Karakter dewasa kelamin Bioekologi Kepiting Bakau

muara sungai, kemudian ke perairan berhutan bakau untuk kembali melangsungkan perkawinan Gambar 4. Secara ringkas siklus hidup kepiting bakau S. serrata menurut Afrianto Liviawaty 1993 dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut: Pembuahan Telur Larva Zoea Kepiting Kepiting Megalopa dewasa muda Gambar 4 Diagram siklus hidup kepiting bakau. Untuk menjadi kepiting dewasa, zoea membutuhkan pergantian kulit kurang lebih sebanyak 20 kali. Proses pergantian kulit pada zoea berlangsung relatif cepat, yaitu sekitar 3-4 hari tergantung pada kemampuan tubuhnya. Pergantian kulit tersebut juga tergantung pada faktor umur, pakan dan habitat. Pada tingkat zoea terjadi ± 5 kali pergantian kulit untuk menjadi megalopa Afrianto Liviawaty 1993. Setelah megalopa berganti kulit, maka kepiting akan memasuki fase kepiting muda. Kepiting betina muda sudah dapat melangsungkan perkawinan pada tingkat kepiting muda ke-16 setelah 16 kali berganti kulit dalam fase kepiting muda. Umur kepiting diperkirakan 1 tahun dengan lebar karapas lebih kurang 99 mm Phelan Grubert 2007.

2.1.4 Karakter dewasa kelamin

Siahainenia 2008 menyatakan, dewasa kelamin adalah tingkat dalam siklus hidup kepiting bakau dimana alat-alat reproduksi telah berkembang secara baik dan siap melakukan proses reproduksi. Untuk tujuan pengelolaan populasi ataupun untuk tujuan budidaya kepiting bakau perlu diketahui secara pasti status dewasa kelamin kepiting bakau mengingat ketika memasuki masa reproduksi yang diawali dengan proses perkawinan, kepiting bakau harus telah mencapai tingkat dewasa kelamin. Warner 1977 menyatakan pada tingkat dewasa kelamin, kepiting bakau jantan telah menghasilkan sperma dan siap melakukan stimulasi untuk merangsang kepiting bakau betina melakukan ganti kulit moulting agar proses kopulasi dapat berlangsung serta mampu melakukan proses kopulasi dengan cara memasukkan pleopodnya ke bukaan kelamin dan mentransfer spermatophore kantong berisi sperma ke dalam wadah sperma spermatheca yang terdapat pada tubuh kepiting bakau betina. Ketika mencapai tingkat dewasa kelamin kepiting bakau betina telah siap melepaskan traktan kimiawi pheromon untuk menarik perhatian jantan juga telah siap menerima sperma untuk kemudian disimpannya di dalam spermatheca, serta menghasilkan telur-telur untuk dipijahkan, dibuahi dan ditetaskan. Jadi ketika kepiting bakau mencapai tingkat dewasa kelamin, semua organ yang berkaitan dan mendukung urutan aktifitas reproduksi harus telah siap untuk digunakan, dengan demikian akan terjadi perubahan morfologi tubuh yang menyertai perkembangan kepiting bakau ke arah tingkat dewasa kelamin. Tutup abdomen kepiting bakau jantan dewasa kelamin mudah dibuka sebaliknya tutup abdomen pada kepiting bakau jantan pradewasa kelamin sulit dibuka. Hal ini disebabkan karena tutup abdomen kepiting bakau jantan dewasa kelamin dihubungkan pada thorachic sternum melalui sepasang otot yang lentur sebaliknya tutup abdomen pada kepiting bakau jantan pradewasa kelamin menempel sangat rapat pada thorachic sternum melalui sepasang pengait yang terdapat pada ruas dada thorachic ke-enam. Selain itu ada thorachic sternum dari kepiting bakau jantan dewasa kelamin terutama pada bagian ujung atas terlihat adanya pigmentasi yang kuat yang membentuk warna kuning kecoklatan sebaliknya pada jantan pradewasa kelamin pigmentasi pada bagian ujung atas thorachic sternum belum nampak sehingga terlihat bersih. Untuk mengenal kepiting bakau jantan dewasa kelamin dapat juga digunakan ukuran chela sebagai karakter pembeda dimana umumnya kepiting bakau jantan dewasa kelamin memiliki chela yang berkembang cepat sehingga ukuran lebih besar sebaliknya kepiting bakau jantan pradewasa kelamin memiliki ukuran chela yang kecil, ukuran chela yang besar pada kepiting bakau jantan dewasa kelamin sangat berfungsi ketika mendekap atau mengepit kepiting bakau betina selama masa percumbuan yakni ketika kedua individu kepiting bakau ini berada dalam posisi doublers serta untuk membalik tubuh kepiting bakau betina ketika proses kopulasi akan berlangsung. Chela yang besar juga dibutuhkan kepiting bakau jantan dewasa kelamin untuk bertarung dengan jantan lainnya dalam upaya mempertahankan wilayah kawin matting teritory, mempertahankan dirinya sendiri serta melindungi dan mempertahankan betina yang menjadi pasangan kawinnya, mengingat menjelang kopulasi kepiting bakau betina melakukan pergantian kulit moulting sehingga bertubuh lunak dan sangat rentan terhadap serangan atau bahkan pemangsaan dari kepiting bakau lainnya. Selain itu terdapat juga tanda-tanda khusus pada bagian tubuh kepiting bakau jantan yang dapat menjadi karakter pembeda tingkat dewasa kelamin, seperti adanya goresan atau pengikisan selaput kulit terutama pada bagian posterior chela dan pada bagian ventral tubuh serta adanya parutan bekas luka pada permukaan tubuh terutama pada kaki-kaki jalan yang mengindikasikan suksesnya kepiting bakau jantan melakukan kopulasi, yang secara otomatis berarti kepiting bakau tersebut telah mencapai tingkat dewasa kelamin. Goresan atau pengikisan selaput kulit terjadi karena selama masa doublers kepiting jantan mengepit kepiting bakau betina dengan posisi betina berada dibawah abdomennya dan karena proses ini berlangsung cukup lama sehingga terjadi pergesekan tubuh kepiting bakau tersebut. Tanda-tanda luka dapat disebabkan karena terjadi pertarungan dengan jantan lainnya dalam upaya mempertahankan wilayah kawin maupun karena upaya melindungi kepiting bakau betina selama berada dalam kondisi kulit tubuh yang lunak akibat moulting dari serangan maupun pemangsaan kepiting bakau lain Siahainenia 2008. Tutup abdomen pada kepiting bakau betina dewasa kelamin umumnya lebih besar, melebar ke samping dan cekung membentuk ruang dalam abdomen yang luas serta memiliki ruang antar ruas yang pendek. Sebaliknya bentuk tutup abdomen pada kepiting bakau betina pradewasa kelamin umumnya lebih sempit, memanjang keatas, relatif datar sehingga membentuk ruang dalam abdomen yang sempit serta memiliki ruang antar ruas yang panjang. Pigmentasi pada tutup abdomen kepiting bakau betina dewasa kelamin lebih kuat yakni membentuk kecoklatan sebaliknya pada kepiting bakau betina pradewasa kelamin pigmentasi pada abdomen belum nampak jelas. Pada kepiting bakau betina kelamin tutup abdomen menempel pada thorachic sternum melalui sepasang otot yang lentur. Sebaliknya pada kepiting bakau betina pradewasa kelamin tutup abdomen umumnya menempel sangat rapat pada thorachic sternum melalui sepasang pengait yang terdapat pada ruas dada ke-enam. Oleh karena itu tutup abdomen kepiting bakau betina dewasa kelamin lebih mudah dibuka, sebaliknya tutup abdomen pada kepiting bakau betina pradewasa kelamin sulit dibuka. Bila tutup abdomen dibuka akan nampak empat pasang pleopod yang merupakan tempat menempelnya masa telur setelah dikeluarkan dari tubuh melalui proses pemijahan, sehingga pleopod pada kepiting bakau betina juga pelengkap organ kelamin yaitu sebagai organ inkubasi telur. Bentuk pleopod pada kepiting bakau betina juga dapat menjadi salah satu karakter pembeda tingkat dewasa kelamin. Pada pleopod kepiting bakau betina kelamin terdapat rambut- rambut yang lebih panjang, banyak dan rapat, sedangkan pada kepiting bakau betina pradewasa kelamin rambut-rambut pleopod pendek dan jarang. Pada thorachic sternum kepiting bakau betina terdapat sepasang bukaan kelamin Oviduct Openings atau yang juga disebut gonophores yang merupakan corong saluran keluarnya telur ketika memijah. Lewat corong ini juga bakau jantan mentransfer spermathophore berisi sperma melalui pleopod-nya ke dalam spermatheca pada tubuh kepiting bakau betina. Pada kepiting bakau betina dewasa kelamin pasangan bukaan kelamin nampak besar terbuka, berbentuk lingkaran oval yang dibatasi oleh selaput yang lembut. Pada kepiting bakau betina pradewasa kelamin pasangan bukaan kelamin terlihat tertutup, membentuk celah sempit dan dibatasi oleh selaput lembut yang menonjol. Perubahan karakter tubuh yang nyata antara kepiting bakau betina dewasa kelamin dan pradewasa kelamin juga nampak terlihat melalui pigmentasi pada bagian ujung atas thorachic sternum. Pada kepiting bakau betina dewasa kelamin terjadi pigmentasi kuat membentuk warna kuning kecoklatan seperti warna karat sebaliknya pada kepiting bakau betina pradewasa kelamin pigmentasi belum nampak. Selain itu karakter pembeda tampak terjadi pada ruas dactylus, propodus, carpus, merus dan basi-ischium endopod kaki jalan dan kaki renang. Pada kepiting bakau betina dewasa kelamin, endopod telah ditumbuhi bulu-bulu halus yang panjang, sebaliknya pada kepiting bakau betina pradewasa kelamin, rambut- rambut pada endopod terlihat lebih pendek Siahainenia 2008.

2.1.5 Kepiting bakau sebagai hewan air kehalalan kepiting bakau