Kepiting bakau sebagai hewan air kehalalan kepiting bakau

2.1.5 Kepiting bakau sebagai hewan air kehalalan kepiting bakau

Konsumsi kepiting bakau pada masyarakat di Indonesia belum se-populer krustasea yang lain, seperti udang. Hal ini diduga terjadi karena sampai saat ini, sebagian masyarakat masih banyak yang meragukan kehalalan kepiting, terutama jenis kepiting bakau, sebagai bahan makanan. Keraguan ini disebabkan perilaku kepiting bakau yang mampu bertahan hidup lebih lama dibandingkan hewan air lainnya, dalam kondisi tidak ada air, sehingga kepiting bakau sering dianggap sebagai hewan yang hidup di dua alam, seperti halnya katakkodok. Pemahaman ini sedikit banyak berimbas pada rendahnya tingkat permintaan kepiting di negara-negara muslim, utamanya di Indonesia sendiri. Namun yang sebenarnya, berdasarkan ketetapan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia yang ditetapkandifatwakan pada tanggal 15 Juli 2002, kepiting dinyatakan halal untuk dikonsumsi sepanjang tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia. Rapat Komisi Fatwa MUI menyampaikan, ada empat jenis kepiting bakau yang sering dikonsumsi dan menjadi komoditas yaitu, Scylla serrata, Scylla tranquebarrica, Scylla olivacea, dan Scylla paramamosain. Keempat jenis kepiting bakau ini oleh masyarakat umum hanya disebut dengan kepiting saja. Kepiting ini disebut binatang air dengan alasan; a bernafas dengan insang; b berhabitat di air; c tidak akan pernah mengeluarkan telur di darat melainkan di air karena memerlukan oksigen dari air. Kepiting termasuk keempat jenis diatas tidak ada yang hidup atau berhabitat di dua alam: di laut dan di darat. Jadi, rapat Komisi Fatwa MUI dalam hal kepiting menyatakan adalah jelas bahwa kepiting, adalah binatang air baik di air laut maupun di air tawar dan bukan binatang yang hidup atau berhabitat di dua alam. Secara morfologis penjelasan atas kemampuan kepiting bakau bertahan hidup cukup lama dalam kondisi kekurangan air adalah karena kepiting bakau bernafas dengan insang dan memiliki vaskularisasi dinding ruang insang untuk memudahkan menyesuaikan diri dengan habitatnya. Ruang-ruang pernafasan terletak dibawah atap insang. Masing-masing ruang dilindungi oleh selaput kutikular yang memisahkannya dari hepatopankreas di sebelah anterior dan dari bagian dalam karapas di sebelah posterior. Ujung depan masing-masing insang menyempit dan dibelakangnya terletak suatu ruang pompa kecil melindungi skapognatit. Di dalam ruang pernafasan juga terletak maksiliped-maksiliped dan epipod, maksiliped II dan III membersihkan permukaan ventral insang-insang. Sedangkan epipod maksiliped I yang panjang menyapu permukaan dorsal insang. Arus pernafasan masuk ke ruang pernafasan melalui celah-celah yang berambut antara kaki-jalan dan ujung bawah dari atap insang. Lubang atau pintu terbesar milne-edwards terletak di basis capit. Setelah air melalui insang lalu menuju ruang di bawah insang. Pertukaran gas terjadi saat arus melewati masing-masing insang. Hal ini dilakukan oleh sistem arus yang teratur, dengan sistem ini darah mengalir di dalam insang dari arah yang berlawanan dengan aliran air diantara lamela- lamela ada 9 insang. Dalam masing-masing ruang pernafasan, arus air mengalir ke ruang pompa. Dari ruang skapognatit air dikeluarkan melalui lubang pengeluaran. Lubang pengeluaran terletak di kedua sisi epistoma tepat di bawah mulut Warner 1977. Kepiting bakau dewasa merupakan salah satu dari biota yang hidup pada kisaran kadar garam yang luas euryhaline dan memiliki kapasitas untuk menyesuaikan diri adaptasi yang cukup tinggi. Selain itu kepiting bakau memiliki alat gerak berupa kaki jalan dan kaki renang, sehingga mampu untuk bergerak dan beradaptasi pada daerah teresterial yang cukup menyediakan pakan bagi kelangsungan hidupnya.

2.2 Ekologi Habitat Mangrove