b.pembudidayaan ikan; c. pariwisata alam perairan; atau
d.penelitian dan pendidikan. Pasal 32 poin 1, Pemanfaatan kawasan konservasi perairan untuk
pembudidayaan ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat 2 huruf b dilakukan di zona perikanan berkelanjutan.
2.7.6 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor Per.17Men2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
Pola pengelolaan kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diatur dalam Pasal 31, sebagai berikut:
1 Pola pengelolaan KKP3K dan KKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf b, dilakukan melalui sistem zonasi.
2 Sistem zonasi KKP3K dan KKM sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri: a. zona inti;
b. zona pemanfaatan terbatas; danatau c. zona lainnya sesuai dengan peruntukan kawasan.
3 Zona inti sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a wajib dimiliki setiap jenis KKP3K dan KKM.
4 Setiap jenis KKP3K dan KKM dapat memiliki satu atau lebih zonasi sesuai dengan luasan dan karakter bio-fisik serta sosial ekonomi dan budaya KKP3K
dan KKM. Selanjutnya dalam Pasal 32 dijelaskan fungsi dari masing-masing zona
tersebut, yaitu: 1 Zona inti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat 2 huruf a, antara lain
diperuntukkan: a. perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan, serta alur migrasi biota laut;
b. perlindungan ekosistem pesisir yang unik danatau rentan terhadap perubahan;
c. perlindungan situs budayaadat tradisional; d. penelitian; danatau
e. pendidikan.
2 Zona Pemanfaatan terbatas antara lain diperuntukkan: a. perlindungan habitat dan populasi ikan;
b. pariwisata dan rekreasi; c. penelitian dan pengembangan; danatau
d. pendidikan. 3 Zona lainnya merupakan zona diluar zona inti dan zona pemanfaatan terbatas
yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu antara lain zona rehabilitasi.
Berdasarkan pembagian dan fungsi masing-masing zona, dapat diketahui bahwa di daerah konservasi pesisir dan laut dapat digunakan untuk pemanfaatan
terbatas yang merupakan perikanan berkelanjutan.
2.7.7 Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional
Dalam PP ini dikatakan, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya disebut RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang wilayah negara. Pasal 51 mengatakan kawasan lindung nasional terdiri atas: a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat; c. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
d. kawasan rawan bencana alam; e. kawasan lindung geologi; dan
f. kawasan lindung lainnya. Selanjutnya, Pasal 51c dijelaskan dalam Pasal 52 poin 3, yaitu: Kawasan
suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, terdiri atas: a. kawasan suaka alam;
b. kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya; c. suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut;
d. cagar alam dan cagar alam laut; e. kawasan pantai berhutan bakau;
f. taman nasional dan taman nasional laut;
g. taman hutan raya; h. taman wisata alam dan taman wisata alam laut; dan
i.
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. Sedangkan lokasi-lokasi yang termasuk dalam kawasan lindung diatur dalam
Lampiran VIII PP No. 262008 tentang Kawasan Lindung Nasional, dimana menyebutkan Taman Nasional Kutai termasuk dalam kawasan taman nasional
dengan status pengembangan tahap I.
2.7.8 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.56Menhut-II2006 Tentang