Selanjutnya HSI dari masing-masing area mangrove akan dikalikan dengan biomass kepiting bakau berdasarkan angka kelimpahan individu maksimal
yang diperoleh selama penelitian. Dengan demikian, akan diperoleh daya dukung yang berupa jumlah biomassa kepiting yang dapat didukung oleh setiap hektar
kawasan. Dalam formula: ............................................................. 13
CC
i
= Daya dukung area ke-i indha LL
i
HSI = Luas Lahan area ke-i ha
i
= indeks kesesuaian lahan area ke-i N
imax
pada area ke-i ind = Kelimpahan individu maksimum
3.5 Analisis Status Biologi Scylla serrata
Aspek biologi kepiting bakau di TNK dikaji dengan melihat parameter pertumbuhan, kelimpahan, sebaran ukuran, pola distribusi spasial dan temporal,
serta laju eksploitasi kepiting bakau. 3.5.1
Pengumpulan dan Analisis Data Biologi Scylla serrata
Pengumpulan data biologi Scylla serrata dilakukan berdasarkan data primer. Data primer diperoleh dari observasi terhadap kepiting bakau oleh peneliti
yang dilakukan selama 8 bulan 4 bulan di musim hujan dan 4 bulan di musim kemarau, pada lokasi tiga stasiun pengamatan yang dipilih sesuai karakteristik
habitat mangrove. Data yang dikumpulkan berupa hasil tangkapan harian, sebaran ukuran, jenis kelamin, lokasi tangkapan, jenis alat tangkap, lama upaya
menangkap, dan musim.
3.5.2 Analisis Hubungan Panjang dan Bobot
Hubungan panjang-bobot digambarkan dalam dua bentuk yaitu isometrik dan alometrik Hile dalam Effendie 1979. Untuk kedua pola ini berlaku
persamaan: W = aL
b
W = bobot individu kepiting dalam gram;
.................................................................................... 14 L
= lebar karapas kepiting dalam mm; a
= intersep perpotongan kurva hubungan panjang-bobot dengan sumbu y; b
= Penduga pola pertumbuhan panjang-bobot
Untuk mendapatkan persamaan linier atau garis lurus digunakan persamaan sebagai berikut :
Ln W = Ln a + b Ln L .............................................................. 15 Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi dengan
Ln W sebagai Y dan Ln L sebagai X, maka didapatkan persamaan regresi : Y = a + b X
Untuk menguji nilai b = 3 atau b ≠ 3 dilakukan uji -t uji parsial, dengan
hipotesis : H0
: b = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik. H1
: b ≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah allometrik, yaitu:
Allometrik positif, jika b 3 pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang.
Allometrik negatif, jika b 3 Pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat.
t hitung = b1-b0Sb1 Keterangan : b1
: b dari hubungan panjang berat b0
: 3 Sb1
: Simpangan koefisien b Bandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel pada selang kepercayaan
95. Selanjutnya untuk mengetahui pola pertumbuhan kepiting, kaidah keputusan yang diambil adalah :
t hitung t tabel : tolak hipotesis nol Ho
t hitung t tabel : gagal tolak hipotesis nol Ho
3.5.3 Analisis Data Kelompok Ukuran
Pendugaan kelompok ukuran dilakukan dengan menganalisis data frekuensi panjang. Data frekuensi panjang dianalisis menggunakan program
Bhattacharya’s Method yang dikemas dalam paket program FISAT II FAO- ICLARM Stock Assessmet Tool. Ukuran panjang diasumsikan menyebar normal.
Kelompok ukuran diperoleh dengan memisahkan data frekuensi panjang ke dalam kelompok-kelompok dengan panjang rata-rata tertentu serta simpangan bakunya.
Data yang digunakan dalam penentuan distribusi frekuensi panjang adalah data lebar karapas dari kepiting di Muara Sangkima, Muara Sangatta dan Teluk
Perancis. Tahap untuk menganalisis data frekuensi lebar karapas kepiting yaitu : b. Menentukan selang kelas yang diperlukan menggunakan rumus Walpole
1990. c. Menentukan lebar selang kelas.
d. Menentukan kelas frekuensi dan memasukkan frekuensi masing-masing dengan memasukkan masing-masing lebar karapas kepiting pada selang
kelas yang telah ditentukan. e. Distribusi frekuensi lebar karapas kepiting yang telah ditentukan dalam
selang kelas yang sama kemudian diplotkan dalam sebuah grafik. Pada grafik tersebut dapat dilihat pergeseran distribusi kelas lebar karapas.
Pergeseran distribusi frekuensi lebar karapas menggambarkan jumlah kelomppok umur kohort yang ada. Bila terjadi pergeseran modus
distribusi frekuensi lebar karapas berarti terdapat lebih dari satu kohort.
3.5.4 Analisis Data Parameter Pertumbuhan