pengawasan oleh Gubernur juga tersirat dalam ketentuan mengenai penyusunan APBD kabupaten dan kota. 355 Dikatakan bahwa Rancangan Perda kabupatenkota tentang APBD yang telah disetujui bersama dan rancangan Peraturan BupatiWalikota tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh BupatiWalikota paling lama 3 tiga hari disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi. Hasil evaluasi disampaikan oleh Gubernur kepada BupatiWalikota paling lama 15 lima belas hari terhitung sejak diterimanya rancangan Perda kabupatenkota dan rancangan Peraturan BupatiWalikota tentang Penjabaran APBD tersebut. Apabila Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda tentang APBD dan rancangan Peraturan BupatiWalikota tentang Penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, BupatiWalikota menetapkan rancangan dimaksud menjadi Perda dan Peraturan BupatiWalikota. Apabila Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda tentang APBD dan rancangan Peraturan 352 Pasal 222 ayat 2 UU No. 32 Tahun 2004 353 Pasal 222 ayat 3 UU No. 32 Tahun 2004 354 Pasal 222 ayat 4 UU No. 32 Tahun 2004 355 Pasal 186 UU No. 32 Tahun 2004 BupatiWalikota tentang Penjabaran APBD tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, BupatiWalikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 tujuh hari sejak diterimanya hasil evaluasi. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh BupatiWalikota dan DPRD, dan BupatiWalikota tetap menetapkan rancangan Perda tentang APBD dan rancangan Peraturan BupatiWalikota tentang Penjabaran APBD menjadi Perda dan Peraturan BupatiWalikota, Gubernur membatalkan Perda dan Peraturan BupatiWalikota dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya. Gubernur menyampaikan hasil evaluasi rancangan Perda kabupatenkota tentang APBD dan rancangan Peraturan BupatiWalikota tentang APBD dan rancangan Peraturan BupatiWalikota tentang Penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri. Berdasarkan Pasal 186 ini, Gubernur memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap rancangan APBD maupun setelah APBD tersebut disahkan oleh kabupaten dan kota. Jika pasal dihubungkan dengan Pasal 222, ternyata Gubernur tidak hanya melakukan koordinasi tapi juga memiliki wewenang untuk melakukan tindakan hukum terhadap rancangan Perda APBD dan Perda APBD. Jadi dapat dikatakan, puncaknya adalah pemberitahuan oleh Gubernur kepada Menteri Dalam Negeri mengenai tindak lanjut hasil pengawasan. Lebih lanjut dapat dikemukakan mengenai model-model pengawasan dan pengendalian terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004. Tabel 3 Model-Model Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Menurut UU No. 32 Tahun 2004 NO UMUM PREVENTIF REPRESIF KETERANGAN 1 Penetapan urusan pemerintahan yang menjadi wewenang Pemerintah Pusat dan Daerah Pasal- pasal 10, 11, 12, 13 dan 14. Ditetapkan oleh UU 2 Penentuan adanya Ditetapkan oleh tugas, wewenang, kewajiban dan larangan bagi Kepala DaerahWakil Kepala Daerah, dan DPRD. UU 3 Pedoman tentang susunan organisasi perangkat daerah dan formasi serta persyaratan jabatan perangkat daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dalam PP dan berbagai peraturan perundang-undangan Pasal 128 4 Pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dari dan dalam jabatan eselon II pada kabupatenkota perlu berkonsultasi dengan Gubernur Pasal 130 5 Perpindahan PNS antar kabupatenkota dalam, antar provinsi, dan dari provinsikabupatenko ta perlu memperoleh pertimbangan dari Kepala Badan Kepegawaian Negara Pasal 131 6 Penetapan formasi PNS dilaksanakan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Pasal 132 7 Pembinaan dan pengawasan manajemen PNS dikoordinasikan pada tingkat daerah oleh Gubernur Pasal 135 8 Larangan Perda bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi Pasal 136 9 Tata cara mempersiapkan Raperda diatur Pasal 140 dengan Perpres 10 Perda yang memuat ancaman pidana dan denda, harus sesuai dengan peraturan perundang- undangan Pasal 143 11 Perda disampaikan kepada Pemerintah paling lama 7 hari setelah ditetapkan Pasal 145 ayat 1 12 Pembatalan Perda yang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi, dilakukan oleh Presiden ditetapkan dengan Perpres Pasal 145 ayat 2 sd ayat 7 13 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD, berpedoman pada PP dan perencanaan pembangunan nasiona. Pasal 150 14 Penetapan Perda tentang Pajak dan Retribusi Daerah berpedoman pada undang-undang dan peraturan perundang- undangan lain. Pasal 158 15 Pedoman penggunaan, supervisi, monitoring dan evaluasi atas dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil SDA, DAU dan DAK diatur dalam Permendagri Pasal 163 16 Belanja daerah harus Pasal 167 mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolok ukur kinerja, dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan dengan peraturan perundang- undangan. 17 Belanja kepala daerah dan wakil kepala daerah dan belanja pimpinan dan anggota DPRD diatur dalam Perda dengan berpedoman pad PP Pasal 168 18 Pertimbangan Mendagri dalam melakukan pinjaman yang berasal dari penrusan pinjaman hutang luar negeri dari Menkeu. Pasal 170 19 Ketentuan mengenai pinjaman daerah dan obligasi daerah diaatur dengan PP Pasal 171 20 Pengaturan tentang persyaratan pembentukan dana cadangan daerah, pengelolaan dan pertanggungjawab annya ditetapkan dengan PP Pasal 172 21 Penyertaan modal daerah pada suatu BUMNswasta, dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan Pasal 173 22 Pengendalian defisit anggaran Pasal 174-175 oleh Mendagri 23 Pengelolaan Barang Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan Pasal 178 24 Evaluasi Raperda dan Peraturan Kepala Daerah tentang APBD, Perubahan APBD dan Pertanggungjaw aban Pelaksanaan APBD, untuk provinsi oleh Mendagri dan untuk kabupatenkota oleh Gubernur. Pasal 185 sd 190 25 Pedoman penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan daerah diatur dalam PP. Pasal 194 26 Tata cara pelaksanaan kerja sama antar daerah diatur dalam PP Pasal 195 sd 197 27 Pedoman pembinaan dan pengawasan yang meliputi standar, norma, prosedur, penghargaan, dan sanksi ditetapkan dalam PP. Pasal 217 sd 223. 28 Pemeriksaan oleh BPK terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah Pasal 221 dan UU tentang BPK 29 Pembentukan dewan yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan otonomi daerah diatur dalam Perpres. Pasal 224 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 223 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah diterbitkan sebagai pedoman pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah. 356 PP ini memisahkan antara pembinaan dan pengawasan dalam Bab yang berbeda, yaitu Bab II dan Bab III. Mengenai pembinaan dikatakan bahwa Pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dilaksanakan oleh Pemerintah yang meliputi: 357 a koordinasi pemerintahan antar susunan Pemerintahan; b pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan Pemerintahan; c pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan urusan pemerintahan; d pendidikan dan pelatihan; dan e perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan urusan Pemerintahan. Pembinaan sebagaimana tersebut dilakukan terhadap kepala daerah atau wakil kepala daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah, dan kepala desa, perangkat desa, dan anggota badan permusyawaratan desa. 358 Pada pengaturan mengenai pengawasan, disebutkan bahwa pengawasan pelaksanaan urusan Pemerintahan di daerah meliputi: 359 a pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi; b pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupatenkota; dan c pelaksanaan urusan pemerintahan desa. Pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi tersebut terdiri dari: 360 a pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah yang bersifat wajib; b pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah yang bersifat pilihan; dan c pelaksanaan urusan pemerintahan menurut dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Pengawasan terhadap urusan pemerintahan di 356 Konsiderans PP No. 79 Tahun 2008 Tentang Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 357 Pasal 2 ayat 1. 358 Pasal 2 ayat 2. 359 Pasal 20 360 Pasal 21. daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah sesuai dengan fungsi dan kewenangannya, 361 yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Departemen, Unit Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat KabupatenKota. 362 Pelaksanan pengawasan tersebut dilakukan oleh pejabat pengawas pemerintah yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. 363 Untuk mengetahui perkembangan sistem pengawasan Pusat terhadap Daerah dalam pengaturan pemerintahan daerah di Indonesia dan di beberapa negara lain, dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini: 361 Pasal 24 ayat 1. 362 Pasal 24 ayat 2. 363 Pasal 24 ayat 3 dan 4. Tabel 4 Perkembangan Pengaturan Pengawasan No. Periode SifatBentuk Pengawasan 1. UU No. 1 Tahun 1945 Non-Yudisial 2. UU No. 22 Tahun 1948 1. Non-yudisial 2. Represif 3. Preventif 3. UU No. 1 Tahun 1957 1. Preventif 2. Represif 4. Penetapan Presiden No. 6 Tahun 1959 Represif 5. UU No. 18 Tahun 1965 1. Preventif 2. Represif 3. Umum 6. UU No. 5 Tahun 1974 1. Preventif 2. Represif 3. Umum 7. UU No. 22 Tahun 1999 Represif 8. UU No. 32 Tahun 2004 1. Preventif 2. Represif

BAB IV TINJAUAN DIMENSI-DIMENSI HUBUNGAN

ANTARA PUSAT DAN DAERAH

A. Pilar-Pilar Penyelenggaraan Pemerintahan

Pengakuan bahwa Indonesia berkomitmen terhadap pilar-pilar negara kesatuan, kedaulatan rakyat, dan negara hukum telah dituangkan dalam perubahan ketiga Undang-Undang Dasar UUD 1945. 364 Pertama, pilar negara kesatuan dinyatakan dalam UUD 1945 terdapat dalam Pasal 1 ayat 1. Disebutkan bahwa bahwa Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. Kedua, pilar kedaulatan rakyat dinyatakan dalam ayat 2, yaitu bahwa Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Ketiga, pilar negara hukum dinyatakan oleh UUD 1945 dalam Pasal 1 ayat 3, yaitu bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Lebih dari kedaulatan-kedaulatan tersebut, Jimly Asshiddiqie menjelaskan bahwa Indonesia pun menganut kedaulatan Tuhan dalam konstitusi. Dari segi internal atau kedaulatan internal, Jimly berpendapat bahwa UUD 1945 menganut paham kedaulatan yang unik. 365 UUD 1945 menggabungkan konsep kedaulatan rakyat, kedaulatan hukum, dan kedaulatan Tuhan secara sekaligus. … pasal 1 ayat 2: kedulatan rakyat, ayat 3 kedaulatan hukum, pada pokoknya menganut supremasi hukum. Gagasan kedaulatan Tuhan dianut juga dalam: 1. alinea pertama pembukaan, yang mengatakan “Atas berkat Rahmat Alloh Yang Maha Kuasa…” 2. Juga, “ kemerdekaan… Negara … berkedaulatan rakyat berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, …” 364 Pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 UUD 1945 365 Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, PT. Bhuana Ilmu Komputer, Kelompok Gramedia, Jakarta, 2007, hlm. 149, 150.