Membangun Diagram Kausal dan Diagram Alir Submodel Habitat Mangrove

secara langsung berpengaruh terhadap pemanfaatan kepiting, dan excluded variabel dari luar sistem yang mempengaruhi pemanfaatan kepiting Ford 1999. Pemilihan tema dan variabel kunci merupakan bagian dari tahapan pendekatan sistem, sehingga berdasarkan pendekatan sistem yang telah dilakukan tersebut dapat dibuat suatu diagram sebab akibat causal loop diagrams. Diagram tersebut merupakan pengungkapan interaksi antara komponen di dalam sistem yang saling berinteraksi dan mempengaruhi kinerja sistem. CLD causal loop diagrams dapat digunakan untuk membangun struktur model yang memudahkan secara visual bagi pengguna model dalam memahami dan menangkap hipotesis sistem yang dimaksud. Struktur model dilanjutkan dengan membangun diagram alir dengan alat SFD stock-flow diagrams untuk menghantar pada tahap simulasi. Sebelum membangun diagram alir, harus dipahami dahulu variabel atau parameter yang akan dijadikan stock akumulasi dan flow aliran yang dapat mengubah nilai stock.

3.6.1 Membangun Diagram Kausal dan Diagram Alir

Model pemanfaatan kepiting bakau disusun dari 5 submodel, yaitu submodel habitat mangrove, submodel penangkapan kepiting, submodel budidaya pembesaran kepiting, submodel pasar, dan submodel sosial Gambar 18.

3.6.2 Submodel Habitat Mangrove

Mangrove sebagai habitat kepiting sangat besar pengaruhnya terhadap kelimpahan populasi kepiting di kawasan mangrove TNK. Pertumbuhan populasi kepiting membutuhkan kualitas ekosistem mangrove dan kualitas perairan yang mendukung. Kualitas ekosistem mangrove sangat dipengaruhi oleh sistem sosial dan sistem ekologi yang terkait dengan ekosistem mangrove tersebut. Kerusakan ekosistem mangrove saat ini banyak terjadi akibat ekstraksi mangrove untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu mengetahui bagaimana pola pemanfaatan mangrove di TNK yang mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan. Selain itu sistem sosial juga menghasilkan limbah, yang dampaknya dapat mempengaruhi kualitas biofisik dalam ekosistem mangrove. Kualitas biofisik dipengaruhi juga oleh kualitas perairan, kualitas substrat, jenis dan kerapatan vegetasi, dan produksi serasah mangrove. Diagram alir submodel habitat mangrove dapat dilihat pada Gambar 18. Submodel mangrove dibangun dari elemen luas mangrove, zona pemanfaatan mangrove, laju perluasan mangrove yang dipengaruhi oleh laju konversi dan laju penambahan luas mangrove, kondisi habitat yang mempengaruhi indeks kesesuaian lingkungannya HSI, dan pengaruh tingkat kesadaran lingkungan terhadap konversi mangrove. Luas areal mangrove akan meningkat atau menurun dipengaruhi oleh laju perluasan mangrove. Laju perluasan mangrove sendiri akan naik atau turun dipengaruhi oleh besarnya konversi mangrove menjadi penggunaan lain dan penambahan luas mangrove oleh akresi atau pun kegiatan rehabilitasi mangrove. Bila laju konversi mangrove lebih besar dibanding laju penambahannya, maka yang terjadi adalah stok luas mangrove akan terus menerus menurun. Untuk itu perlu adanya perbaikan pola pemanfaatan mangrove yang merusak mengkonversi mangrove agar laju konversi ini dapat diturunkan, bahkan bila perlu tidak terjadi konversi mangrove lagi. Perbaikan pola pemanfaatan mangrove diharapkan dapat terjadi bila ada peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan mangrove. Luas zona pemanfaatan mangrove merupakan implikasi dari kebijakan yang mengijinkan adanya pemanfaatan terbatas di kawasan Taman Nasional Kutai. Kebijakan ini dapat berupa persentase kawasan TN yang akan dialokasikan untuk pemanfaatan. Dahuri 2003 mengusulkan 20 dari kawasan yang dilindungi dapat digunakan untuk pemanfaatan terbatas. Interfensi kebijakan ini sangat besar pengaruhnya dalam pola pemanfaatan mangrove, karena akan mempengaruhi besarnya daya dukung kawasan, pada penelitian ini daya dukung untuk budidaya sylvofishery. Selain luasnya zona pemanfaatan, daya dukung budidaya sylvofishery juga sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan, yang digambarkan dengan indeks kesesuaian lingkungan HSI. HSI terdiri atas komponen-komponen: kualitas perairan, kualitas tekstur substrat, dan kualitas vegetasi. Bila kondisi lingkungan cukup baik, maka HSI juga akan meningkat. Gambar 18 Diagram kausal model konseptual pemanfaatan kepiting bakau di kawasan mangrove TNK St ok Ke pit ing Ba ka u Lua s Zona Pe m a nfa a t a n M a ngrov e Kua lit a s Biofisik H ut a n M a ngrov e Pola Pe m a nfa a t a n M a ngrov e Ke pit ing De w a sa Jum la h Ta ngka pa n Le st a ri M SY Jum la h Ta ngka pa n Bole h TAC I nduk M a t a ng Produksi Ke pit ing + Pe nda pa t a n Pe rm int a a n Loka l I nfla si H a rga H a rga Eksport pe ra t ura n Pe nge lola a n Ka w a sa n Konse rv a si Ke le m ba ga a n Pe ndidika n Pe nda pa t a n Sum be r la in + + + + + + + + + + + + - - R+ B- B- B+ SUB- M ODEL M ANGROV E SUBM ODEL TANGKAP SUB- M ODEL SOSI AL SUB- M ODEL PASAR Pe nge lua ra n - Ke pit ing M uda Prose s Budida y a Pa ne n + Da y a Dukung Budida y a + + + R+ SUB- M ODEL BUDI DAY A + + + Re st ocking + + + - + Pe nda pa t a n ke lua rga + + Gambar 19 Diagram kausal submodel habitat mangrove. Keterkaitan submodel mangrove dengan submodel penangkapan adalah pada pengaruh luas mangrove terhadap potensi S. serrata. Sedangkan keterkaitan submodel mangrove dengan submodel budidaya adalah pada tersedianya daya dukung lingkungan bagi pengembangan budidaya sylvofishery.

3.6.3 Submodel Penangkapan Kepiting