pembenihan kepiting bakau dapat dilakukan secara budidaya, tidak hanya mengandalkan tangkapan alam. Penelitian-penelitian untuk pembuatan hatchery
kepiting bakau merupakan langkah yang mutlak perlu dilakukan. Perbaikan kualitas produk kepiting bakau dapat dilakukan dengan cara: meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia dalam teknologi budidaya, tidak hanya sekedar budidaya pembesaran, namun juga jenis budidaya yang lain seperti budidaya
kepiting bertelur atau budidaya kepiting lunak soka.
5.4.4 Status Keberlanjutan Dimensi Sosial
Status keberlanjutan dari dimensi sosial dalam pengelolaan sylvofishery adalah kurang berkelanjutan indeks 38.829. Perlu dilakukan perbaikan untuk
meningkatkan nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial. Atribut yang berpengaruh dalam dimensi sosial terdiri dari enam jenis, yaitu: 1 pengetahuan masyarakat
tentang pengelolaan mangrove; 2 penerimaan masyarakat pada usaha budidaya sylvofishery
; 3 kemampuan teknologi masyarakat dalam pemanfaatan kepiting bakau; 4 potensi konflik budidaya sylvofishery dengan pemanfaatan lain; 5
potensi penyerapan tenaga kerja; 6 dukungan elemen pemerintah dalam pengelolaan mangrove berkelanjutan.
Gambar 57 Peran masing-masing atribut dimensi sosial pada keberlanjutan pengelolaan sylvofishery dinyatakan dalam bentuk nilai RMS Root
Mean Square .
Faktor Pengungkit Dimensi Sosial
5.91 11.60
14.79 12.42
7.41 6.09
2 4
6 8
10 12
14 16
Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan mangrove
Penerimaan masyarakat pada usaha budidaya sylvofishery
Kemampuan teknologi masyarakat dalam pemanfaatan kepiting bakau
Potensi konflik budidaya sylvofishery dengan pemanfaatan lain
Potensi penyerapan tenaga kerja Dukungan elemen pemerintah dalam
pengelolaan mangrove berkelanjutan
A ttr
ib u
te
Root Me a n Squa re Cha nge in Ordina tion w he n Se le cte d Attribute Re move d on Susta ina bility sca le 0 to 100
Atribut yang sensitif dan dapat menjadi pengungkit dalam dimensi sosial ada empat jenis, yaitu: penerimaan masyarakat pada usaha budidaya sylvofishery,
kemampuan teknologi masyarakat dalam pemanfaatan kepiting bakau, potensi konflik budidaya sylvofishery dengan pemanfaatan lain, dan potensi penyerapan
tenaga kerja Gambar 57. Pemanfaatan kepiting bakau oleh masyarakat memang relatif masih sedikit
dilakukan di lokasi TNK, karena masyarakat belum memiliki teknologi pemanfaatan kepiting bakau. Bila kemampuan ini dapat ditingkatkan, maka
diharapkan akan terjadi penyerapan tenaga kerja pada sektor ini dan masyarakat akan lebih menerima budidaya sylvofishery dibandingkan budidaya perikanan lain
yang tidak ramah lingkungan. Sedangkan perbaikan terhadap potensi konflik dapat dilakukan dengan adanya pengaturan zonasi yang tegas.
5.4.5 Status Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan