terlaksana pengawasan secara demokratis. Pada intinya bahwa pengaturan tentang pengawasan saat ini menuju kepada yang ideal. Apakah control
sama dengan review? Dapat dikatakan ya, karena yang dikontrol adalah peraturan perundang-undangan, dalam hal ini perda atau peraturan kepala
daerah. Berbeda dengan legislative review, yaitu dilakukan oleh DPRDPRD. Berbicara pengawasan dari pusat dan daerah hanya dua macam, represif
dan preventif. tapi UU No. 32 Tahun 2004 nampaknya sejalan dengan otonomi seluas-luasnya daerah diberikan kesempatan untuk banding.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa persoalan mengenai apakah pengaturan pengawasan preventif dan represif terhadap
perda, ditambah pengawasan yudisial sudah tepat, terdapat beberapa hal yang dapat dikemukakan. Pertama, Selama ini yang diverifikasi adalah lebih
kepada legislative drafting, bukan karena semata-mata bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi dan kepentingan umum. Dengan demikian
apakah cocok pengawasan preventif terhadap empat hal tertentu? Nampaknya pengawasan secara represif untuk semua bidang cenderung
lebih baik. Hal tersebut terkait dengan agenda-agenda pembangunan daerah yang membutuhkan proses yang lebih efisien. Biarkan setiap norma menjadi
sah sampai ditentukan lain. Kedua, di sisi lain dapat dipandang bahwa bentuk pengawasan yang diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 ini sudah
mendekati bentuk yang ideal. Letak kedaulatan rakyat dalam pola hubungan pengawasan antara pusat-daerah dalam UU ini adalah pemberian ruang bagi
pemerintah daerah untuk menyampaikan keberatan kepada Mahkamah Agung atas pembatalan perda.
3. Telaah Terhadap Bentuk-Bentuk Lingkup dan Objek Pengawasan
Telah diuraikan bahwa dari beberapa jenis objek pengawasan, yang berlaku saat ini dalam UU No. 32 Tahun 2004, pengawasan terhadap
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. setelah berbagai sisi positif dan negatif yang timbul dari pemberlakuan UU No. 22 tahun 1999, dalam UU
No. 32 Tahun 2004 dimunculkan kembali pengawasan preventif dan represif.
Namun, khusus yang berkenaan dengan pranata pengawasan preventif terhadap perda, UU ini hanya membatasi substansinya pada Perda tentang
APBD, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan lingkungan hidup, dengan mekanisme evaluasi dan pengesahannya. Sementara itu pengawasan
represif ditujukan terhadap semua perda, tanpa kecuali. Berkaitan dengan hal tersebut I Gde Pantja Astawa memberikan
penegasan bahwa baik pengawasan preventif maupun pengawasan represif, mempunyai objek ataupun mengenai hal yang sama.
433
Pertama, saat pelaksanaannya. Artinya, pengawasan preventif dilakukan sebelum Perda
diberlakukan, sedangkan pengawasan represif harus memperhitungkan akibat hukum yang telah timbul selama Perda tersebut masih berlaku.
Kedua, akibat hukumnya. Karena Perda belum berlaku, penolakan pengesahan belum menyentuh akibat hukum yang timbul dari Perda
tersebut. Sebaliknya, pengawasan represif harus memperhitungkan akibat hukum yang telah timbul selama Perda tersebut berlaku.
Dalam konteks agar pengawasan tidak menjadi terlampau longgar dan tidak pula terlampau ketat, perlu diketahui bahwa pengertian
pengawasan adalah suatu bentuk hubungan dengan sebuah legal entity yang mandiri, bukan hubungan internal dari entitas yang sama.
434
Maka dari itu bentuk dan isi pengawasan dilakukan semata-mata menurut berdasarkan
ketentuan Undang-Undang. Gde Pantja menegaskan kembali bahwa pengawasan tidak berlaku ataupun tidak diterapkan terhadap hal-hal yang
tidak ditentukan atau berdasarkan undang-undang.
435
Maka dari itu salah satu bentuk pengawasan yang menurut tim peneliti harus dihindari dan tidak
diatur dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah bentukjenis pengawasan yang disebut pengawasan umum, sebagaimana pada masa lalu
diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974. Pengawasan umum sangat luas ruang lingkupnya sehingga betul-betul dapat mematikan atau
433
I Gde Pantja Astawa, Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia, Alumni, bandung, 2009, hlm. 322-323.
434
Ibid., hlm. 322.
435
Ibid.
membelenggu prakarsa atau inisiatif Daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerah sehingga tidak sejalan dengan upaya mewujudkan
pemerintahan daerah yang demokratis. Jadi sudah dapat terlihat bahwa pengaturan pengawasan saat ini lebih mengarah ke demokratis.
4. Telaah Terhadap Instrumen Penetapan Pembatalan Perda