Bila dibandingkan antara hasil pengolahan citra oleh peneliti dengan data dari TNK terdapat perbedaan luas tambak yaitu 155.81 ha data TNK dan
644.702 ha olah data citra. Sementara luas mangrove menurut data TNK adalah 5 131 ha dan menurut hasil olah data citra adalah 5 277.799 ha ditambah dengan
182.086 ha nipah. Perbedaan luas tambak mungkin terjadi karena terdapat perbedaan interpretasi pada tambak yang kering dan tidak dimanfaatkan lahan
kritis, oleh TNK hanya dianggap sebagai konversi mangrove sebagai lahan terbuka. Sementara menurut peneliti, pembukaan lahan mangrove yang awalnya
digunakan sebagai tambak, walaupun akhirnya menjadi lahan kritis, tetap dihitung sebagai luasan tambak.
Luas lahan tambak yang mencapai 12.22 dari total luas mangrove merupakan ancaman bagi kelestarian habitat mengrove, selain penebangan
mangrove menjadi lahan terbuka dan pemanfaatan lain yang mencapai lebih dari 7 dari luas total mangrove.
4.3 Geologi dan Iklim
Berdasarkan peta geologi Kalimantan Timur, formasi geologi kawasan ini sebagian besar meliputi tiga bagian, yaitu:
1 Bagian pantai terdiri dari batuan sedimen alluvial induk dan terumbu karang.
2 Bagian tengah terdiri dari batuan miosen atas. 3 Bagian barat terdiri dari batuan sedimen bawah.
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, TNK beriklim tipe B dengan nilai Q berkisar antara 14.3 - 33.3 . Curah hujan rata-rata setahun
1543.6 mm atau rata-rata 128.6 m dengan rata-rata hari hujan setahun 66.4 hari atau rata-rata bulanan 5.5 hari. Suhu rata-rata adalah 26
o
C berkisar antara 21-34 derajat Celcius dengan kelembaban relatif 67 - 69 dan kecepatan angin
normal rata-rata 2 – 4 knotjam TNK 2005. Sungai-sungai yang mengalir di dalam dan sekitar TNK antara lain:
Sungai Sangatta, Sungai Sangatta Tua, Sungai Banjar, Sungai Banu Muda, Sungai Sesayap, Sungai Sangkima, Sungai Kandolo, Sungai Selimpus, Sungai Teluk
Pandan, Sungai Palakan, Sungai Menamang Kanan, Sungai Menamang Kiri, Sungai Tawan, Sungai Melawan dan Sungai Santan.
4.4 Sejarah Perambahan dan Pemukiman di TNK
Vayda dan Sahur dalam TNK 2005 mengelompokkan pemukim di TNK berdasarkan 3 wilayah, yaitu 1 Teluk Pandan, disebutkan bahwa pemukim dari
Bugis yang berasal dari Bone, Sulawesi Selatan, datang pertama kali pada pertengahan tahun 1960 untuk menghindari kesulitan ekonomi akibat
pemberontakan Kahar Muzakar, 2 SelimpusKandolo, dihuni pertama kali tahun 1974 dan berkembang tahun 1977 oleh Suku Bugis dan 3 Sangkima, yang
dihuni pertama kali tahun 1924 oleh Suku Bugis. Saat itu, Sangkima merupakan hunian peladang berpindah bagi penduduk asli. Keduanya berasimilasi dan
semakin banyak pemukim yang berasal dari Selawesi Selatan pada tahun 1954 dan 1960 karena pemberontakan Kahar Muzakar.
Ketiga kampung di TNK tersebut berkembang dan diakui keberadaannya oleh Gubernur Propinsi Kalimantan Timur dengan menetapkannya sebagai desa
definitif Teluk Pandan, Sangkima dan Sangatta Selatan melalui Keputusan No. 06 Tahun 1997 tanggal 30 April 1997. Dalam perkembangannya, Desa Sangatta
Selatan dipecah menjadi dua desa, yaitu Desa Sangatta Selatan dan Singa Geweh dengan adanya Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No. 410.44K.4521999
TNK 2005.
4.5 Permasalahan Pengelolaan TNK